Share

BAB 5

Author: Riya Ni
last update Huling Na-update: 2024-06-03 18:27:23

Di sisi lain.

Kayra dengan pulang membawa wajah lesu dan tubuh yang begitu lelah. Bagaimana tidak, mantan suaminya tadi kembali menemuinya di jalan saat Kayra hendak pulang. Katanya Nabastala akan terus mengejar Kayra sampai ia mendapatkannya kembali.

Kayra duduk di ruang tamu, ia menghela napas lelah. Kayra mengedarkan pandangan, mencari orang tua juga putrinya. Ternyata tidak ada, mungkin sudah tidur pikirnya.

Ia beranjak dari kursi ruang tamu menuju kamarnya.

Saat Kayra sudah sampai di depan pintu, ia melihat pintu yang sedikit terbuka. Awalnya Kayra mengira anaknya ceroboh, tapi sebelum kakinya lebih jauh melangkah, ia mendengar suara orang menangis dari dalam.

"Hiks... kenapa kehidupan kalian harus seperti ini sayang. Dulu ibu mu begitu Oma dan Opa manjakan, tapi kenapa kalian tidak merasakan itu. hiks.."

Kayra tahu, itu pasti suara mama.

Saat Kayra masuk, ia melihat mama yang duduk ditepi ranjang sembari mengelus surai anak-anaknya.

"Ma." sapa Kayra.

Mama menoleh, buru-buru ia usap matanya yang sudah basah karena air mata.

"Sudah pulang sayang?" Tanya mama menghampiri Kayra yang berdiri di ambang pintu.

Saat mama ada di depannya, sungguh Kayra langsung menabrakkan diri, memeluk mama erat diiringi isak tangis. Tangis yang selama ini Kayra tahan akhirnya hancur juga benteng pertahanan itu.

"Ma Kayra capek. Kayra pengen nyerah." Racaunya dalam dekapan mama.

Mama memeluk putrinya, mengelus punggungnya lembut menenangkan. Sakit sekali hatinya mendengar suara putri kecilnya ini.

Apa dosa mama sampai anaknya harus menanggung ini semua. Kayra itu anak baik di mata mama dan papa. Kayra tidak pernah ada salah padanya. Tapi, kenapa cobaan hidupnya sangat berat.

Jika harus membayangkan, mama pun tidak akan sanggup ada di posisi Kayra saat ini.

Mama menuntun Kayra untuk duduk di tepi ranjang.

"Nak, kamu harus kuat ya. Ayo sayang sebentar lagi. Lihatlah kedua anak mu. Jika kamu meninggalkan mereka, mereka sama siapa? Mama hanyalah Oma untuk mereka bukan ibunya."

Kayra menoleh, ia tatap lama wajah putrinya yang tampak tenang dalam tidurnya. Kayra juga berpikir sama seperti mama. Tapi raga dan hatinya sudah tidak mampu menanggung semua ini.

"Benar ya ma, kata orang uang itu tidak bisa membeli kebahagiaan." Ucapnya.

Mama mengangguk. Memang benar, memang Kayra ini orang biasa? tentu bukan. Kayra mau apa aja ada, mau pergi kemana pun bisa. Tinggal dimana pun itu bukan hal sulit. Tapi itu semua percuma jika hati tidak merasa bahagia.

"Aku ingin hidup bersama laki-laki sederhana, tapi aku bahagia dengan dia. Daripada dengan seorang pengusaha kaya tapi akhirnya aku menderita."

Mama diam. Diam dalam sebuah penyesalan. Dulu anaknya ia paksa menikah dengan anak temannya yang ternyata tidak sebaik kelihatannya. Dulu mama berpikir Nabastala adalah orang yang penyayang, sabar dan mama yakin Nabastala akan menjadi pria yang bertanggung jawab pada putrinya. Nyatanya, Nabastala adalah pria brengsek yang menjadi neraka untuk putrinya.

"Mama, mama tidak perlu merasa bersalah. Mungkin, ini sudah menjadi jalan hidup Kayra. Kayra menerima semuanya dengan ikhlas. Kayra memang capek ma. Tapi bukan berarti perjalan Kayra akan berhenti. Kayra tahu, tuhan pasti tahu kalo Kayra itu kuat." Ucapnya.

Mendengar penuturan putrinya mama menarik Kayra kedalam pelukannya.

Dalam hening malam itu, isak tangis mama dan Kayra bersahutan. Untung si kecil tidak terganggu.

Tanpa mama dan Kayra sadari papa sudah ada di ambang melihat semuanya.

"Papa harap, setelah ini kamu bahagia Kayra." Ucapnya penuh harapan.

***

Kayra sengaja menunggu anak-anaknya di depan sekolah. Walaupun masih tinggal dengan mama, tapi Kayra menyempatkan diri untuk menemani anak-anaknya. Tidak hanya kerja saja.

Saat sedang duduk di depan gerbang sekolah, Kayra melihat abang penjual cilok yang ia temui bersama putrinya sekitar dua minggu lalu.

"Lho, abang cilok ya?" Tanya menghampiri seorang pria yang tengah duduk di motor bututnya.

"Hehe....iya nyonya. Kebetulan sekali ya bisa bertemu lagi."

Kayra mengangguk. "Oh kenapa Abang tidak jualan? Atau jemput anaknya ya?" Tanya Kayra.

"Hari ini saya libur. Saya jemput adik saya nyonya. Saya belum menikah."

"Oh maaf." Ucap Kayra tidak enak.

"Tidak apa-apa. Nyonya sendiri, ada apa disini? Sama suami?"

"Saya jemput anak saya. Saya tidak punya suami, kami sudah bercerai."

Impas, setelah Kayra yang malu, sekarang si Abang pun malu.

"Eh maaf."

"It's okay. No problem."

Suasana canggung menghampiri keduanya. Entah apa yang harus mereka bicarakan lagi, sampai Kayra yang tak tahan akhirnya membuka suaranya lagi.

"Kita belum kenalan. Nama saya Kayra. abangnya?" Kayra menjulurkan tangan yang disambut baik.

"Saya Haidar."

Setelah melepaskan jabatan tangannya, Kayra kembali menatap gerbang sekolah itu yang belum terbuka juga.

"Belum pulang juga ya. Lama sekali." Keluh Kayra.

Haidar yang melihat itu terkekeh kecil. Sepertinya wanita di depannya ini belum pernah menunggu anaknya.

"Nyonya apa—" 

Ucapannya terpotong. "Panggil saja Kayra.”

"Masih satu jam lagi untuk anak-anak di bubarkan. Bagaimana jika ikut saya, kita beli jajan di pinggir sana. Setahu saya ada mie ayam lho. Siapa tahu Kayra lapar kan?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 21

    Haidar membawa Kayra masuk kedalam mobil, ia lantas membuat wanita itu duduk di jok sampingnya. "Ra, kamu yang tenang ya..." Kayra duduk dengan gelisah, ia benar-benar tidak tahu apa yang akan Haidar lakukan. Kayra takut, ia terlalu takut jika Haidar berbuat nekad. Pria itu mendekat dan mengukung tubuh Kayra. "Ra, jangan teriak ya..." Ujar Haidar dengan nada yang berat. Kayra hendak mendorong tubuh pria itu, tapi Haidar lebih dulu menjauh dan tertawa. "Ha ha... Apa sih yang ada dipikiran mu Ra? Ha ha ha..." Kayra memberikan pukulan kecil dibahu laki-laki itu. Ia lantas memalingkan wajahnya, menatap kearah luar. "Nyebelin ih, aku udah takut tahu!" Ketus Kayra. Pria itu mencoba menarik bahu wanita disampingnya, tapi wanita itu menepisnya. "Ngambek nih? Ayolah, orang pemarah cepet tua tahu..." Kayra yang kesal langsung beralih menatap pria itu. "Ngapain ngajak aku masuk?" "Masuk kemana, Ra?" Tanya Haidar sambil menaik turunkan alisnya, menggoda. "Haidar, ish

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 20

    Malam tiba dan hujan mengguyur kota dengan derasnya."Hujan, Na." Ucap Kayra.Nabastala menoleh kearah wanita itu yang datang membawa teh hangat dan cemilan."Gak papa. Aku bawa mobil, kok."Kayra mengangguk."Anak-anak udah teler, aku mau bawa ke kamar dulu ya." Ujarnya yang diangguki Nabastala.Sepeninggalan Kayra, Nabastala bangkit berdiri dan berjalan kearah jendela. Dari dalam rumah, ia dapat melihat hujan deras diluar sana."Hujannya deras." Gumamnya.Saat Nabastala melihat hujan, Kayra tiba-tiba sudah ikut berdiri disampingnya. Wanita itu bersuara sebelum Nabastala menyapanya."Aku mau nikah sama Haidar." Ucapnya.Nabastala menatap wanita itu, lantas ia tersenyum. "Kenapa bilang sama aku? Kan kita udah bukan siapa-siapa." "Aku cuma minta ijin sama ayah dari anak-anak, bahwa anak-anak akan punya ayah tiri." "Aku gak mungkin halangi kamu bahagia, Ra. Lagipula, kenapa harus ijin? Anak-anak pasti senang kok, kan setahu mereka ayah mereka telah tiada." Ucap Nabastala.Kayra menghe

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 19

    Malam hari, keluarga Haidar berikut Ravendra tengah duduk diruang tamu setelah makan malam."Jadi, dia bukan Radja?" Tanya mama.Sedari adanya Ravendra, mama terus menatap anak itu dengan penuh binar dimatanya."Bukan ma. Dia namanya Ravendra, kata Haidar. Benarkan?" Tanya papa pada Haidar.Haidar mengangguk. "Iya pa, ma."Mama tersenyum. "Ravendra, kamu tidak usah takut ya. Sekarang Ravendra itu, adiknya kak Haidar. Panggilnya kakak, ya. Jangan Abang." Ucap mama yang diangguki anak itu.Haidar menatap mama dan papa. "Ma, pa." Ucapnya.Mama dan papa menoleh. "Kenapa Haidar?" Tanya papa."Emang bener ya, kalo Ravendra itu semirip itu sama kak Radja."Mama dan papa mengangguk. "Iya, dia itu cuma beda alam aja sama kakak mu. Wajahnya, bibirnya, matanya, bahkan telinga saja sama."Haidar menatap telinga Ravendra yang kini duduk disamping papa. "Telinga itu sama aja, ma."Mama menggeleng. "Tidak sama, telinga kakak mu itu ada tahi lalat dibelakangnya dan telinga Ravendra juga sama." Haida

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 18

    Hari demi hari Haidar lalui dirumah lamanya. Ia meninggalkan Ravendra sendiri di kontrakan. Namun pria itu tetap membiayai sekolah dan uang jajan dan uang kontrakan Ravendra. Saat sendiri di dalam kamarnya, Haidar menatap kearah luar, disana hujan dan udara pun sangat dingin sore ini. "Apa kabar Ravendra, ya? Aku jadi kangen. Biasanya kalo hujan gini, terus gak ada uang suka masak mie instan satu bungkus dibagi dua." Gumam Haidar. Ia menggeleng lalu terkekeh. Rasanya, kenangan lama itu terputar di kepalanya. Tiga tahun hidup terlunta-lunta dan dua tahun ditemani oleh Ravendra yang ia anggap sebagai adiknya. "Kalo aku bawa kesini, papa sama mama mau terima gak, ya?" Monolognya. Haidar mengambil ponselnya, banyak kenangan tentang Ravendra disana. Tenang saja, sejak awal Haidar menggunakan ponsel mahal jadi tidak akan penuh penyimpanannya hanya untuk menyimpan beberapa foto dan video. "Ponsel ini banyak kenangannya. Tapi, kata papa harus ganti." Gumamnya, sambil menggeser fot

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 17

    Benar kata Haidar sebelum pulang, Kayra diantar oleh mobil dengan Haidar sebagai supirnya.Sesampainya didalam rumah, Kayra sudah disambut oleh wajah lesu sang mama."Mama Reana Reina, kemana?"Tanya Kayra sambil celingukan mencari anaknya yang tumben sekali tidak menyambutnya.Kayra duduk disebelah sang mama."Anak kamu dijemput papa-nya." Ucapan mama mampu membuat Kayra reflek bangkit. "M-maksud mama, apa? Mama bercanda kan? Mereka gak tahu papa-nya lho ma." Ucap Kayra.Mama mendongkak menatap sang anak. "Mama gak bercanda Kayra. Pas mama lagi bawa mereka jalan-jalan Nabastala datang.""Kok mama ijinkan?""Dia maksa. Mama gak bisa berbuat apa-apa dan mama juga gak tega karena dia nangis berlutut sama mama hanya untuk meminjam anaknya."Kayra memalingkan wajahnya, ia menarik rambutnya kebelakang."Nabastala bawa mereka kemana ma?""Ke rumahnya."Tanpa menunggu mama bersuara lagi, Kayra segera membawa kunci mobil dari lacinya, kemudian dia pergi menuju rumah Nabastala yang tak lain ad

  • Ayah Tiri Anakku (bukan) Tukang Cilok Biasa   Bab 16

    Disisi lain, saat Kayra tengah diintrogasi mama Haidar, Nabastala justru mendatangi rumah orang tua Kayra dengan berani."Permisi." Ucapnya sambil mengetuk pintu.Tanpa menunggu lama, pintu dibuka. Disana terdapat seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah kepala art."Oh tuan muda Nabastala. Ada keperluan apa tuan?" Tanya bibi itu."Apa kabar bi?" Tanya Nabastala ramah.Pria itu tentu sudah mengenal wanita di depannya karena dahulu pria ini adalah menantu dirumah tempat bibi itu bekerja."Baik. Tapi, tuan belum menjawab pertanyaan saya. Ada keperluan apa tuan kesini?" Nabastala tersenyum. Nada bibi bernama Marni didepannya ini tidaklah terdengar santai, mungkin sejak kejadian itu semua orang telah berubah padanya."Saya ingin bertemu ibu. Ada bi?" "Tidak ada. Ibu sedang keluar. Lebih baik sekarang tuan pulang." Ujar bibi itu.Nabastala mengangguk. "Baiklah, saya permisi. " Ucapnya lalu melenggang pergi.Disepanjang perjalanan, Nabastala terus saja merenungi sikap sang kepala ar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status