Home / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 33: Masih tentang Masa Lalu

Share

Bab 33: Masih tentang Masa Lalu

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-03-31 16:00:02

Aster melambaikan tangan pada Galih usai lelaki itu mengantarnya kembali sampai depan pintu rumah. Gadis itu mengayun langkah menuju kamar. Dia tersenyum-senyum membayangkan ingatan semalam.

“Kang Jamal ternyata bisa romantis banget. Dan yang paling penting, dia ngejaga aku dan nggak mau ngelakuin hal-hal yang lebih dari itu. Aku beruntung bisa sama dia,” gumamnya sambil menatap langit-langit kamar kontrakannya.

Aster membuka ponselnya, beberapa pesan masuk dari nomor tanpa nama di kontaknya membuat Aster mengernyit. Dia membuka pesan itu.

[+62 86533421111]: besok jam 2 siang aku tunggu di Cafe Bougenville

Aster membalas pesan itu, menanyakan identitas pengirim pesan itu. Ketika balasan pesan itu masuk tak lama kemudian, Aster mendadak terkejut.

[+62 86533421111]: Rasyid

Aster menghembuskan napas setelah menarik napasnya dalam-dalam. Dia butuh oksigen lebih banyak untuk mengisi paru-parunya agar bisa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 34: Undangan Ulang Tahun

    Pertemuan di Cafe Bougenville itu semakin membuat Aster jatuh hati pada Galih. Pasalnya, lelaki tampan berstatus duda dengan anak satu itu bukan hanya melindunginya tetapi juga secara gentle mengakui statusnya di depan Ryn, sahabat Aster.Dia bahkan memperkenalkan Jason sebagai anak kandungnya, sekaligus mengatakan keseriusan untuk menjalin hubungan ke jenjang lebih serius bersama Aster. Gadis itu bahagia, karena Ryn bukan hanya mendukung hubungan mereka tetapi juga mendoakan agar hubungan itu bertahan sampai pernikahan bahkan hingga maut memisahkan.Aster sampai tersenyum-senyum mengingat kejadian itu ketika dia duduk di meja kerjanya. Semua pengunjung Perpustakaan hari itu bahkan merasakan kebahagiaannya.Aster membuka buku kumpulan puisi karya Mita Yoo itu, membaca dalam hati bait puisi di sana.Kita adalah anomali yang disatukan semesta. Kau dengan ketenanganmu, sedang aku serupa sumbu pendek yang bisa meledak kapan saja.

    Last Updated : 2025-04-01
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 35: Rencana Jason

    Selama sepuluh tahun, Jason selalu menyerahkan urusan dekorasi ulang tahunnya pada event organizer yang dibayar oleh Galih untuk mengurusi semuanya. Namun, di ulang tahunnya yang akan menginjak angka sebelas, dia ingin melakukan semuanya sesuai dengan keinginannya.Jason berdiskusi dengan orang dari event organizer itu mengenai konsep yang diinginkannya. “Aku mau konsepnya superhero kayak Papa. Kak Tara tahu ‘kan? Papaku orangnya dingin banget kalau lagi kerja, tapi dia bisa ketawa kalau udah ketemu sama aku. Terus, aku juga nggak mau ngundang orang banyak-banyak. Aku maunya privat aja, mungkin seratus orang cukup. Ada temen-temen deket aku sama keluarga. Yang paling penting, nanti harus ada home band yang nyanyiin lagu buat dansa. Terus hiasan balon-balonnya, warna gold sama navy, bisa?”“Baik, kalau begitu Jason mau yang seperti ini?” perempuan itu menunjukkan gambar di tablet miliknya.Jason mengangguk setelah melihat rancangan konsep itu. “Tapi nanti tolong siapin pembawa acara bu

    Last Updated : 2025-04-02
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 36: Ulang Tahun Jason

    Aster semula ragu untuk menjawab telepon masuk dari nomor tak dikenalinya. Dia hanya membiarkan sambungan telepon itu terputus dengan sendirinya.Sebuah pesan masuk melalui aplikasi pesan daring muncul di notifikasi dorong ponselnya. Kening Aster berlipat-lipat melihat isi pesan itu.[+62 8122234555]: halo, tante. ini aku, Jason. Aku dpt nomr tante dr papa“Ini nomor Jason? Ya ampun! Mimpi apa aku sampe dihubungi sama anaknya,” katanya.Aster segera membalas pesan itu.[Aster]: hai, Jason. Kalau gitu tante save kontaknya yaTak lama setelah menyimpan nomor ponsel Jason di kontak, dering telepon masuk kembali terdengar di ponsel Aster. Gadis itu menjawabnya, lalu berdehem sebelum bersuara.“Halo,” katanya.“Tante. Ini nomor Jason,” sahutan suara dari telepon itu membuat Aster menutup mulutnya untuk menutupi suara tawanya.“Iya, tante udah simpen nomor kamu,” jawab Aster.“Kalau gitu, aku mau ngundang tante ke acara ulang tahun aku. Tante bisa ‘kan kosongin jadwal buat aku?”Aster membu

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 37: Nikmati Pestanya!

    Semua mata tertuju pada kedatangan Galih dengan perempuan cantik berambut cokelat itu. Jason segera memeluk Galih.“Akhirnya Papa nggak terlambat. Aku hampir aja nyoret Papa dari Kartu Keluarga kita.”Galih tertawa-tawa. “Mana bisa nyoret kepala keluarga dari Kartu Keluarga. Malah sebaliknya, dong!”“Ya bisa aja! Nanti aku ikut ke Kartu Keluarga Om Evan,” sahut Jason, asal.Pandangan Jason terarah pada gadis berambut cokelat dengan blazer pink dan rok span di bawah lutut itu. “Halo, Jason. Masih ingat Tante?”“Masih. Tante Tasya ‘kan? Sekretaris Papa,” katanya.Tasya tersenyum, “bener, banget! Ini, Tante bawain kado buat kamu. Selamat ulang tahun, ya!” Gadis itu menyerahkan kotak besar dengan bungkus kado motif dinosaurus pada Jason.Jason menerimanya dengan senyum lebar, “makasih banyak, Tante! Tante Tasya boleh duduk dulu sambil nunggu acaranya mulai,” kata Jason sambil mengarahkan gadis itu ke kursi khusus tamu undangan.Galih menggeleng karena takjub dengan tingkah Jason menyambut

    Last Updated : 2025-04-04
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 38: Games

    Perempuan di sisi Aster tertawa mengejek. Hal itu membuat Aster mengepalkan tangannya. Namun, sebelum Aster berdiri untuk melayangkan sebuah tamparan atau pukulan di pipi perempuan itu, seorang wanita cantik duduk di antara mereka.“Mbak Mayang, kenapa duduk di sini? Itu suaminya lagi main game, nanti hadiahnya batal karena pasangannya nggak hadir, lho,” kata wanita cantik itu.“Saya cuma lagi kenalan sama pacarnya Galih kok! Ternyata dia orang miskin! Nggak cocok banget sama Galih!”“Ini pesta ulang tahun Jason lho, Mbak. Dan kayaknya Mbak Mayang terlalu ikut campur urusan orang lain,” katanya.Perempuan yang sebelumnya mengejek Aster itu berlalu meninggalkan kursinya. Aster menyeringai.“Terima kasih banyak, Anda sudah membela saya,” kata Aster.Wanita cantik di sisinya menoleh, sambil tersenyum dia mengulurkan tangannya pada Aster. “Saya Dea, kita belum sempat berkenalan, Kakak Ipar,” kata wanita itu.Aster menjabat tangan wanita cantik di sisinya, “eh, nggak usah panggil kayak git

    Last Updated : 2025-04-05
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 39: Tanda Tanya Besar

    Obrolan kecil di belakang mereka membuat Aster risih. Beberapa dari mereka bahkan membuat Aster tak habis pikir. Dia pamit pada Galih untuk sedikit memberikan pelajaran pada salah satu dari mereka.‘Kok orang-orang kayak mereka bisa ada di lingkungan keluarga Kang Jamal? Berarti selama ini Kang Jamal juga diomongin sama mereka?’ batinnya menduga-duga.Aster lalu meraih minuman berwarna merah dalam gelas tangkai itu. Dia sengaja berjalan cepat tanpa melepaskan sepatu dengan hak runcing itu. Ketika berada di dekat perempuan yang menyebutnya miskin itu, Aster berpura-pura tersandung kakinya sendiri. Lalu isi minuman dalam gelas tangkai yang dibawanya itu berpindah ke baju yang dikenakan perempuan itu.Aster menutup mulutnya dengan tangan, “astaga! Maaf ya, Kak! Aku beneran nggak sengaja!” Dia buru-buru meraih tisu untuk membersihkan noda kemerahan di baju perempuan itu.“Nggak usah pura-pura kamu! Kamu sengaja ‘kan?” Perempuan itu mendorongnya hingga Aster terhuyung. Namun, dia berhasil

    Last Updated : 2025-04-06
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 40: Gosip

    Aster terbelalak melihat berita di kanal daring itu. Foto seseorang dengan wajah yang dikenalnya. Jarinya menyentuh foto itu, memperbesar foto itu.“Ini… beneran Kang Jamal?” gumamnya.“Jadi selama ini, Kang Jamal itu …”“Aster!” suara seseorang membuat Aster buru-buru memasukkan kembali ponselnya ke saku kemeja.“Maaf, Ren. Lagi senggang jadi buka hape sebentar. Gimana?”“Sistem lagi error ya? Soalnya aku susah masukin daftar buku baru ke katalog,” kata lelaki itu.Aster melihat ke komputernya. Lelaki itu menarik kursi, duduk di dekat gadis cantik yang menjadi penjaga Perpustakaan itu.“Kayaknya memang lagi error. Jaringannya off line nih, Ren. Aku nggak tau kenapa. Tungguin aja sampe normal lagi, Ren,” katanya.Lelaki itu melihat jam tangannya. “Tapi tiga menit lagi istirahat, nih. Makan siang bareng, yuk?”Aster mengangguk pelan. Mungkin saja dia bisa melupakan berita itu dengan mencari suasana baru. “Boleh, deh. Kamu yang traktir, Ren?”“Iya, dong. Aku yang ngajak, ya aku yang bay

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 41: Cemburu

    Usai menghabiskan makanannya, Aster melenggang pergi dari Rumah Makan itu. Langkahnya terayun menuju Perpustakaan. Galih segera menyusul langkah perempuan itu bersama Tasya —yang bahkan belum menghabiskan semua makanannya, demi meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Dengan langkah panjangnya, Galih berhasil menahan lengan Aster ketika dia akan melangkah masuk ke Perpustakaan. Aster semula ingin meneriakkan kata-kata kemarahan yang dipendamnya. Namun, dia merasa tak nyaman dengan rekan kerjanya itu. “Kamu duluan aja ya, Ren. Aku nyusul pas jam masuk,” kata Aster. Laki-laki itu mengangguk lalu meneruskan langkahnya menuju Perpustakaan. Aster kemudian menarik lengan Galih ke tempat parkir di area belakang Gedung Perpustakaan, diikuti langkah Tasya. “Kang Jamal, maksud saya, siapapun Anda, kalau Anda mau mempermainkan hati saya, saya nggak bisa terima!” Aster langsung mengatakan inti percakapan itu. Galih mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan berita tentang d

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 67: Demam Tarik Ulur

    Aster baru saja merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kepalanya menyentuh bantal yang dingin, dan tubuhnya langsung menyerah pada lelah yang menumpuk. Setelah Galih mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah tadi, dia merasa menjadi satu-satunya perempuan paling beruntung di dunia—meski pekerjaan barunya menyita hampir seluruh energi.Keningnya mengernyit, matanya menatap langit-langit kamarnya yang temaram, lampu tidur menyala redup di sudut ruangan."Masih ada rapat buat besok," gumamnya pada diri sendiri sambil menarik selimut hingga ke perut. “Bener kata orang, sekretaris itu nggak ada jam liburnya. Harus tahan badai. Harus tahan mental, anti korupsi, sampai nggak bisa kesantet juga!"Tawa kecil lepas dari bibirnya, setengah lelah, setengah geli. Ponselnya yang dia taruh di nakas tiba-tiba menyala, bergetar pelan.Nama Pacar muncul di layar ponselnya.Aster mengangkatnya dengan mata yang mulai berat. "Halo?"Suara Galih terdengar rendah dan hangat, khas suara pria yang baru s

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 66: Balasan untuk Kumbang Pengganggu

    Udara sore itu sedikit berdebu. Langit masih menyisakan warna jingga ketika Aster keluar lebih dulu dari kantor untuk mengurus dokumen pengiriman logistik proyek Moyu. Galih masih tertahan dalam rapat online bersama klien luar negeri.Aster berjalan melewati halaman parkir yang sepi, bersiap menuju mobil operasional. Namun, suara langkah tergesa dan familiar membuat langkahnya melambat.“Eh, Aster,” suara Doni terdengar dari belakang, dan Aster tak sempat menghindar saat pria itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.Sentuhan itu kasar, mendadak, penuh emosi yang membuat Aster tak nyaman. Gadis itu buru-buru melepaskan diri dari Doni.“Kenapa kamu laporin aku ke HR, hah? Mau sok suci, ya? Padahal kamu juga kayaknya suka waktu aku deketin!” ucap Doni, wajahnya memerah oleh amarah yang tertahan terlalu lama.Aster tercengang, tangannya terus berusaha melepaskan tangan Doni. “Lepasin! Anda sudah keterlaluan, Pak!”

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu (2)

    Aster menghapus air matanya dengan tisu. Ia menatap matanya sendiri—mata yang kini terlihat lebih gelap. Lebih dingin.“Aku nggak akan tinggal diam,” katanya lirih.“Aku bakalan laporkan semuanya. Tapi bukan dengan emosi. Aku akan membalas dengan cara yang bikin dia nggak akan mengulangi perbuatannya di masa depan.”Ketika Aster kembali ke ruangannya, dia menatap ke pintu ruangan Galih yang tertutup. Dia ingin mengetuk, ingin mencari perlindungan… tetapi dia mengurungkan niatnya.Tidak sekarang.Dia akan menyelesaikannya lebih dulu. Dengan bukti. Dengan strategi. Dengan kekuatan yang tak lagi lembut.Dan ketika pintu ruangan Galih terbuka karena pria itu hendak ke luar, pandangan mereka bertemu. Galih menatap mata Aster. Dan lelaki itu tahu—ada badai yang mulai berputar dalam diamnya.Aster bekerja dalam diam, tetapi bukan lagi dalam ketakutan. Sejak sore itu, dia mulai menyusun langkah

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu

    Pagi itu, kantor Dreams Studio Ltd. terasa lebih sibuk dari biasanya. Aster menurunkan kotak berisi map dari rak tinggi dengan bantuan bangku kecil, mengenakan kemeja biru muda yang dimasukkan rapi ke dalam celana panjang kerja berwarna hitamnya. Rambutnya diikat rendah, wajahnya fokus, terlalu fokus untuk menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikannya dari balik meja divisi marketing.“Kamu harus hati-hati, Aster,” suara lelaki dengan kartu pengenal Doni tergantung di leher terdengar, terlalu dekat di belakang Aster.Aster menoleh karena terkejut, lalu lelaki itu mendekatkan tubuhnya hingga bersentuhan dengan punggung Aster.“Lengan kamu bisa keseleo kalau terus-terusan angkat kotak isi map itu sendirian. Apalagi lengan sekecil itu,” katanya.Aster turun perlahan dari bangku. Senyumnya dingin, sopan sekilas, tetapi tak bisa menyembunyikan rasa tidak nyaman. “Terima kasih, Pak Doni. Saya bisa sendiri.”“Sayang sekali,” Doni masih menampilkan senyum miringnya. “Kalau kamu butuh ses

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 64: Kesempatan Kedua

    Aster menggulung rambutnya menjadi bentuk gelung. Meski terlihat asal-asalan dan membuat beberapa helai rambutnya jatuh ke belakang leher, tetapi hal itu justru membuat Galih menatapnya lebih lama. Terlalu lama hingga asap kecil mengepul di cangkir kopinya pagi itu menguap seluruhnya.Galih menyesap kopinya. “Kenapa kalau serius gitu kamu jadi makin cantik, Sayang? Aku jadi pengen gangguin kamu.”Aster tak menanggapi kalimat lelaki tampan itu, masih sibuk mengetik detail rundown untuk makan malam bisnis bersama Bu Shanti, pendiri sekaligus pemilik merek fesyen mewah Nyx and Nera.Matanya fokus ke layar komputer, jari-jarinya menari dengan lincah di atas tuts keyboard. Di sampingnya, kalender digital sudah tertata dengan sempurna. Mulai dari jam kedatangan, susunan menu, hingga urutan topik yang akan dibicarakan. Kali ini, dia ingin semua terlihat profesional. Tanpa cela.Aster tak ingin melakukan kesalahan sama dua kali.

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 63: Kesalahan Fatal

    Pagi itu seharusnya berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Namun, pukul sepuluh tepat, ruang rapat utama mendadak sunyi ketika Galih masuk dengan ekspresi dingin. Semua orang bisa merasakan atmosfer ruangan itu berubah.Aster berdiri di sisi proyektor, tangannya gemetar kecil saat memegang clipboard. Dia baru menyadari kekeliruannya lima menit sebelum rapat. Klien JK Jewelry, yang seharusnya datang hari ini, ternyata dijadwalkan besok.Kesalahan fatal.Galih membanting salinan cetak dokumen ke atas meja kaca. Bunyi keras dari tumpukan kertas itu membuat semua orang berjingkat lalu menundukkan pandangan masing-masing. Tidak ada yang berani mengangkat wajah untuk menatap Galih."Aster,” suaranya Galih tenang, tetapi tegas. Namun, bagi Aster, suara itu terdengar tajam, menusuk seperti pisau yang diasah.Galih kembali bertanya. "Kamu bisa jelaskan kenapa jadwal klien kita yang paling penting minggu ini malah kosong hari ini? Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan?”Semua mata mengalihk

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 62: Cahaya Kamera dan Kamu (2)

    Galih tersenyum, merasa bangga dengan kemampuan gadisnya itu. “Bagus sekali analisismu, Miss Sekretaris!”Aster mengangkat alis. Lalu tersenyum tipis. “Sudah tugas saya, Pak CEO.”Proses syuting itu cukup memakan waktu. Setelah sebelas take ulang dan revisi dialog kecil, syuting berjalan lebih lancar. Di sela break, Evan menyapa Galih, sementara Dea justru menghampiri Aster.“Kak Aster, nggak mau nyoba jadi model? Serius deh ... kamu cocok banget jadi model,” kata Dea.Aster tersenyum. "Kamu terlalu berlebihan. Tapi makasih banyak pujiannya, karena aku lebih suka di belakang layar."Galih mendengar itu, lalu melirik ke arah Aster. "Sayang banget. Kamu punya pesona yang terlalu mahal untuk disembunyikan. Tapi, aku lebih suka kalau kamu ada di belakang layar aja. Karena aku nggak suka kalau banyak laki-laki yang lihat cantiknya kamu.”Aster tersenyum mendengar kalimat itu. Ketika take untuk terakhir kali, G

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 62: Cahaya Kamera dan Kamu

    Pintu lift di lantai tujuh itu terbuka, dan Aster melangkah keluar dengan langkah pasti. Rambutnya disanggul rapi, mengenakan blouse putih gading yang dipadukan dengan rok model A-line hitam. Namun bukan hanya penampilannya yang berubah. Tatapan mata para pegawai kini terasa berbeda."Itu Aster ya? Yang katanya sekarang sekretaris pribadi baru Pak Galih? Katanya dia serem banget, menghalalkan segala cara buat dapetin posisinya yang sekarang," bisik seorang staf perempuan kepada rekannya."Iya. Ruangannya bahkan nempel sama ruangan Pak Galih. Gila, ya? Kok bisa sih ada orang kayak gitu di kantor kita?" timpal yang lainnya.Aster bisa mendengarnya, mustahil jika suara-suara itu tak mengganggunya. Namun, dia sudah memilih untuk mengabaikannya, menulikan telinganya. Dia melemparkan senyum tipis di wajahnya pada mereka. Dan dia tak akan pernah membuat senyumnya pudar hanya karena bisikan-bisikan dan rumor di belakangnya. Dia berjalan melewati mereka dengan anggun, seolah desas-desus itu ha

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 61: Dendam Belum Usai

    Selesai berpikir selama beberapa saat, Galih menggelengkan kepala. Fariz di sisinya mengepalkan tangan, menahan amarah. Di tampilan kamera pengawas itu, mereka melihat Putri, sedang bertemu dengan lelaki yang bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan barang ke ruangan Galih.“Aku nggak bisa maafin kasus ini, Mas. Tolong Mas Galih proses si Putri sesuai hukum yang berlaku di perusahaan. Aku nggak mau ke depannya Aster terluka, bahkan lebih ekstrem dari kejadian kemarin.”“Tapi aku nggak bisa kayak gitu aja laporin kasus kayak gini ke polisi, Riz. Karena media akan tahu,” kata Galih.“Jadi, Mas lebih milih citra perusahaan daripada keselamatan Aster? Tindakan dia udah ke ranah kriminal lho, Mas,” Fariz terus menumpahkan isi kepalanya.“Aku tahu, Riz. Tapi kita harus berpikir dengan kepala dingin,” Galih memandang ke arah Aster, “gimana menurut kamu, sayang?”Aster menatap Fariz, pamannya itu mengangguk. Pandangan Aster lalu kembali terarah pada Galih. “Aku rasa, kita memang harus kasih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status