Setelah berhasil membuat Reksa pergi dari halaman rumah Aneta, bibi Ranti mengajak ibu tetangga sebelah itu untuk masuk kedalam rumah, sekedar minum teh sebagai ucapan terimakasih.Ketika ibu itu masuk kedalam rumah, ibu itu mendadak berhenti ketika melihat foto bayi terpampang di depannya ketika akan melangkahkan kaki ke dalam rumah. Menyadari ibu tadi hanya diam saja diambang pintu sambil melihat foto bayinya Gabriel, bibi Ranti menoleh kebelakang lalu memperhatikan kemana arah pandang ibu itu."Dia Gabriel, Bu. Cucuku. Sangat manis bukan? Dia sangat menggemaskan.""Oh ya, lalu dimana ibunya, Bu?""Itu yang bawahnya adalah fo …." Ucapan bibi Ranti terputus waktu tangannya menunjuk foto Aneta yang ternyata tidak ada di atas nakas."Ah, sepertinya foto itu dipindahkan ke dalam kamarnya. Lain kali ku kenalkan pada orangnya saja. Ayo, Bu, silahkan masuk. Ini adalah rumah baru yang dibeli oleh anakku dengan susah payah.walaupun sederhana tapi rumah ini lebih layak dari rumah sebelumnya.
Setelah setengah jam perjalanan Calista berhenti di toko kue, dirinya mengambil dua buah kue blackforest dan menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Kemudian Calista keluar dan masuk kembali kedalam mobilnya. Calista melanjutkan perjalanan dan Reksa masih setia mengikuti mobil Calista dari belakang. Tidak berselang lama, Calista kembali membelokkan mobilnya ke sebuah taman. Reksa sumringah. Ia berpikir pasti Calista kesini karena ingin menemui Gabriel. Karena anak kecil itu sangat suka sekali dengan yang namanya jalan-jalan, walaupun hanya ke taman saja.Tidak lama berselang ada wanita paruh baya menghampiri Calista. Reksa bingung, siapa wanita itu? Tidak banyak orang di Indonesia yang ia kenal. Mereka tampak mengobrol sangat akrab, dan ketika menoleh ke samping, Reksa terkejut, bukankah itu adalah wanita yang kemarin ia temui di alamat yang dikirim oleh Alex.Tapi apa hubungannya Calista dengan wanita itu. Atau jangan-jangan ini hanya permainan Calista saja yang ingin menghambat di
"Hah, bagaimana ini, aku telat tiga puluh lima menit."Seorang wanita memakai kemeja putih yang sudah tidak putih lagi, ia segera berlari menuju lift di sebelah kanan lobi sebuah perusahaan kenamaan di negara tersebut.Semua orang memandang aneh pada wanita itu, bukan karena ia datang terlambat, tapi karena pakaian yang dipakainya dianggap kumuh oleh orang yang memandangnya dengan tatapan aneh.Bahkan ketika berada di dalam lift pun orang yang berada di dalamnya saling berbisik satu sama lain memandangi wanita itu dari ujung kepala ke ujung kaki.Mereka pikir perusahaan elit seperti perusahaan itu tidak layak ditempati oleh seseorang seperti makhluk aneh di hadapan mereka itu.Wanita itu segera keluar ketika pintu lift yang menuju lantai sembilan itu terbuka, ia merasa bisa bernafas lega setelah beberapa saat yang lalu terkurung di dalam lift yang berisikan orang-orang yang menurutnya memandang dirinya seperti memandang seekor ayam yang memiliki kaki empat.Ia bertanya pada seorang pa
Reksa segera berjalan cepat menuju pintu yang ada di depannya, dan ia langsung menanyakan perihal calon karyawan yang data dirinya berada di tangannya saat ini."Alex, apakah calon karyawan yang bernama Aneta diterima kerja disini?" tanya Reksa ketika pintu ruangannya terbuka sempurna."Ini adalah daftar nama karyawan yang baru saja diterima, Pak.'' Alex menyerahkan selembar kertas pada atasannya itu."Kenapa Aneta tidak diterima, bukankah disini nilai dan pengalamannya sangat bagus.""Cepat panggil Aneta kemari, dan langsung suruh bertemu dengan saya,'' imbuh Reksa setengah memaksa.Alex lalu menelpon bagian HRD, setelah Reksa kembali ke ruangannya.Alex sangat tidak paham dengan jalan pikiran si bos, ia pikir mungkin sang atasan memiliki hubungan spesial dengan wanita bernama Aneta tadi, tapi sewaktu mengingat penjelasan HRD perihal alasan tidak diterimanya Aneta, ia jadi meragukan pemikirannya itu, karena Aneta bukanlah tipe sang atasan sama sekali, apalagi mengingat kalau Aneta te
Pagi harinya ketika Aneta pergi ke kantor yang kemarin sempat menolaknya, dan ia sendiri juga bingung, kenapa ia dipanggil lagi ke perusahaan, apakah ia membuat kesalahan?, bekerja saja belum, bagaimana bisa membuat masalah, ia saja baru akan di interview sudah ditolak lebih dulu. Aneta langsung menuju lantai bagian HRD, seperti biasa penampilannya yang ia pikir sudah cukup rapi, menjadi perhatian para karyawan di perusahaan tersebut, pasalnya di sana adalah perusahaan elit yang isinya para karyawan yang mementingkan penampilan mereka. Setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali, Aneta masuk ke ruangan itu. Disana sudah ada dua orang kemarin yang langsung menolak dirinya tanpa mau mendengarkan penjelasan Aneta, ada rasa marah ketika ia mengetahui kalau perusahaan itu lebih mementingkan penampilan daripada kinerjanya, namun ia bisa apa. Aneta menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tanda menyapa pada dua orang di depannya, walaupun ia tidak suka pada mereka, tapi ia harus tetap bers
"Oke boy ... ayo ikut Om ke dalam, lalu pilihlah kue kesukaan ibumu, dan simpanlah uang itu untuk jajanmu, ya,'' ucap Reksa mengusap pucuk kepala Gabriel, ada rasa yang tak biasa dalam hati Reksa ketika ia melakukan hal itu pada Gabriel.Gabriel pun berbinar, ia sangat bahagia, namun sedetik kemudian senyum itu menyurut, ia kembali menunduk."Apa ada yang salah?" tanya Reksa ketika mendapati raut muka Gabriel berubah."Aku tidak bisa menerimanya secara gratisan, kata ibu, itu tidak baik.""Ah, bagaimana kalau bayarnya pakai uang ini saja, lalu Om membayar kurangannya ... Om tidak keberatan kan?'' usul Gabriel penuh harap.Reksa tersenyum lebar lalu meraih tubuh kecil Gabriel dan dibawa ke dalam gendongannya, mereka berdua pun masuk ke dalam dan mulai memilih kue yang di maksud oleh Gabriel.Sejenak ia tertegun mendapati Gabriel memilih kue yang sama dengan yang ia beli tadi untuk dirinya dan Aneta.Setelah memastikan kalau kue itu benar kue kesukaan Ibu Gabriel, Reksa lalu membayar ke
Setelah menutup pintu dan mengusir Jasson dari ruangannya, Reksa kembali menghampiri Aneta dan kembali melanjutkan percakapan yang sempat tertunda, dan disitulah Reksa memikirkan bisikan Jasson tadi dan ia baru memperhatikan penampilan Aneta yang menurutnya jauh dari kata layak bagi seorang Aneta yang ia kenal berasal dari keluarga yang memang tidak sekaya orang tuanya, tapi orang tua Aneta juga orang terpandang dan disegani di masyarakat tempat Aneta tinggal, karena memang sang ayah yang berprofesi sebagai dosen tempat ia kuliah dulu dan kakak kandung Aneta adalah calon TNI AL pada saat itu. "Mmm Net, boleh aku bertanya sesuatu?" "Tanya saja Sa, begitu saja minta ijin.'' Aneta menggelengkan kepala sambil asyik menikmati brownies yang tadi di belikan oleh Reksa. "Kamu selama ini kemana saja, tujuh tahun lalu, aku mendatangi rumahmu seperti biasa aku bermain waktu itu, tapi om Cahyadi bilang, kamu sudah tidak tinggal di sana lagi, apa kalian waktu itu ada masalah?" Aneta seketika me
Hari ini adalah hari minggu, Aneta libur kantor dan Gabriel libur sekolah, sebenarnya hari ini di sekolah Gabriel ada ekstrakulikuler, namun Gabriel sengaja izin untuk tidak ikut karena ia ingin menemani Ibunya di hari libur ini.Di hari pertama usia Ibunya genap dua puluh delapan tahun, ia mulai mempunyai pikiran untuk mencarikan Ibunya pendamping serta calon ayah yang baik untuk masa depan mereka nanti.Memang pemikiran Gabriel sangat berbeda dengan anak seusianya, dan itulah perbedaan anak yang bisa dikatakan broken home itu dengan anak lainnya, ia begitu memikirkan Ibunya karena sedari kecil memang ia hanya kenal Aneta sebagai Ibu sekaligus Ayah bagi dirinya, dan ia sangat menyayangi Aneta.Pagi ini seperti biasa Ibunya memasak di dapur dengan bahan seadanya, tapi untung lah Gabriel bukan tipe anak yang memilih dalam hal makan, ia selalu memakan apa saja yang dimasakkan Aneta untuk dirinya, walau kadang hanya satu butir telur yang dicampur dengan setengah plastik terigu lalu digor