Share

3. Pergi

Brak! Brak! Brak!

Suara gedoran pintu yang sangat keras membuat sang penghuni rumah terbangun. Pria paruh baya keluar dari kamar menuju arah suara disusul sang istri dari belakang. Aisyah yang mendengar keributan ikut terbangun dan melangkah keluar.

Sementara diluar, seorang pria paruh baya tampak emosi menatap daun pintu yang terbuat dari kayu. Tak lama pintu terbuka dan menampakkan sang pemilik rumah.

"Ada apa, Bagas?" tanya Gani.

"Apa mau kamu, hah!" bentak Bagas.

"Apa maksud kamu?"

"Tidak usah pura-pura, kamu sengaja menjual anak kamu hah?" ucap Bagas.

"Siapa, yang menjual anak?" tanya Gani.

"Kamu sengaja menyuruh Aisyah, untuk mendekati anakku Krisna agar kehidupan kalian terjamin." Tuduh Bagas.

" Jangan sembarang bicara Bagas, walaupun aku miskin, aku tidak pernah sekalipun berpikiran untuk menjual anakku!" tegas Gani.

"Abdul Gani, kamu pikir aku akan begitu saja percaya dengan apa yang kamu bilang barusan hah,"sindir Bagas.

"Aku tidak pernah sedikit pun berpikir demikian, Bagas," ucap Gani.

"Tidak untuk sekarang, tapi untuk nantinya, saya yakin kamu akan melakukan itu."

"Astafirullah!" Gani mengelus dada.

"Tidak usah munafik, Gani, saya tahu rencana licik kamu."

"Terserah kamu, Bagas, percuma saya bicara sama orang keras kepala seperti kamu."

"Oke, kalau begitu kalian semua pindah dari tempat ini!"

"Apa, maksud kamu?"

"Apa belum jelas, aku mau kalian pergi dari sini!" ulang Bagas.

"Kenapa, saya harus pergi, ini rumah saya, kamu tidak berhak mengusir saya!" tegas Gani.

"Saya bisa membeli rumah beserta tanah kamu jika saya mau."

"Sampai kapan pun, saya tidak akan pernah menjual tanah dan rumah ini!"

"Saya bisa mendapatkan apa saja yang saya inginkan jika kamu lupa,apa lagi hanya sebuah gubuk kecil seperti ini," ucap Bagas meremehkan.

"Saya tahu, rumah saya bagai semut di mata kamu, Bagas, rumah saya tidak sebagus dan semewah rumah kamu, tapi sampai kapan pun saya akan tetap mempertahankan rumah ini."

"Apa yang menarik dari rumah ini, sehingga kamu sangat mempertahankan?"tanya Bagas.

"Rumah ini memang sederhana, tetapi banyak kenangan yang ada. Rumah ini menjadi saksi perjuangan saya saat di mana saya bekerja keras demi keluarga saya."

"Hanya itu? Saya bisa menukar gubuk kamu ini dengan istana, asal kalian pergi dari sini?" tawar Bagas.

"Tidak, berapa kali pun kamu terus mencoba agar saya mau menjual rumah ini, saya tidak akan pernah menjualnya," ucap Gani sambil Bagas dengan tatapan garang. "Ingat, tidak akan pernah," sambungnya sambil menunjuk dada Bagas.

"Baik, kalau begitu." Bagas tersenyum licik sambil bertepuk tangan pelan, tak lama ada tiga orang datang menghampiri mereka, Bagas memberi kode kepada para ajudan yang baru tiba.

"Siap bos," ucap salah satu pria, tanpa pikir panjang pria itu segera menghampiri Aisyah yang berada di samping Mariam dan membawa paksa Aisyah ke hadapan Bagas.

"Aisyah!" ucap Gani panik melihat Aisyah,yang diperlakukan kasar oleh orang-orang suruhan Bagas.

"Cantik juga," ucap Bagas merangkup wajah Aisyah.

" Jangan, kamu apa-apakan, Aisyah," pinta Gani.

"Saya, tidak akan menyakiti putri kamu, asal kamu menuruti apa yang saya mau," ucap Bagas sambil mengusap pipi Aisyah.

"Tolong, jangan sakiti Aisyah," ucap Gani yang khawatir melihat sang putri ketakutan.

"Boleh juga, dari pada kamu pacaran dengan putra saya, lebih baik kamu menikah dengan saya," ucap Bagas mengusap lembut rambut hitam Aisyah.

"Saya tidak mau, menikah dengan pria kejam seperti anda," ucap Aisyah berani.

"Hm, saya kira kamu gadis lugu, tapi ternyata sama juga dengan gadis-gadis yang pernah saya temui di luar sana." Bagas tersenyum mendengar penolakan Aisyah.

"Kalau begitu, biar para ajudan saya yang akan paksa kamu,"ucap Bagas memberi perintah kepada para ajudan untuk membawa Aisyah pergi, tetapi segera dihalau oleh Gani.

"Jangan, jangan bawa pergi, Aisyah," mohon Gani meraih tangan Bagas.

"Kenapa? Bukankah rumah ini sangat berharga bagi kamu, lantas kenapa kamu mencegah saya untuk membawa putrimu bukankah dia tidak berharga?" tanya Bagas.

"Aisyah, putri saya satu-satunya, saya mohon jangan bawa dia, jangan sakiti dia biarlah saya yang akan menggantikannya," ucap Gani bersungguh-sungguh.

"Saya, tidak butuh kamu tua bangka!" kata Bagas menepis tangan Gani dari lengannya.

"Saya mohon, Bagas." Gani berlutut di hadapan Bagas, berharap Bagas akan melepaskan Aisyah.

"Tidak ada tawar-menawar lagi, Gani."

" Saya mohon, baiklah jika kamu menginginkan rumah beserta tanah ini, akan saya berikan dan kami akan pergi jauh dari sini, tapi tolong lepaskan, Aisyah," pinta Gani masih bersujud.

"Saya mohon, Pak Bagas lepaskan putri kami, hiks...hiks ...." Mariam tak kuasa menahan isak tangis, melihat sang suami bersujud dan Aisyah terus meronta melepaskan diri dari cengkeraman para ajudan.

"Jangan Pa, jangan jual rumah kita!" Aisyah memohon dan terus berupaya melepaskan diri.

"Saya sudah tidak berminat dengan rumah dan tanah kamu, justru saya ingin, Aisyah." Kata Bagas sontak membuat Gani marah, dan kemudian bangkit memukul wajah Bagas keras sehingga Bagas tersungkur, salah satu ajudan yang melihat kejadian tersebut langsung menghampiri Bagas, sementara ajudan yang lain menghampiri Gani dan memukulinya,

Mariam yang tak terima melihat suaminya dihajar mengambil batu kemudian melemparkannya tepat ke arah ajudan,salah satu ajudan yang tekena lemparan batu menghampiri Mariam dan mengikat tangan ke belakang.

"Pak Bagas, lepaskan Bapak dan Mama saya, saya mohon, Pak," pinta Aisyah merangkul kaki Bagas.

"Tidak cantik, saya tidak akan melepaskan mereka," ucap Bagas, memegangi sudut bibirnya yang berdarah akibat ulah Gani.

"Saya mohon, Pak." Ucap Aisyah menangis melihat kedua orang tuanya diperlakukan kejam oleh Bagas.

"Baiklah, saya akan melepaskan mereka, asal kamu mau berjanji?" ucap Bagas memberi pilihan.

"Apa pun, akan saya lakukan asal Bapak dan Mama saya bebas."

"Anak pintar, lepaskan!" Pinta Bagas kepada ajudannya.

"Jangan nak, lebih baik kami menderita dari pada harus melihat kamu sengsara nak." Ucap Gani memohon, agar Aisyah tak jadi menerima tawaran Bagas,setelah ajudan melepaskan Gani dan Mariam, Bagas menatap Aisyah.

"Saya sudah memenuhi keinginan kamu, sekarang saya ingin kamu membalasnya," ucap Bagas yang diangguki oleh Aisyah. "Saya mau, kamu pergi dari kehidupan Krisna selamanya bahkan kalau perlu tidak usah kembali lagi," pinta Bagas yang membuat hati Aisyah perih tak rela jika harus berpisah dengan Krisna, tetapi dia tidak punya pilihan lain jika tidak orang tuanya akan menderita.

"Baik, saya akan pergi jauh dari kehidupan kak Krisna, tapi jangan sakiti keluarga saya."

"Saya tidak akan menyakiti mereka, selama kamu menepati janji." Aisyah mengangguk mengiyakan permintaan Bagas dengan berat hati, ini semua dia lakukan demi keluarga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status