Share

Tumbuhan Melawan Raksasa

"Berkali-kali memutar rekaman yang tersebar, aku semakin suka. Tanpa ada wajah kita, senjata yang muncul sudah membuat Kota Medborgare heboh. Ini menjadi rekaman kesukaanku." Ello terus mengoceh tanpa melepas pandangan dari ponsel.

Alvina hanya diam sambil memandang pemandangan luar mobil. Kondisi Kota Medborgare sudah terlihat kacau. Para warga sudah banyak kehilangan anggota keluarga. Bantuan dari pemerintah juga tidak banyak. Lebih banyak bantuan dari polisi, tentara, serta Anhänger terkenal.

Ello masih asik dengan dunia sendiri, sedangkan Alvina memikirkan banyak hal. Dari menyembunyikan identitas, hingga memiliki bayangan menjadi Anhänger.

Sempat pernah membayangkan bergabung menjadi bagian Anhänger. Menjadi Anhänger yang setara dengan Emily, hidup lebih mewah dari kehidupan sebelumnya, sang mama sembuh total, dan tidak menutupi identitas.

Sayangnya, Frank Collins, sang kakak sangat melarang Alvina bergabung pada Anhänger der Regierung Academy. Begitu juga dengan sang mama. Mereka bahkan rela memberi kepala pada pemerintah. Mau atau tidak, Alvina harus mengubur bayangan tersebut.

"Aku ingin sekali langsung bertarung dengan makhluk aneh. Rasanya pasti menegangkan, dan menyenangkan. Apalagi, ada Streckkod bertopeng yang ikut membantu. Pasti akan sangat keren!" Ello hanya memikirkan keinginannya saja. Semua beban yang ada selalu dilempar pada Alvina.

Alvina merebut ponsel Ello untuk bicara empat mata. "Dengar, aku sudah memutuskan apa yang telah kupikirkan dengan matang. Apa yang kamu katakan di rumah saat itu membuatku berpikir tanpa henti. Aku tidak peduli lagi tentang perjanjian, juga tidak peduli mengenai ingin bergabung pada Anhänger der Regierung Academy. Aku siap menjadi Streckkod bertopeng."

"Ini baru Alvina yang kukenal! Sifat ketidakpedulianmu pasti perlahan akan luntur. Karena kamu telah setuju, kita harus bersiap melawan musuh apapun dengan berani. Jangan lupa tutupi wajah dengan kain." Bahagianya Ello seperti sedang mendapatkan undian emas batangan.

Tidak hanya mereka saja yang berada di mobil, supir telah mendengar semua percakapan walau tidak ikut bicara.

"Pak, saya ingin Anda merahasiakan ini. Saya tidak ingin Kak Frank tahu," pinta Alvina pada sang supir yang hanya menurut.

"Baik, Nona Al. Saya tidak akan ikut campur." Demi tidak kehilangan pekerjaan, supir tersebut merahasiakan apa yang sang majikan bicarakan.

Tempat yang dituju telah sampai. Kedua Streckkod yang telah menjadikan diri mereka sebagai Streckkod bertopeng keluar dari mobil menuju tempat latihan bela diri, di mana mereka harus bisa melawan musuh baik manusia ataupun makhluk aneh.

Namun sebelum memasuki tempat latihan, seorang pria datang dengan wajah panik dan sedih. "Permisi, apa kalian pernah melihat anak ini? Wajahnya seperti ini, tetapi dia memakai baju berwarna merah dan celana jeans panjang."

"Ada apa, Pak? Apa dia kabur dari rumah?" tanya Ello, yang tidak jadi membuka pintu tempat latihan bela diri.

"Tiga jam lalu, saya dan istri masih bersama dengannya, tetapi mendadak dia menghilang tadi. Dia anak tunggal kami. Apakah kalian lihat?" Pria yang berstatus sebagai ayah dari sang anak difoto ponsel sangat berharap mendengar jawaban bagus pada orang yang ditanya.

"Sebaiknya, Anda melapor pada kepolisian dengan kasus anak hilang. Kami tidak pernah melihat anak Anda sebelumnya." Jawaban Alvina terdengar tidak membantu. Justru membuat hati pria tersebut kecewa.

Akan tetapi, jawaban dari gadis yang ditanya tadi ada benarnya. Jika merasa kehilangan sesuatu yang berharga, sebaiknya lapor pada polisi, karena sudah menjadi tugas mereka. "Terima kasih. Saya akan mencari di tempat lain."

Tidak seperti Alvina yang menyuruh begitu saja, Ello ingin sekali membantu. Salah satu alasan yang membuatnya ingin membantu adalah mengenai makhluk aneh. "Al, tidakkah seharusnya kita membantu? Siapa tahu, ada makhluk aneh yang menculik anaknya."

Giliran Alvina yang tidak menjadi membuka pintu. "Ayolah, El. Dari setiap makhluk aneh yang datang ke Bumi, mereka hanya bisa menghancurkan, bukan menculik. Jika memang benar, untuk apa? Tumbal? Biarkan polisi yang melakukan tugas tersebut."

"Tidak bisa. Aku harus membantunya. Kamu latihan saja tanpaku." Ello mengikuti kata hati. Dia menemui pria tadi untuk meminta foto sang anak dan nomor ponsel, lalu berpisah untuk mencari di tempat lain.

"Terserah," racau Alvina, yang memilih berlatih bela diri tanpa Ello.

***

Ruang kerja pribadi Pemerintah Arc kini dijadikan rapat kecil. Bersama dengan sekretaris dan Anhänger senior, beliau membicarakan gadis yang rela membantu untuk mempercantik Kota Medborgare.

"Cecil, tolong bacakan data kekuatan dari Amanda Parker. Saya ingin tahu, apa yang bisa dia lakukan selain menumbuhkan tanaman," suruh Pemerintah Arc pada sang sekretaris. Pandangannya juga tidak lepas dari foto Amanda yang diambil dari foto data di Anhänger der Regierung Academy.

"Amanda Parker. Kekuatannya adalah Wild Florist yang berada di level satu. Selama bergabung di Anhänger der Regierung Academy, levelnya belum meningkat sama sekali. Dengan kata lain, dia tidak bisa menjadi Anhänger terhebat." Cecil melakukan apa yang disuruh oleh Pemerintah Arc.

Pemerintah Arc pun menempelkan foto Amanda pada gabus menggunakan paku kertas. "Sayang sekali. Saya akan menaruhnya di bagian Anhänger terbawah. Bagaimana menurut Anda, Maddie? Gadis ini tidak bisa diharapakan."

Maddie menaruh gelas yang berisikan teh hangat dengan anggun, lalu mulai berbicara sambil berdiri. "Anda salah besar jika menaruhnya di bagian bawah. Wild Florist adalah kekuatan yang sangat langka ditemukan. Justru, level satunya sudah sangat berbahaya. Jika ada sesuatu yang memancing amarahnya, maka akar liar mampu menghancurkan satu atau dua gedung. Kekuatan tersebut melebihi dari tenaga gurita yang sedang marah. Saya mengerti jelas tentang kekuatan ini, karena dulu ada Anhänger yang sejenis seperti ini."

"Kamu benar. Penjelasan Anda mengingatkan saya pada wanita yang pernah bekerja sama dengan Anda. Sayang sekali, dia memilih berhenti." Setelah mendengar penjelasan dari Maddie, Pemerintah Arc langsung memindahkan foto Amanda tepat di sebelah foto Emily. "Jika begitu, mari kita buat dia menjadi Anhänger terhebat."

"Bagaimana dengan Emily dan Nail?" tanya Maddie, yang penasaran dengan jalan pikir Pemerintah Arc.

"Kita biarkan Emily istirahat dalam beberapa hari. Saya tidak membutuhkan Nail, karena dia sudah hebat. Amanda akan saya jadikan kelinci percobaan." Pemerintah Arc mengakhiri rapat kecil.

Gadis yang sedang dibicarakan baru saja selesai melakukan tugas. Memang belum sepenuhnya gedung yang hancur itu sudah diperbaiki, tetapi adanya tanaman bunga membuat keadaan kota tersebut seperti hidup kembali.

Tidak hanya Bunga Camellia saja yang ditumbuhkan, ada beberapa bunga lain yang terlihat indah, seperti Bunga Anemone, Bunga Protea, Bunga Soka, dan Bunga Hydrangea.

"Kalian sangat cantik sekali. Kalian jangan sampai sakit, ya? Aku akan selalu datang untuk menemani kalian, tetapi tidak bisa lama-lama." Amanda sudah seperti orang yang telah kehilangan akal. Melihat hasil kerja yang memuaskan, pasti dia bangga. Tidak ada orang yang melarangnya.

"Permisi." Lelaki muda datang dengan napas tersengal-sengal. "Apa kamu melihat anak ini? Dia hilang, dan belum ditemukan. Orang tuanya sangat khawatir. Yang sangat ditakutkan jika anak ini diculik oleh makhluk aneh."

Amanda menggelengkan kepala. Tahu ada anak hilang saja tidak. "Sudah lapor ke polisi? Kasihan anak itu. Jika benar diculik makhluk aneh, bisa saja semua anak kecil juga diculik."

"Itu yang aku takutkan. Kamu ... sedang tidak ada kesibukan, 'kan? Bisa bantu aku mencari anak ini? Ya ... memang tidak ada hubungan dengan keluarga dari anak ini, tetapi aku tahu rasanya kehilangan." Lelaki dengan niat baik tersebut mengajak orang lain untuk mengajak berbuat kebaikan.

"Aku juga pernah merasakan kehilangan, jadi ... kenapa tidak?" Amanda mengambil tas yang sempat ditaruh. "Ngomong-ngomong, siapa namamu? Namaku Amanda Parker."

"Ello Stone," jawab Ello sambil mencari nama sang ayah dari anak difoto tadi. "Ini nomor ponsel ayah dari anak tadi, dan ini foto anaknya. Jika telah ditemukan, langsung kabari dia saja. Kita berpisah, dan bertemu lagi di sini."

Jarak dari tempat tadi ke tempat yang Amanda pijak cukup jauh. Hampir semua orang sudah ditanya satu per satu, tetapi tetap saja hasilnya nihil.

"Ibu .... Tolong aku ...." Suara anak kecil dari hutan terdengar oleh Amanda. Di balik banyak pepohonan, pasti ada anak yang dimaksud Ello tadi. Harus dipastikan lebih dulu. Bisa saja suara anak kecil itu adalah anak lain yang bukan Ello berikan.

Begitu memasuki hutan tanpa ada orang yang menemani, Amanda bisa melihat kehidupan dari pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ada bekas cakaran besar di batang pohon, dan beberapa pohon tumbang dengan paksa. Penyebab tumbangnya pohon juga dipastikan bukan karena manusia. Tidak mungkin manusia bisa menumbangkan pohon hanya dalam sekali pukulan.

Langkah Amanda terhenti ketika merasakan ada tetesan di dahi. Ternyata, ada cairan merah kental yang menetes dari mulut makhluk aneh yang sudah menunggu manusia untuk dimakan. Akankah dia selamat?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status