Share

Bantuan Tidak Terlihat

Berdiam diri selama beberapa menit membuat Emily sudah terbiasa. Di hadapan kamera, dia memberi gaya seksi demi majalah yang sangat bagus. Dia melakukan ini di bawah tekanan orang tua, dan juga Arc.

"Seperti biasa. Hasil pemotretan ini selalu sukses. Emily memang Dewi!" Puji dari manajer, yang disetujui oleh para kru dan fotografer.

"Dasar, penjilat," gumam Emily pelan. Dia memutuskan untuk istirahat di balkon gedung tempat pemotretan. Ada keinginan besar di hati, jika dia ingin lepas dari segala apa yang selalu dilakukan, seperti model dan menjadi Anhänger nomor satu.

Nomor satu, level lima puluh, dan model terkenal memang sudah mengembangkan nama, tetapi percuma jika rasanya selalu ditekan. Emily juga ingin bebas seperti Streckkod bertopeng.

Melindungi warga Medborgare, sekaligus Bumi dan Life Stone tanpa bergabung menjadi Anhänger adalah keinginan Emily saat ini. Jika keinginan tersebut bisa tercapai, maka akan ada lagi perdebatan antara dirinya dan Arc, dan pasti juga dengan orang tua, serta manajer.

Berbicara mengenai Streckkod bertopeng, Emily sudah tidak melihat orang itu lagi. Jika saja Streckkod itu tidak menutupi wajah, pasti Emily bisa menemukan orang tersebut dengan mudah. Tidak untuk dibawa ke pemerintah, tetapi bertemu empat mata.

"Maaf, sayang. Aku terlambat datang." Nail Gregory, salah satu Anhänger terhebat setelah Emily. Nomor dua, tetapi level empat puluh tiga. Kedua tangan memeluk Emily dari belakang. "Tiga puluh menit lagi kita harus foto bersama. Ingin menghabiskan waktu dulu?"

Emily membalikkan badan, supaya Nail tidak memeluk. "Aku masih penasaran dengan Streckkod bertopeng itu. Kamu tahu? Aku ingin menjadi dia. Bebas sebagai warga, tetapi tetap melakukan kewajiban sebagai pelindung Bumi."

"Masalah itu sudah berlalu. Kenapa kamu masih memikirkannya? Apa kamu tidak memikirkanku? Kekasihmu ini sungguh merindukanmu." Nail berusaha mendekati Emily untuk melepas rindu, tetapi tetap saja wanita itu menjauh.

"Di mana kamu saat peristiwa itu terjadi? Setidaknya, kamu datang walaupun terlambat. Beberapa hari peristiwa itu terjadi, kamu juga baru datang sekarang." Lelah. Kehidupan ini membuat pikiran Emily kacau. Terlalu banyak masalah yang dialami setiap saat. "Kamu tidak bersama dengan wanita lain, 'kan?"

"Apa yang kamu bicarakan? Aku bukan pria yang seperti kamu pikirkan. Buang jauh-jauh pikiran buruk itu." Berniat bercanda dengan mengibas-ngibaskan tangan pada udara, justru yang Nail dapatkan adalah decakkan lidah dari Emily.

Masih ada beberapa menit lagi. Emily meninggalkan Nail untuk berjalan-jalan di kota. "Biarkan aku sendiri untuk sementara waktu, Nail. Suasana hatiku sedang tidak bagus." Kacamata hitam tidak lupa dipakai.

Beberapa warga Medborgare bisa mengenali Emily dengan mudah, tetapi mereka mengerti jika wanita terhebat itu tidak selamanya ingin diikuti.

Untuk berjaga-jaga. Nail mengikuti ke mana arah Emily pergi. Saat dua hari tidak bertemu, dia tidak ingin melihat Emily bersama pria lain. Apalagi, kekasihnya penasaran dengan Streckkod bertopeng. Dia menganggap Streckkod bertopeng itu adalah seorang pria.

***

Hari libur adalah hari di mana orang-orang bisa bersantai atau pergi ke suatu tempat untuk menghibur diri. Sayangnya, Danny tidak bisa melakukan kegiatan tersebut setelah hadirnya Si Kembar Lim.

"Tidakkah kalian lelah? Ibu kalian sudah menunggu di rumah." Danny sudah lelah mengejar, serta membawa barang belanjaan yang dipilih Si Kembar Lim. "Ini sudah siang. Mengantuklah."

Akibat berlari ke sembarang arah, Ziri tidak sengaja menabrak kaki wanita yang sedang bersantai di jembatan penyebrangan jalan orang-orang. "Maaf, Kak. Ziri tidak sengaja." Dengan inisiatif, dia meminta maaf lebih dulu.

Wanita tersebut berbalik untuk melihat siapa yang menabraknya tadi. Dari wajah muram, berubah menjadi gemas. "Kamu imut sekali. Di mana orang tuamu? Kenapa sendirian?"

"Ziri bersama Zara dan Kak Danny. Tidak bersama orang tua." Ziri menoleh ke belakang untuk melihat Zara dan Danny. "Itu mereka."

Tatapan Danny tidak sengaja bertemu dengan tatapan Emily. Bertemu dengan wanita terkenal lagi membuatnya harus santai di hadapan dua adik tiri. "Anda lagi. Sedang menikmati pemandangan?"

"Iya. Mereka adik Anda? Lucu sekali. Saya suka anak kecil." Emily mencubit pelan pipi Si Kembar karena gemas.

Belum sempat Danny menjawab, Nail yang diam-diam mengikuti Emily memberanikan diri untuk muncul. Nail langsung merangkul sang kekasih di bagian pinggul. "Kamu pergi tidak mengajakku? Kenal dengannya?"

Emily menghembuskan napas kesal. Niat ingin menyendiri telah diganggu oleh Nail, padahal sempat terganggu juga oleh Ziri. "Untuk apa kamu datang? Aku sudah bilang ingin sendiri."

Tidak ingin mengganggu, Danny pun berniat mengundur diri dari tempat bersama Si Kembar Lim. "Maaf, jika telah mengganggu kalian. Kami akan pergi ...."

Semua orang yang berlalu-lalang tiba-tiba merasa bingung dengan perubahan langit. Dari cerah menjadi gelap, layaknya hujan besar akan datang. Akan tetapi, pertanda ini bukanlah datangnya hujan, melainkan lubang hitam yang terbuka begitu saja.

Empat kaki panjang dan tajam keluar dari lubang hitam, membuat jalanan menjadi retak, dan para warga pun lari ketakutan. Disusul kepala yang lebih kecil dibandingkan punggung. Ukurannya sangatlah besar. Hampir melewati gedung-gedung tertinggi.

"Apa-apaan itu? Besar sekali." Nail terkejut setelah melihat ukuran raksasa aneh tersebut.

Si Kembar Lim langsung memeluk kedua kaki Danny. Sudah pasti mereka takut, dan kini merengek meminta pulang.

"Bentuknya hampir seperti kepiting, tetapi makhluk ini lebih buruk dari kepiting asli," jawab Emily, yang sudah siap melawan kepiting raksasa yang menyeramkan. "Kita harus melawannya berdua, Nail. Lebih bagus lagi, jika ada Streckkod bertopeng. Water Freeze."

"Earth Crusher." Cahaya cokelat dari kode batang di bahu Nail menyala. Kekuatannya adalah tanah. Kekuatan yang satu ini juga termasuk kekuatan yang luar biasa. Seperti level dan urutan nomor yang dimiliki.

Niat ingin membantu selalu muncul di hati Danny. Sayangnya, dia tidak diizinkan oleh sang ibu, jika ada Si Kembar Lim. "Sial. Aku harus membawa mereka pulang dulu." Mau atau tidak, dia langsung menggendong dua adik tiri yang sudah menangis ketakutan.

Sulit untuk para manusia menghindari raksasa yang satu ini. Mereka tidak tahu, kapan tubuh mereka akan tertancap oleh kaki yang tajam, serta dipotong oleh capit yang menyakitkan.

Tombak es telah dilempar berkali-kali oleh Emily, tetapi keras dari cangkang kepiting raksasa membuat senjata tersebut hancur berkeping-keping. "Cangkangnya terlalu keras dan tebal. Aku tidak bisa melawannya."

"Bekukan saja kakinya. Aku bisa menghajarnya dengan beberapa batu besar." Nail memberi strategi yang langsung diterima oleh Emily.

Emily sungguh berfokus pada air yang sedang dikumpulkan. Begitu kepiting raksasa ingin menancapkan kaki pada kepala anak kecil, air yang sudah menahan empat kaki tersebut dibekukan. "Pergilah!"

Anak tersebut akhirnya bisa bersatu bersama dengan sang ibu.

Giliran Nail yang akan melawan raksasa tersebut. Pijakan kaki di jalan mampu membuat tiga batu berbentuk bola muncul dari permukaan. Satu per satu bola tanah itu ditendang ke arah kepala. Sangat disayangkan, capit kepiting membuat bola tanah tersebut hancur. "Sialan!"

Keempat kaki memang sudah dibekukan, tetapi tidak dengan capit yang masih bisa bergerak. Musuh di depan mata. Mobil di dekat raksasa kepiting menjadi alat yang akan dilempar pada dua Anhänger yang terkenal.

Sebelum hal itu terjadi, bumerang sabit kembar yang muncul entah dari mana mampu memotong satu capit raksasa tersebut. Mobil yang masih dicapit pun terjatuh, dan membuat debu menutupi pemandangan.

"Aku butuh bantuanmu. Ketika aku melempar tombak es, tendang bola tanahmu pada tombak esku. Mengerti?" Emily berpikir cepat.

"Aku selalu mengerti, sayang," balas Nail dengan senyum bahagia.

Begitu Emily melempar tombak es, Nail langsung menendang bola tanah yang mengenai tongkat bawah es. Hal itu membuat tombak es mendapat dorongan besar dari tenaga tendangan Nail.

Tepat sasaran. Tombak es telah mengenai mata kiri kepiting raksasa, membuat raksasa tersebut berteriak kesakitan. Satu sasaran lagi, yaitu mata kanan kepiting rakasa.

Emily sudah bersiap ingin melempar tombak es lagi, tetapi diurungkan karena ada senjata lain yang telah membuat mata kanan raksasa di depan hancur.

Panah dengan energi listrik telah tertancap di mata kepiting raksasa. Kehebatan panah itu tidak hanya membuat mata tersebut sakit, tetapi tegangan tinggi dari listrik membuat tubuh sang musuh tersetrum hebat, hingga membuat es yang membekukan kaki kepiting raksasa ikut hancur berkeping-keping.

Kepiting raksasa telah tumbang. Akan tetapi, Emily dan Nail menunjukkan wajah bingung. Apakah dua senjata tadi berasal dari Streckkod bertopeng lainnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status