Share

4. Tempat Baru

Rinai hujan yang mengguyur sejak malam hari membuat udara Kota Samarinda terasa semakin dingin. Embun menggantung di antara pepohonan yang tinggi di halaman rumah. Suara katak yang bernyanyi menjadi sambutan hangat di awal pagi.

Dalam salah satu kamar yang terletak di pojok kiri rumah, Aisyah menggeliat di atas tempat tidur duduk kemudian merentangkan tangan dan memutar badan hingga terdengar gemeluk tulang yang bergesekan. Perempuan berambut panjang itu bangkit menuju kamar mandi tak lupa mengambil handuk yang bertengger di balik pintu.

Aisyah sudah siap dengan kaos hitam dan celana kulot warna biru, tak lupa rambut panjang yang dia kuncir kuda, setelah melihat penampilan di depan kaca Aisyah segera keluar menuju halaman rumah untuk mengambil sebuah sepeda.

"Mau kemana, Aisyah?" suara cempreng Ibu komplek yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggal Aisyah.

"Mau sepedaan Bu, bakar lemak," ucap Aisyah.

"Sudah langsing gitu, masih berlemak?" tanya Bu Ati.

"Biar tambah langsing, Bu," Kekeh Aisyah yang membuat Bu Ati geleng kepala.

"Nanti yang ada, tinggal tulang Neng." sela Bu Ati.

"Ibu, lagi nungguin Abang Joni?" tanya Aisyah.

"Iya Neng, belum lewat dari tadi, biasanya jam segini udah nongol."

"Lagi banyak pelanggan kali, Bu,"

"Bisa jadi, tapi kok lama banget, keburu habis sampai sini entar sayurnya," ucap Bu Ati cemas.

"Ya sudah, Ibu tungguin aja, Aisyah pamit dulu, Assalamualaikum." Aisyah kembali mengayuh sepeda meninggalkan Bu Ati yang masih setia menunggu tukang sayur keliling langganan.

***

Semilir angin menembus pekatnya malam yang sunyi, hanya terdengar nyayian dari suara hewan yang membuat suasana semakin mencekam, Aisyah menatap keluar dari balik jendela menikmati hembusan angin malam.

Malam semakin larut tetapi mata Aisyah enggan tertutup, Aisyah mengganti posisi tidur yang dirasa kurang nyaman, segala macam posisi tidur sudah dia lakukan tetapi nihil, Aisyah tak kunjung tidur.

Malam semakin larut, tak ada lagi suara bising dari kendaraan roda dua ataupun roda empat, Aisyah yang tidak bisa terlelap memutuskan untuk bangun dari tempat tidur, berjalan menuju kursi yang ada di pojok ruangan.

"Tempat baru, lingkungan baru, teman baru, huh!" gerutu Aisyah sambil mendaratkan bokong ke kursi pelan.

Karena Aisyah tak bisa tidur, akhirnya Aisyah memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliah. Sayup-sayup terdengar kumandang ayat-ayat suci di Masjid, segera Aisyah menyudahi pekerjaannya dan melangkah menuju kamar mandi membersihkan diri untuk melaksanakan shalat subuh.

***

Terik matahari yang membakar tubuh tak lagi di rasakan oleh pria bertubuh tinggi, rahang keras dan hidung mancung. Ini sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari yang dia jalani sebagai anggota kepolisian. Berada di bawah terik matahari dan melakukan kegiatan uji coba ketangkasan sudah menjadi kebiasaan bagi Krisna.

Hari sudah semakin malam,semua anggota calon polisi sudah membubarkan diri terkecuali Krisna, dia masih setia berada di area latihan mengulang kembali latihan yang dilakukan dengan semangat yang terus membara.

"Hey! semangat banget kamu latihannya?" tanya pria berkulit coklat.

"Ya, pasti semangat lah, kan demi pujaan hati." balas pria yang berada di belakang Krisna.

"Salut aku sama kamu, Kris."

"Terima kasih, aku cuma melakukan yang terbaik." ucap Krisna yakin.

"Kris, kalau boleh tahu cewek kamu yang mana, sih." tanya Dedi penasaran.

"Iya, kita belum tahu yang mana cewek kamu,"

"Suatu saat nanti kalian juga akan tahu,pujaan hatiku yang mana." balas Krisna, yang naik ke atas ranjang sambil tersenyum membuat kedua teman satu ruangan bingung dengan sikap Krisna.

***

Dalam sebuah rumah minimalis modern, terdengar suara tangis bayi yang memenuhi ruangan, kedua orang tua bayi terbangun dan segera menghampiri, Ayah dari bayi mengambil bayi dari dalam box tidur bayi dan memberikan kepada Ibu bayi untuk menyusu.

"Sayang, Putra sepertinya haus, deh?" Krisna meletakan bayi mungil ke pangkuan Aisyah.

"Putra, haus ya, sayang?" Aisyah mengusap lembut pipi tembem Putra, Krisna yang memperhatikan putranya menyusu dengan asik membuat Krisna gemas, tanpa sadar Krisna mencubit pipi tembem Putra, seketika Putra menangis akibat ulah Krisna, Aisyah memukul lengan Krisna akibat kejahilannya kini Putra menangis.

"Cup ... cup ... sayang!" Aisyah menggendong Putra sambil menimang-nimang agar berhenti menangis.

"Lihat kak, Putra jadi nangis gara-gara ulah jahil kamu."kesal Aisyah,Krisna hanya tersenyum membuat Aisyah semakin kesal kemudian mencubit pipi Krisna.

"Aduh! sakit sayang."

"Sakit, kan?"ucap Aisyah, Krisna yang masih mengusap pipinya kemudian meraih Putra dari gendongan Aisyah, seketika tangis Putra berhenti berganti tawa yang membuat Krisna gemas.

Drettt! drett! drett!

Suara getar ponsel membuat Krisna terbangun, segera meraih benda pipih dari atas nakas sebelah kiri. Krisna mengerutkan dahi mencoba mencerna semua yang barusan dia alami ternyata hanya mimpi.

"Ternyata hanya mimpi, tapi seperti kenyataan?" kata Krisna pada diri sendiri.

Udara dingin menembus tulang menjalar ke setiap pori-pori kulit, embun pagi yang menempel di permukaan dedaunan yang hijau. Hembusan angin menerbangkan dedaunan kering membawanya melintasi setiap permukaan tanah.

Krisna berlari menelusuri setiap sisi lapangan,tak peduli panas matahari yang kian menampakan sinarnya buliran keringat berjatuhan dari pelipis wajah tampan Krisna. Suasana dari dalam gedung Akademi tampak riuh karena latihan yang ketat dan disiplin, membuat setiap pesertanya fokus.

Rasa lelah terlihat dari setiap raut wajah para personel, begitupun dengan Krisna. Pria berwajah tampan berahang tegas tampak menikmati hembusan angin sambil memejamkan mata.

'Aisyah akankah mimpi ku menjadi kenyataan? Aku harap Tuhan mempersatukan kita, aku akan memperjuangkan kamu dan cinta kita.' Gumam Krisna dalam hati memandangi sebuah foto gadis cantik yang tersenyum manis membuat rasa lelah Krisna seketika hilang berganti dengan semangat yang baru.

***

Suasana dalam ruangan serba putih terlihat seorang gadis cantik berambut hitam tengah fokus mengutak-atik manekin organ dalam tubuh manusia, mengamati setiap arahan dari Dosen dengan seksama tanpa ada yang terlewat.

"Aisyah, malam ini kamu ada acara, gak?" tanya pria yang berada di sebrang tempat duduk Aisyah.

"Gak ada, emang kenapa?" tanya balik Aisyah.

"Temenin aku, ya?

"Kemana?"

"Biasa, ke rumah sakit ada jadwal operasi," ucap Dani. "Maunya temani, aku," sambung Dani memohon, Aisyah tampak berpikir keras hingga nasi yang ada di atas piring habis.

"Oke, aku temenin."

"Makasih!"

"Sama-sama," ucap Aisyah tersenyum manis membuat Dani terpesona dengan bibir manis Aisyah, Dani adalah senior Aisyah yang telah lama jatuh hati pada gadis manis dihadapannya, tetapi Dani tak berani mengungkapkan isi hatinya, cukup dengan kedekatan mereka membuat hati Dani bahagia.

Malam yang cerah karena sinar rembulan bersinar terang mengiringi kedua remaja yang melintasi jalan raya, motor metik warna merah berhenti di sebuah rumah sakit kemudian pengemudi turun dari atas motor.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status