Share

6. Kembali Bertemu

Tetesan embun di pagi hari menyambut hadirnya sang mentari yang mulai menampakan sinarnya, seorang gadis berjalan menaiki tangga dengan tergesa-gesa dengan langkah kaki mungilnya dia terus mendaki setiap inci undakan anak tangga. Hingga tiba di depan ruangan bernuansa putih gadis itu berjalan mendekati pintu meraih handel pintu kemudian memutarnya, setelah pintu terbuka Aisyah segera masuk dan tidak lupa menutup pintu kembali, Aisyah meletakan tas beserta alat Stetoskop yang melingkar di leher ke atas meja.

Hari ini begitu melelahkan bagi Aisyah bukan karena pasien yang datang silih berganti, tetapi karena dia yang harus berangkat dan pulang dari rumah sampai rumah sakit setiap hari, sebenarnya Aisyah ingin menyewa rumah yang dekat dengan rumah sakit tetapi orang tua nya tidak mengijinkan bahkan Gani sang Papa rela antar dan jemput Aisyah, untuk memastikan keselamatan Aisyah.

Matahari mulai naik ke atas permukaan, suasana rumah sakit mulai sedikit renggang karena waktu jam istirahat makan siang. Aisyah menutup berkas-berkas yang ada di atas meja kemudian menyimpannya di rak buku, kemudian Aisyah keluar untuk makan siang di kantin yang ada di rumah sakit.

"Halo! kakak ipar?"

"Widia! kok, kamu ada disini?" tanya Aisyah. Widia yang berbeda di samping Aisyah langsung duduk di bangku yang sama dengan Aisyah.

"Ini kan rumah sakit umum, jadi wajar dong kalau aku berada di sini," ucap Widia santai sambil mengambil alih gelas yang berisi jus mangga dan meminumnya.

"Haus, Neng?"

"Hu um, banget."

"Ya udah, pesen sana," sungut Aisyah, mengambil kembali minuman yang hampir habis dari tangan Widia.

"Pelit banget, sih!" kesal Widia.

"Lagian, punya orang main comot aja," kesal Aisyah.

"Bagi dikit kenapa, sih?"

"Kan kamu bisa pesen sendiri, kenapa harus minum minuman, aku?" tanya Aisyah.

"Ga afdol, kalau ga gangguin kamu."

"Emang, aku punya salah apa sama, kamu?"

"Salah kamu, itu banyak banget," ucap Widia. Kembali mengambil jus dari tangan Aisyah dan meminum habis isinya.

"Keterlaluan kamu, Wid!"

"Biarin, lagian sama temen pelit," ucap Widia tanpa dosa.

"Ngeselin banget, sih!"

"Kamu tuh, yang ngeselin!" ucap Widia. "Tiba-tiba pergi tanpa kabar, hilang bagai di telan bumi?" sambung Widia.

"Maaf, soal itu."

"Kamu, bisa jelasin?" tanya Widia.

"Saat itu, aku mendapat informasi dari salah satu dosen, yang mengatakan telah di buka pendaftaran calon Dokter dengan jalur beasiswa." terang Aisyah. "Jadi, aku coba untuk mendaftar, dan diterima," lanjut Aisyah.

"Terus, kamu pergi gitu aja?"

"Bukan gitu, Wid," ucap Aisyah. "Aku buru-buru, jadi ga sempat pamit sama, kamu," sambung Aisyah.

***

Dalam ruangan bernuansa putih tercium aroma khas obat-obatan rumah sakit, pria yang duduk di atas kursi memandangi gadis cantik yang berada tak jauh dari hadapannya. Krisna melangkah menghampiri Aisyah yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, melihat sikap Aisyah yang selalu menghindar.

"Kenapa, kamu terus menghindar?" tanya Krisna.

"Aku, tidak menghindari, Kakak,!" jawab Aisyah.

"Terus, kenapa kamu tidak mau melihatku?" ucap Krisna meraih dagu Aisyah dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Aisyah. Aisyah menelan ludah saat menatap manik mata elang milik Krisna, jantung Aisyah serasa ingin loncat keluar ketika Krisna mengusap lembut pipi merona Aisyah.

"Kamu tau, aku selalu menunggu kehadiranmu?" ucap Krisna.

"Kenapa?"

"Karena kamu, telah mengambil hidupku."

Deg!

Seketika tubuh Aisyah menegang saat Krisna mencium lembut bibir Aisyah, Krisna tersenyum menatap Aisyah yang terkejut atas perbuatannya.

"Kamu, akan menjadi milikku," Krisna mengusap bibir ranum Aisyah menggunakan ibu jari.

"Itu, tidak mungkin, Kak," ucap Aisyah.

"Tidak ada yang bisa menolak aku termasuk, kamu," Krisna tersenyum penuh arti.

"Sudahlah Kak, aku mau pulang."

"Biar aku antar kamu pulang," ucap Krisna menarik tangan Aisyah dan menuntunnya keluar.

Kini mereka telah sampai di tempat parkir melangkah menuju mobil SUV putih milik Krisna, Krisna membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Aisyah masuk.

"Kamu, tinggal di mana?" tanya Krisna.

"Di rumah," jawab Aisyah singkat.

"Iya, maksudnya kamu tinggal di daerah mana?" tanya Krisna lagi.

"Aku, masih tinggal bersama orang tua," jawab Aisyah. Sejenak Krisna terdiam kemudian menyalakan mesin dan melaju meninggalkan perkarangan rumah sakit.

Dalam perjalanan pulang Aisyah hanya diam seribu bahasa, Krisna melihat Aisyah dari sudut matanya kemudian tersenyum, pandangan matanya masih fokus menatap jalanan yang masih ramai dengan sengaja Krisna menyentuh tangan Aisyah dan membawa ke pangkuan.

"Aisyah, jangan pernah pergi lagi dariku?" tanya Krisna mencium tangan Aisyah.

"Aku, tidak bisa berjanji, Kak," balas Aisyah menatap Krisna.

"Kenapa?"

"Aku, tidak bisa jelaskan," jawab Aisyah.

"Apa ada pria lain?" tanya Krisna memutar kepala menatap Aisyah sebentar kemudian kembali fokus mengemudi.

"Tidak!"

"Lalu?"

"Kak, aku gak bisa."

"Kenapa?"

"Aku, gak pantes buat, Kakak," ucap Aisyah.

Krisna tiba-tiba meminggirkan mobilnya kemudian berhenti, Krisna menatap dalam Aisyah meraih kedua tangan dan menggenggam erat.

"Aku, tidak peduli dengan apa yang orang katakan tentang kita," ucap Krisna. Aisyah menggeleng kemudian berkata.

"Kak, kita di takdirkan tidak untuk bersama," kata Aisyah menatap manik mata elang milik Krisna.

"Aku, akan membuktikan bahwa kamu adalah takdir yang di berikan Tuhan untuk aku," ucap Krisna menangkup wajah Aisyah dan mencium kening gadis manis itu.

***

Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an terdengar merdu menggema, gemerlap bintang bertaburan di langit malam dengan indah, sinar rembulan menerangi malam yang gelap, suara angin yang menerpa pepohonan dengan begitu kencang.

Aisyah menyisir rambut panjang hitamnya membiarkan helaian rambut terurai menggantung dengan indahnya, Aisyah menatap dirinya dari pantulan cermin seulas senyum manis terbit di bibir mungil Aisyah.

Malam ini adalah malam Minggu yang kata orang malam yang panjang tapi itu bagi orang yang memiliki pasangan sedangkan Aisyah jangan kan pasangan lelaki yang dekat dengan dia pun tak ada, Aisyah mengusap pelan bibir mungilnya yang masih terasa sisa bibir Krisna yang beraroma mint tea terasa dingin di mulut, wajah Aisyah berubah merah bila mengingat kejadian itu sungguh Krisna telah merebut ciuman pertamanya, walaupun mereka pernah berpacaran tetapi mereka tidak pernah melakukannya. Ternyata cantik saja tidak cukup untuk memikat hati pria kalau harta benda tak punya, begitupun dengan pria percuma tampan kalau tak punya harta bagaikan sayur tanpa garam alias hambar. Tapi bagi aku mau tampan atau tidak, mau kaya atau sederhana sama saja yang terpenting SJS (Setia, Jujur, Sayang) walaupun tanpa di pungkiri harta juga sangat penting untuk melanjutkan kehidupan tetapi kita bisa mencari itu bersama susah senang bersama karena dengan begitu kita bisa sama-sama saling mengerti dan menghargai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status