Share

2. Perpisahan

"Kamu kenapa, Aisyah, kok dari tadi cemberut terus?" tanya Widia.

"Kakak kamu tuh, ingkar janji lagi," kesal Aisyah.

"Janji apaan?" tanya Widia.

"Kemarin, Dia bilang mau antar aku ke sekolah, eh aku tungguin lama, ga nongol-nongol, tuh, kakak kamu," ucap Aisyah kesal.

"Oh itu, aku tadi subuh liat kak Krisna joging, dan saat aku mau berangkat sekolah belum balik dia," terang Widia.

"Mungkin lupa kali, kak Krisna," sambung Widia.

"Masa lupa sih, kan dia sendiri yang bilang."

"Mungkin terlalu fokus."

"Ya masa aku di lupain, sih."

"Sabar aja, kakak aku emang gitu orangnya."

"Bikin kesel aja tau ga pagi-pagi," gerutu Aisyah membuat Widia geleng kepala.

***

"Assalamualaikum!" ucap Aisyah, memberi salam kepada ibu Mariam, meraih tangan dan mencium punggung tangan dengan takzim.

"Waalaikum salam!" sambut Mariam dengan senyum lebar.

"Mama masak makan siang apa, hari ini?"

"Mama belum masak."

"Aisyah bantuin masak, ya, Ma," pinta Aisyah.

" Ya sudah sana ganti baju."

"Siipp Mama," Aisyah melangkah maninggalkan Mariam menuju kamar, dan mengganti pakaian seragam dengan kaos merah oblong dan celana jins selutut.

"Kita masak apa, Ma?" tanya Aisyah yang sudah berada di dapur sambil mengikat asal rambut panjang hitamnya.

"Masak, ikan santan gimana?" usul Mariam.

"Boleh Ma, tapi jangan sering-sering, ga baik untuk kesehatan," terang Aisyah.

"Iya, ibu dokter," ucap Mariam.

"Amin," ucap Aisyah meng-aminkan ucapan sang Mama.

****

Dreeet dreeettt dreeett

Suara getar ponsel, membuat mata Aisyah terbuka dan terbangun dari mimpi indah, segera Aisya mencari benda pipih tersebut, dengan mata masih enggan untuk terbuka, tangan Aisyah meraba dibalik bantal dan menemukan benda yang dia cari, sejenak Aisyah memandang nama yang tertera di layar kemudian mengangkat dengan malas.

"Halo!"

"Hay sayang!"

"Heem."

"Kamu masih marah ya, sama aku?"

"Kamu pikir saja sendiri."

"Aku minta maaf."

"Sampai kapan, kamu terus minta maaf, dan selalu melupakan janji yang kamu buat sendiri?" ucap Aisyah kesal dengan sikap Krisna.

"Aku tau, aku salah tapi aku janji ga akan mengulangi lagi," ucap Krisna.

"Terserah kamu." Aisyah hendak menutup panggilan.

"Aku cinta sama kamu Aisyah," ucap Krisna dari sebrang.

"Aku, akan berusaha untuk tepat waktu, dan selalu ada untuk kamu."

"Maaf, aku tidak antar dan jemput kamu ke sekolah, tadi mendadak ada pelatihan dan sekarang aku harus ke sana, dan mungkin kita jarang bertemu," ucap Krisna membuat Aisyah gelisah.

"Kakak bakalan lama di sana?"

"Tidak, cuma sebentar di sana. Dan aku ke sini, mau pamit sama minta doa dan restu kamu untuk semangatin aku."

"Aku boleh nitip sesuatu ga, sama kamu?"

"Boleh, emang mau nitip apaan?"

"Tolong, jagain hati aku di sini," ucap Aisyah sambil menunjuk ke arah dada bidang Krisna.

"Pasti, tanpa kamu minta aku akan menjaga cinta kita," ucap Krisna yakin yang diberi hadiah senyuman indah oleh Aisyah, tentu Krisna tidak dapat melihatnya tetapi Krisna dapat merasakan hatinya bergetar hanya dengan membayangkan wajah ayu Aisyah.

***

Seorang gadis berambut hitam sebahu tengah duduk di bangku kayu panjang dipinggir kolam ikan buatan. Aisyah memberi makan ikan peliharaan, terdapat banyak jenis dalam kolam tersebut dari yang besar hingga yang kecil warna pun beragam campuran putih oren dan hitam berpadu menjadi satu. Tatapan mata Aisyah kosong ke depan, entah apa yang dia lihat sampai tanpa sadar seorang pria paruh baya menyadarkan Aisyah.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam!"

"Apa yang kamu pikirkan, Nak?" tanya pria yang merupakan ayah Aisyah.

"Tidak ada, Bapak sendiri kapan pulang?" tanya balik Aisyah setelah mencium punggung tangan Gani.

"Dari tadi, bahkan Bapak sudah panggil-panggil kamu, tapi kamu tidak dengar," ucap Gani melangkah duduk di samping sang putri.

"Ada apa? Hem," tanya Gani. Aisyah menghela napas panjang, sebelum menceritakan hal yang mengganggu pikirannya.

"Bapak!"

"Iya." ucap Gani yang lengannya di gelendoti sama Aisyah.

"Bapak marah gak, kalo aku berteman dengan yang non-muslim?" tanya Aisyah.

"Kalau sekedar berteman, Bapak tidak masalah, karena berteman itu bisa dengan siapa saja, yang ga boleh itu jika teman kamu seorang brandal," jelas Gani mengusap rambut halus Aisyah.

"Kalau, lebih?" tanya Aisyah lagi dengan ragu, Gani menatap sang anak.

"Jangan bilang kamu?" tanya Gani terputus.

"Aisyah, pacaran sama kak Krisna, Pak," aku Aisyah, Gani sejenak terdiam, terdengar hembusan napas yang keluar dari mulut Gani.

"Kalian, sudah lama berhubungan?"

"Sudah tiga bulan," jawab Aisyah

"Kamu, cinta sama Krisna?" tanya Gani yang dijawab anggukan oleh Aisyah.

"Kamu tau kan, kalau Krisna itu berbeda dari kita." Aisyah hanya mengangguk.

"Aisyah, keluarga Krisna itu keluarga terpandang, sedangkan bapak hanya seorang mebel kayu biasa, dan lagi agama kita yang berbeda, itu hanya akan membuat kalian sakit hati," terang Gani membuat hati Aisyah sakit.

"Tapi, kak Krisna dan Aisyah saling cinta, Pak," ucap Aisyah.

"Bapak tau nak, kalian tidak salah karena saling mencintai. Apalagi Krisna pria yang baik, tapi yang bapak takut orang tua Krisna menentang hubungan kalian, dan berusaha memisahkan kalian," ucap Gani merangkul pundak sang putri tak tega melihat putri satu-satunya itu menangis.

Dilain tempat, Krisna tengah memasukan pakaian yang akan dia bawa kedalam koper, dan memasukan perlengkapan lain yang dia butuhkan, mata Krisna tertuju pada sebuah bingkai foto dirinya dan seorang gadis cantik berambut hitam panjang, seulas senyum terbit dibibir Krisna, kemudian meraih bingkai dan mengeluarkan foto.

"Aisyah, tunggu aku pulang," gumam Krisna memandang foto dia dan Aisyah yang tengah tersenyum bahagia.

"Krisna !" panggil pria paruh baya yang duduk di sofa. Krisna yang merasa terpanggil segera turun menghampiri sang ayah.

"Kamu yakin, akan melanjutkan akademi ini?" tanya bagas.

"Iya Pa, ini sudah menjadi cita-cita Krisna, dan Krisna harap Papa bisa menerima keputusan Krisna," ucap Krisna.

"Sebenarnya, Papa tidak ingin kamu mengambil Akademi itu, Papa mau kamu meneruskan perusahaan keluarga, karena kamu adalah pewaris dan anak laki-laki dari keluarga Bagaskara," terang Bagas mencoba menasehati sang putra.

"Ini sudah menjadi keputusan Krisna, Pa," ucap Krisna tetap pada pilihannya.

"Lalu, siapa yang akan meneruskan dan menggantikan Papa nanti di perusahaan?"

"Suami dari Widia nantinya, Pa."

"Itu tidak bisa Krisna. Hanya laki-laki keturunan asli keluarga Bagaskara yang bisa menggantikan bukan orang lain," kata Bagas dengan nada keras menegur sang putra yang keras kepala.

"Kalau begitu biar keturunan Krisna nanti yang akan menggantikan posisi, Papa," ucap Krisna.

"Baik, berikan Papa cucu segera!"

"Tunggu dia lulus dulu, Pa."

"Siapa?"

"Siti Nur Aisyah."

Bruk! Prang!

"Apa!" Bagas yang mendengar nama gadis yang disebut Krisna, sontak membuat Bagas geram dan menggebrak meja kaca hingga pecah.

"Krisna akan menikah, hanya dengan Aisyah," ucap Krisna tegas.

"Apa tidak ada gadis lain, hah?"

"Krisna hanya mencintai Aisyah, Pa." Bagas semakin marah mendengar tolakan sang putra yang berani membantah.

"Apa yang gadis itu berikan? Apa dia telah memberikan ke suciannya?"

"Pa, jangan samakan Aisyah dengan gadis lain, Aisyah gadis baik-baik," ucap Krisna tak terima atas tuduhan sang Papa.

"Aisyah itu gadis biasa, tidak cocok untuk kamu, sampai kapan pun Papa tidak akan menerima Aisyah sebagai pendamping kamu apa lagi sampai menjadi istri kamu Krisna," tolak Bagas keras tepat di depan wajah tampan Krisna.

"Dengan atau tidak ada ya restu dari Papa, krisna akan tetap menikahi Aisyah," ucap Krisna melangkah pergi menjauh sambil menarik koper keluar dari rumah menuju garasi kemudian masuki mobil sedan warna hitam menyalakan dan melaju keluar meninggalkan kediaman Bagaskara.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
nolla
kan keturunannya belum ada, cinta aja terhalang restu...
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
waduhhh tak direstui
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status