Share

3. Pergi

last update Huling Na-update: 2022-03-22 07:54:32

Brak! Brak! Brak!

Suara gedoran pintu yang sangat keras membuat sang penghuni rumah terbangun. Pria paruh baya keluar dari kamar menuju arah suara disusul sang istri dari belakang. Aisyah yang mendengar keributan ikut terbangun dan melangkah keluar.

Sementara diluar, seorang pria paruh baya tampak emosi menatap daun pintu yang terbuat dari kayu. Tak lama pintu terbuka dan menampakkan sang pemilik rumah.

"Ada apa, Bagas?" tanya Gani.

"Apa mau kamu, hah!" bentak Bagas.

"Apa maksud kamu?"

"Tidak usah pura-pura, kamu sengaja menjual anak kamu hah?" ucap Bagas.

"Siapa, yang menjual anak?" tanya Gani.

"Kamu sengaja menyuruh Aisyah, untuk mendekati anakku Krisna agar kehidupan kalian terjamin." Tuduh Bagas.

" Jangan sembarang bicara Bagas, walaupun aku miskin, aku tidak pernah sekalipun berpikiran untuk menjual anakku!" tegas Gani.

"Abdul Gani, kamu pikir aku akan begitu saja percaya dengan apa yang kamu bilang barusan hah,"sindir Bagas.

"Aku tidak pernah sedikit pun berpikir demikian, Bagas," ucap Gani.

"Tidak untuk sekarang, tapi untuk nantinya, saya yakin kamu akan melakukan itu."

"Astafirullah!" Gani mengelus dada.

"Tidak usah munafik, Gani, saya tahu rencana licik kamu."

"Terserah kamu, Bagas, percuma saya bicara sama orang keras kepala seperti kamu."

"Oke, kalau begitu kalian semua pindah dari tempat ini!"

"Apa, maksud kamu?"

"Apa belum jelas, aku mau kalian pergi dari sini!" ulang Bagas.

"Kenapa, saya harus pergi, ini rumah saya, kamu tidak berhak mengusir saya!" tegas Gani.

"Saya bisa membeli rumah beserta tanah kamu jika saya mau."

"Sampai kapan pun, saya tidak akan pernah menjual tanah dan rumah ini!"

"Saya bisa mendapatkan apa saja yang saya inginkan jika kamu lupa,apa lagi hanya sebuah gubuk kecil seperti ini," ucap Bagas meremehkan.

"Saya tahu, rumah saya bagai semut di mata kamu, Bagas, rumah saya tidak sebagus dan semewah rumah kamu, tapi sampai kapan pun saya akan tetap mempertahankan rumah ini."

"Apa yang menarik dari rumah ini, sehingga kamu sangat mempertahankan?"tanya Bagas.

"Rumah ini memang sederhana, tetapi banyak kenangan yang ada. Rumah ini menjadi saksi perjuangan saya saat di mana saya bekerja keras demi keluarga saya."

"Hanya itu? Saya bisa menukar gubuk kamu ini dengan istana, asal kalian pergi dari sini?" tawar Bagas.

"Tidak, berapa kali pun kamu terus mencoba agar saya mau menjual rumah ini, saya tidak akan pernah menjualnya," ucap Gani sambil Bagas dengan tatapan garang. "Ingat, tidak akan pernah," sambungnya sambil menunjuk dada Bagas.

"Baik, kalau begitu." Bagas tersenyum licik sambil bertepuk tangan pelan, tak lama ada tiga orang datang menghampiri mereka, Bagas memberi kode kepada para ajudan yang baru tiba.

"Siap bos," ucap salah satu pria, tanpa pikir panjang pria itu segera menghampiri Aisyah yang berada di samping Mariam dan membawa paksa Aisyah ke hadapan Bagas.

"Aisyah!" ucap Gani panik melihat Aisyah,yang diperlakukan kasar oleh orang-orang suruhan Bagas.

"Cantik juga," ucap Bagas merangkup wajah Aisyah.

" Jangan, kamu apa-apakan, Aisyah," pinta Gani.

"Saya, tidak akan menyakiti putri kamu, asal kamu menuruti apa yang saya mau," ucap Bagas sambil mengusap pipi Aisyah.

"Tolong, jangan sakiti Aisyah," ucap Gani yang khawatir melihat sang putri ketakutan.

"Boleh juga, dari pada kamu pacaran dengan putra saya, lebih baik kamu menikah dengan saya," ucap Bagas mengusap lembut rambut hitam Aisyah.

"Saya tidak mau, menikah dengan pria kejam seperti anda," ucap Aisyah berani.

"Hm, saya kira kamu gadis lugu, tapi ternyata sama juga dengan gadis-gadis yang pernah saya temui di luar sana." Bagas tersenyum mendengar penolakan Aisyah.

"Kalau begitu, biar para ajudan saya yang akan paksa kamu,"ucap Bagas memberi perintah kepada para ajudan untuk membawa Aisyah pergi, tetapi segera dihalau oleh Gani.

"Jangan, jangan bawa pergi, Aisyah," mohon Gani meraih tangan Bagas.

"Kenapa? Bukankah rumah ini sangat berharga bagi kamu, lantas kenapa kamu mencegah saya untuk membawa putrimu bukankah dia tidak berharga?" tanya Bagas.

"Aisyah, putri saya satu-satunya, saya mohon jangan bawa dia, jangan sakiti dia biarlah saya yang akan menggantikannya," ucap Gani bersungguh-sungguh.

"Saya, tidak butuh kamu tua bangka!" kata Bagas menepis tangan Gani dari lengannya.

"Saya mohon, Bagas." Gani berlutut di hadapan Bagas, berharap Bagas akan melepaskan Aisyah.

"Tidak ada tawar-menawar lagi, Gani."

" Saya mohon, baiklah jika kamu menginginkan rumah beserta tanah ini, akan saya berikan dan kami akan pergi jauh dari sini, tapi tolong lepaskan, Aisyah," pinta Gani masih bersujud.

"Saya mohon, Pak Bagas lepaskan putri kami, hiks...hiks ...." Mariam tak kuasa menahan isak tangis, melihat sang suami bersujud dan Aisyah terus meronta melepaskan diri dari cengkeraman para ajudan.

"Jangan Pa, jangan jual rumah kita!" Aisyah memohon dan terus berupaya melepaskan diri.

"Saya sudah tidak berminat dengan rumah dan tanah kamu, justru saya ingin, Aisyah." Kata Bagas sontak membuat Gani marah, dan kemudian bangkit memukul wajah Bagas keras sehingga Bagas tersungkur, salah satu ajudan yang melihat kejadian tersebut langsung menghampiri Bagas, sementara ajudan yang lain menghampiri Gani dan memukulinya,

Mariam yang tak terima melihat suaminya dihajar mengambil batu kemudian melemparkannya tepat ke arah ajudan,salah satu ajudan yang tekena lemparan batu menghampiri Mariam dan mengikat tangan ke belakang.

"Pak Bagas, lepaskan Bapak dan Mama saya, saya mohon, Pak," pinta Aisyah merangkul kaki Bagas.

"Tidak cantik, saya tidak akan melepaskan mereka," ucap Bagas, memegangi sudut bibirnya yang berdarah akibat ulah Gani.

"Saya mohon, Pak." Ucap Aisyah menangis melihat kedua orang tuanya diperlakukan kejam oleh Bagas.

"Baiklah, saya akan melepaskan mereka, asal kamu mau berjanji?" ucap Bagas memberi pilihan.

"Apa pun, akan saya lakukan asal Bapak dan Mama saya bebas."

"Anak pintar, lepaskan!" Pinta Bagas kepada ajudannya.

"Jangan nak, lebih baik kami menderita dari pada harus melihat kamu sengsara nak." Ucap Gani memohon, agar Aisyah tak jadi menerima tawaran Bagas,setelah ajudan melepaskan Gani dan Mariam, Bagas menatap Aisyah.

"Saya sudah memenuhi keinginan kamu, sekarang saya ingin kamu membalasnya," ucap Bagas yang diangguki oleh Aisyah. "Saya mau, kamu pergi dari kehidupan Krisna selamanya bahkan kalau perlu tidak usah kembali lagi," pinta Bagas yang membuat hati Aisyah perih tak rela jika harus berpisah dengan Krisna, tetapi dia tidak punya pilihan lain jika tidak orang tuanya akan menderita.

"Baik, saya akan pergi jauh dari kehidupan kak Krisna, tapi jangan sakiti keluarga saya."

"Saya tidak akan menyakiti mereka, selama kamu menepati janji." Aisyah mengangguk mengiyakan permintaan Bagas dengan berat hati, ini semua dia lakukan demi keluarga.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ayahmu Tidak Setuju Karena Aku Miskin   35. Memasak

    "Apa! Dia kabur. Dasar tidak becus jagain satu perempuan saja tidak bisa," hardik Imelda. "Pokoknya saya tidak mau tau, bagaimana pun caranya saya mau kalian membawa perempuan itu di hadapan saya. Kalau tidak kalian tau sendiri akibatnya," ancam Imelda. "Gimana?" "Bos marah bro," jawabnya setelah memasukan ponselnya kedalam saku bajunya "Kita harus secepatnya menemukan perempuan itu," sambungnya lagi "Ya udah, ayo kita pergi ke rumah sakit," ajak temannya "Rumah sakit, ngapain?" tanyanya bingung "Periksa gigi. Ya nungguin itu dokter cantik lah, katanya mau nyulik dia gimana sih," kesal temannya "Hehe, kirain mau periksa beneran," ucapnya cengengesan. mereka bertiga pun langsung pergi menuju rumah sakit.*** "Kakak ipar ga kenapa-kenapa kan?" tanya Widia panik karena mendengar kabar dari kakaknya. "Terus keadaannya gimana sekarang?" tanya Widia lagi "Syukur lah kalau baik-baik saja, aku sangat khawatir kak, pantas saja tadi perasaan aku tidak enak. Ya sudah kalau ada apa-apa

  • Ayahmu Tidak Setuju Karena Aku Miskin   34. Berhasil Kabur

    "Aisyah, kamu di dalam kan?" panggil Widia lagi. Dari luar Widia tampak bingung dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah di dalam karena tak biasanya Aisyah mengunci ruangannya. Widia ingin meminta bantuan tetapi lorong koridor sepi, Widia celingak-celinguk mencari sesuatu untuk membuka pintu. Widia terus berusaha menggedor-gedor pintu tetapi tetap tidak ada jawaban dari dalam. Widia mencari sesuatu di dalam tasnya yang bisa digunakan untuk membuka pintu. "Mudah-mudahan bisa," ucap Widia saat menemukan sebuah jepit rambut lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Dia terus mencoba memutar kunci agar terbuka. "Eeemmm... eeemmm," Aisyah menggeleng agar Widia berhenti, tetapi percuma karena Widia tidak dapat melihat Aisyah.Click Pintu berhasil di buka Widia dan meraih kenop pintu lalu memutarnya. Pria di belakang pintu mengambil sebilah pisau lipat dari sakunya bersiap-siap untuk menikam. Aisyah yang melihat Widia dalam bahanya mencoba menyeret kursinya hingga depan pintu.Kr

  • Ayahmu Tidak Setuju Karena Aku Miskin   33. Siapa Dia

    Cup Bibir hangat Krisna mendarat di kening mulus Aisyah memberi kecupan mesra sebelum pergi menjalankan tugas negara. "Aku pergi dulu ya sayang," ucap Krisna. "Iya, hati-hati jangan ngebut bawa motornya," pesan Aisyah. "Siap sayangku," goda Krisna memberi hormat lalu mengecup kembali pipi Aisyah. "Kakak, malu tau kalau di lihat orang," kesal Aisyah mencubit lengan Krisna. "Kenapa? Kita kan sudah sah. Kalau pun kita mau mesra-mesraan juga tidak apa-apa," ucap Krisna. "Ya sudah sana, katanya mau dinas." "Oh jadi ngusir nih ceritanya." "Enggak bukan gitu, nanti Kakak telat lagi sampai kantor." "Ya sudah aku pergi dulu, Assalamualaikum," pamit Krisna. "Kak," panggil Aisyah. "Ya," yang di panggil pun berhenti dan menoleh ke arah belakang. Aisyah berjalan menghampiri Krisna lalu meraih tangan kanannya dan menciumnya dengan takzim. "Ada yang lupa," ucap Aisyah tersenyum setelah mencium punggung tangan Krisna. Krisna tertawa mendengar alasan Aisyah memanggilnya itu. "Kok malah ke

  • Ayahmu Tidak Setuju Karena Aku Miskin   32. Rencana Yang Gagal

    "Kalian semua dengar baik-baik tugas dari saya," kata Bagas serius menatap keluar jendela. "Saya mau kalian hancurkan pernikahan Krisna. Kalian bikin keributan bahkan kalau perlu kalian bakar rumah beserta orang-orang yang hadir disana," perintah Bagas tersenyum licik. Niluh bergetar mendengar rencana buruk suaminya, ia tak sengaja melewati ruang kerja Bagas yang selalu terkunci meski ada Bagas di dalamnya tetapi tidak ada yang berani masuk. Niluh yang sedari tadi mendengar percakapan antara suami dan ajudannya seketika mundur perlahan takut jika mereka mendengar. "Baik, bos." "Kami akan melaksanakan perintah bos besar," sambung pemimpin preman bayaran yang di beli jasanya untuk membunuh atau menyakiti seseorang tanpa pandang bulu. "Bagus, laksanakan." Semua ajudan Bagas memberi hormat lalu pergi meninggalkan ruangan Bagas. "Widia," panggil Niluh yang masuk kamar Widia tanpa permisi. "Ada apa, Ma?" tanya Widia yang heran dengan tingkah Niluh. "Nak, cepat kamu hubungi Kakak k

  • Ayahmu Tidak Setuju Karena Aku Miskin   31. Mendadak Menikah

    "Bu, ini taruh dimana?" tanya wanita yang membawa nampan berisi aneka macam kue yang sudah tertata rapih. "Oh itu taruh saja di sana," tunjuk Mariam mengarahkan ke meja yang penuh berisi makanan. Sementara Mariam masih terus memantau persiapan untuk sang putri tercinta, Mariam tidak mau acara penting Aisyah berantakan hanya karena kurang persiapan dan para tamu kecewa. Ya hari ini adalah hari menjelang pernikahan Aisyah dan Krisna, meski sederhana tetapi keduanya sangat bahagia yang terpenting adalah mereka sah di mata agama dan negara. Mariam sangat sibuk bersama para tetangga dan kerabat saling membantu menata berbagai macam hidangan makanan dan minuman yang akan di sajikan untuk para tamu undangan, sementara Gani dan para pria sibuk menata tempat yang akan menjadi berlangsungnya acara resepsi pernikahan Aisyah dan Krisna. Semua orang tampak sibuk dengan tugas masing-masing, sementara Aisyah berada di dalam kamar karena Mariam melarang Aisyah untuk membantu. Aisyah sungguh bosan

  • Ayahmu Tidak Setuju Karena Aku Miskin   30. Pisang Goreng

    Ditengah guyuran hujan Krisna membawa laju motor KLX ya memecah hujan menuju rumah Aisyah. Sekian menit lamanya Krisna berkendara di bawah guyuran hujan, akhirnya tiba di rumah pujaan hati. Tanpa menunggu lama Krisna berlari meninggalkan motor menuju teras Aisyah pun yang mendengar suara motor Krisna segera berlari keluar kamar menuju ruang tamu, walaupun hujan deras tetapi Aisyah bisa mendengar dengan jelas suara motor Krisna. mungkin suara ikatan batin mereka yang sangat kuat. Aisyah membuka pintu dan alangkah bahagianya Aisyah ternyata benar Krisna pujaan hatinya berada di hadapannya saat ini. Krisna menepati janjinya tak perduli hujan badai angin ribut halilintar, dia akan menerjang semua halang rintang yang ada di depannya demi sang pujaan hati Aisyah seorang.Krisna melepas jas hujan yang menempel di tubuhnya, lalu duduk di sofa ruang tamu. sementara Aisyah sedang membuat teh hangat untuk Krisna dan pisang goreng. "Ini, kak di minum dulu biar anget badannya." "Makasih sayang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status