Share

Karena Kebodohan Aneta

Setelah menutup pintu dan mengusir Jasson dari ruangannya, Reksa kembali menghampiri Aneta dan kembali melanjutkan percakapan yang sempat tertunda, dan disitulah Reksa memikirkan bisikan Jasson tadi dan ia baru memperhatikan penampilan Aneta yang menurutnya jauh dari kata layak bagi seorang Aneta yang ia kenal berasal dari keluarga yang memang tidak sekaya orang tuanya, tapi orang tua Aneta juga orang terpandang dan disegani di masyarakat tempat Aneta tinggal, karena memang sang ayah yang berprofesi sebagai dosen tempat ia kuliah dulu dan kakak kandung Aneta adalah calon TNI AL pada saat itu.

"Mmm Net, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tanya saja Sa, begitu saja minta ijin.'' Aneta menggelengkan kepala sambil asyik menikmati brownies yang tadi di belikan oleh Reksa.

"Kamu selama ini kemana saja, tujuh tahun lalu, aku mendatangi rumahmu seperti biasa aku bermain waktu itu, tapi om Cahyadi bilang, kamu sudah tidak tinggal di sana lagi, apa kalian waktu itu ada masalah?"

Aneta seketika menghentikan kunyahannya, dengan susah payah ia menelan makanan yang tersisa di dalam mulutnya, bagaikan menelan tulang, sangat susah bahkan hal yang mustahil.

Secepat mungkin Aneta menetralisir hati dan pikirannya serta merubah mimik wajahnya menampilkan senyum bahwa dirinya baik-baik saja.

"Sebenarnya memang ada sedikit masalah, tapi bolehkah aku tidak menceritakan semuanya padamu ... intinya sekarang aku baik-baik saja, jangan khawatir."

Ada sedikit perasaan yang janggal di hati Reksa, tapi ia tidak mau memaksakan Aneta untuk menceritakan masalah Aneta, ia hanya ingin melihat sahabatnya itu bahagia, karena walau bagaimanapun hanya Aneta lah yang selalu menemani suka dukanya, termasuk membantu masalah percintaannya dengan Karina, gadis yang sangat di cintai Reksa, sekaligus sahabat karib mereka berdua.

Ya, dulu, ketika mereka masih duduk di bangku SMA, Aneta, Reksa, dan Karina adalah sahabat, namun percayakah kalian jika sahabat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, bisakah mereka murni bersahabat tanpa adanya membawa perasaan masing-masing, jawabannya adalah tidak.

Begitupun mereka bertiga, Reksa menyukai Karina, tapi Karina tidak tahu perasaan Reksa karena Reksa terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaannya pada sahabatnya sendiri, sedangkan ia malah memilih Aneta sebagai tempat untuk mengungkapkan semua perasaannya pada Karina.

Dan Aneta, jelas ia sudah lama ada rasa pada Reksa, namun tidak ada satu orang pun yang tahu akan perasaannya pada Reksa, dan ia memilih untuk diam karena ia tahu betapa Reksa sangat memuja sahabat mereka sendiri yaitu Karina.

Dari situlah Aneta selalu memendam perasaan untuk dirinya sendiri, bahkan ia sering menangis diam-diam saat di malam hari ketika Reksa menelponnya hanya untuk menceritakan apa yang terjadi dengan Reksa dan Karina di sekolah.

Dan itu dulu, waktu Aneta belum pernah menyangka akan kehidupan masa depannya akan serumit sekarang ini.

***

"Selamat ulang tahun Mama...'' Aneta bernapas lega ketika mendapati Gabriel sedang sibuk menata brownies di piring plastik yang mereka punyai di dapur kontrakan Aneta.

Aneta menampakkan senyum terbaiknya untuk putra kesayangannya, ia mendekat pada Gabriel, mensejajarkan tinggi badannya dengan anak kecil itu, lalu memeluknya erat, setetes bening pun jatuh di pipi Aneta, ia sangat panik tadi ketika mendapat kabar dari bibi Ranti kalau Gabriel mendadak menghilang setelah tadi di tinggal sebentar oleh Bibi Ranti untuk pergi ke warung.

Dan untungnya saat bibi Ranti menelpon jam sudah menunjukkan waktu pulang kantor.

Sebenarnya tadi Reksa mengajak Aneta pulang bersama, lebih tepatnya mengantar Aneta dengan tujuan supaya Reksa tahu dimana sekarang tempat tinggal Aneta, tapi dengan berbagai alasan Aneta menolak tawaran Reksa, dan Reksa hanya bisa menghela napas, tidak bisa memaksa kehendaknya pada Aneta.

Aneta segera menghapus air matanya sebelum Gabriel menyadari kalau Aneta sedang menangis, entahlah anak itu memang pandai sekali membaca pikiran Ibunya.

Sejenak Aneta memandangi wajah anak kecil itu, wajah yang menurutnya sama persis dengan wajah lelaki yang tadi merengek meminta nomor ponsel Aneta di kantor.

Aneta mencium kening Gabriel dalam, dan Gabriel pun memberi isyarat dengan matanya supaya segera meniup lilin putih besar yang ia beli secara ecer di warung dekat kontrakan mereka.

Aneta terharu dan segera meniup lilin itu, dan seketika ia tersadar dengan apa yang ada di piring itu, bukankah itu brownies kesukaannya, darimana Gabriel membeli kue yang menurutnya mahal itu, sedangkan selama ini Gabriel selalu di beri uang saku yang pas oleh Aneta.

"Briel, darimana kamu dapat kue ini sayang?"

Bukannya menjawab Gabriel malah menarik tangan Ibunya itu untuk duduk di tikar di ruang tamu sekaligus ruang keluarga itu.

Gabriel lalu mengambil sendok dan menyuapkan sesuap kue itu ke mulut Aneta, sesaat ia teringat kembali pada Reksa, kue itu sangat mirip dengan pemberian Reksa tadi siang.

"Jawab Mama, Nak .…"

Gabriel meletakkan sendok dan menundukkan kepalanya.

"Gabriel tidak mencuri kan?" tanya Aneta sudah tidak sabar lagi menerima jawaban dari Gabriel.

"Apa Mama akan memarahi Gabriel?" tanya Gabriel lirih.

"Jadi benar Gabriel mencuri?" tanya Aneta lagi dengan nada bicara yang naik satu oktaf.

"Tidak Ma, beneran Briel tidak mencuri, tadi ada Om baik hati yang membelikan kue ini untuk Mama,'' suara gabriel mulai gemetar takut akan kemarahan Ibunya.

"Bukankah sering Mama katakan, jangan berbicara pada orang asing yang tidak kita kenal, Briel."

"Tapi Om itu sudah ngajak Briel berkenalan, Ma ...."

"Iya, tetap saja dia orang asing.''

Briel menundukkan kepalanya, walaupun ia ingin membantah perkataan Ibunya, tapi ia urungkan ketika mendengar isak tangis dari mulut Ibunya.

"Briel minta maaf Ma, Briel janji tidak akan melakukan hal itu lagi.''

Aneta memeluk putra semata wayangnya itu.

Di dunia ini hanyalah Gabriel harta satu-satunya yang ia miliki, tidak pernah terbayangkan jika Gabriel menghilang atau terjadi sesuatu pada anaknya itu, karena hanya Gabriel lah yang membuat Aneta selama ini kuat menjalani hidup.

"Ok Briel, sekarang ceritakan pada Mama tentang Om baik hati yang tadi Briel katakan."

Sambil menikmati brownies pemberian anaknya itu, Aneta mendengarkan setiap detail hal yang diceritakan oleh Gabriel, dan dari yang Gabriel ceritakan itu, Aneta sudah bisa menebak kalau lelaki baik hati itu mungkin adalah Reksa, karena ciri-cirinya sama persis dengan Reksa.

Aneta mulai melamun dan tidak fokus pada cerita Gabriel, karena pikirannya melalang buana memikirkan nasib dirinya nanti ketika Reksa tahu yang sebenarnya tentang dirinya dan Gabriel, apakah di masa depan ia akan terpisah dengan Gabriel, sungguh ia tak pernah bisa untuk memikirkan hal itu.

Aneta mulai menyalahkan dirinya sendiri, andai saja ia tidak pindah ke kota ini lagi, maka ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Reksa dan segala hal yang berhubungan dengan masa lalunya, karena di kota ini lah dulu ia tinggal, sebelum keadaan menjadi kacau karena kebodohannya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status