Beranda / Romansa / BABY CEO / Chapter 3

Share

Chapter 3

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-18 13:24:36

Chapter 3

Ares menatap Vanya beberapa detik kemudian pandangannya beralih kepada Tania seolah sedang bertanya. Tetapi, dia sama sekali tidak bersuara.

Tania seolah mengerti pertanyaan Ares. "Oh, dia... Vanya, putriku."

Tania memiliki anak perempuan? Alis Ares berkerut samar dan kembali menatap penampilan Vanya yang terlihat kacau dan sedikit kusam, mungkin karena musim panas dan telah berada di sekolah seharian.

"Jadi, Julio memiliki adik perempuan?" tanya Ares seraya melangkah mendekati Vanya lalu mengulurkan tangannya. "Kau bisa memanggilku Ares, kita bersaudara."

"Dia putra pertama Raul," imbuh Tania.

"Vanya," kata Vanya dengan nada datar dan ekspresi merengut dan tidak mengindahkan Ares yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Tania mendengus dan menggelengkan kepala. "Jangan khawatir, dia sebenarnya anak yang manis. Hanya sedikit keras kepala," ucapnya kepada Ares lalu menatap Vanya. "Sayang, bersihkan tubuhmu dan tunggu Mama di kamarmu, kita harus melanjutkan pembicaraan."

Vanya mendengus dan menjauh dari Ares lalu berjalan melewati Tania tanpa mengatakan apa-apa kemudian mempercepat langkahnya menaiki anak tangga.

"Maafkan sikap Vanya," kata Tania kepada Ares.

Ares tersenyum dan melirik anggur di cawan yang dipegangnya. "Tidak apa-apa, usia remaja memang sedikit merepotkan dan kurasa kita dulu juga tidak berbeda dengannya."

"Ya. Kurasa kau benar," desah Tania.

"Dan jika boleh memberikan pendapat, kau mungkin terlalu keras padanya," kata Ares dan mencoba sangat berhati-hati dalam memilih ucapannya.

Tania memegang besi pembatas tangga. "Ya, kuakui. Tapi, aku melakukan ini agar dia tidak mengulangi kesalahan orang tuanya."

Ares menaikkan kedua alisnya. "Kau melahirkan Julio saat masih sangat muda, apa aku benar?"

"Ya. Dan aku tidak ingin Vanya mengulang kesalahan itu, menjadi ibu di usia muda, tanpa kesiapan mental dan finansial sangat buruk. Aku ingin Vanya dan Julio kelak memiliki pasangan dan anak di kala mereka benar-benar telah matang," ucap Tania dengan sungguh-sungguh.

Ares menyeringai di dalam benaknya. Senang sekali bisa menemukan salah satu kelemahan Tania tanpa repot-repot mencari tahu. "Aku setuju dengan pendatmu."

Tania mengibaskan tangannya di depan dagunya. "Ah, aku terlalu banyak bicara omong kosong. Aku akan memanggil ayahmu, mungkin dia sudah selesai mandi. Dan... kau akan makan malam di sini, 'kan?"

"Ya. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian," kata Ares.

"Aku akan meminta pelayan menyiapkan makan malam kita. Sampai jumpa di meja makan," ujar Tania.

Ares memandangi Tania yang menuruni tangga kemudian pergi ke arah dapur. Ia lalu kembali ke ruangan penyimpanan koleksi anggur ayahnya yang berisi anggur-anggur pilihan seraya otaknya berpikir licik tentang Vanya sembari melangkah mengitari ruangan.

Memanfaatkan gadis itu untuk menghancurkan Tania sepertinya lebih menarik dibandingkan mengotori dirinya merayu Tania. Karena dapat dipastikan merayu Tania tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru mengingat Tania adalah wanita yang dewasa yang pastinya otaknya dipenuhi dengan logika.

Karakter Vanya terlihat polos yang pastinya akan lebih mudah dimasukinya, meskipun keras kepala dan pemberontak sepertinya masih bisa diatasi. Menilik dari sudut itu, Ares menebak jika karakter Vanya terbentuk akibat tumbuh di antara orang tua yang tidak harmonis.

Ares tersenyum senang karena tahu di mana harus harus menempatkan posisinya agar dengan mudah memanfaatkan Vanya untuk menghancurkan ibunya.

Kilatan licik terpancar di mata birunya, dirinya berani bertaruh jika dalam waktu tiga bulan, Tania dipastikan sudah menuai buah dari perbuatannya. Ares mengangkat cawan anggurnya kemudian menyesap isinya dengan perasaan yakin dan gembira.

"Kudengar ada yang ingin kau bicarakan denganku."

Suara itu membuat Ares berbalik dan mendapati ayahnya sedang menutup pintu. Ares meletakkan dawn kosongnya di atas meja dan mengangguk pelan.

"Sudah lama aku tidak ke sini, koleksi anggurmu semakin banyak saja," ucap Ares.

"Ya. Sebagian adalah koleksi milik Tania," sahut Raul.

"Jadi, istrimu juga mengoleksi anggur?"

Raul tersenyum dan matanya berkilat-kilat senang. "Dia mengetahui banyak tentang jenis anggur."

Ares ingin sekali mencekik Tania, menghabisi wanita yang menggeser posisi ibunya. Ia benci melihat ayahnya memuji wanita lain dengan mata berpendar-pendar seperti itu.

"Oh, ya?" tanya Ares berpura-pura terkesima.

"Orang tuanya memiliki toko anggur, itulah sebabnya dia memiliki banyak pengetahuan tentang anggur."

Kilatan sinis di mata Ares mungkin tidak disadari oleh Raul. "Wah, kedengarannya keren, di mana tokonya? Aku mungkin akan berkunjung nanti untuk membelinya."

"Kau bisa datang ke El Buen Vino."

Ares tersenyum. "Aku akan mengingat nama tokonya. Omong-omong, aku sedang merenovasi apartemenku. Jadi, untuk sementara bolehkah aku tinggal di sini sampai renovasinya selesai?"

Raul mengambil gelas dan meletakkannya di samping gelas milik Ares lalu mengambil sebotol anggur merah yang berusia lima puluh tahun dan menuangkan isinya ke dalam dua gelas. "Jadi, karena itu kau datang ke sini?"

"Sebenarnya aku ingin membicarakannya di meja makan karena bagaimanapun juga, aku harus meminta persetujuan istrimu."

"Kurasa dia baik-baik saja. Kau bisa tinggal di sini sesuka hatimu," kata Raul seraya mengangkat gelasnya diikuti Ares dan mereka bersulang.

"Tapi, bukankah lebih baik jika aku meminta persetujuan istrimu?"

"Ya, lakukan saja. Tapi, percayalah dia akan senang jika kau atau Evander tinggal di sini karena dengan begitu kalian bisa lebih mengenalnya dan Vanya," kata Raul.

Ares tersenyum dan berusaha menyembunyikan gurat amarah di senyumnya. "Ya. Dia cukup manis kelihatannya."

"Kalian sudah bertemu?"

"Ya. Tadi kami berkenalan."

"Dia manis seperti ibunya, dan pastinya akan menjadi anak perempuanku satu-satunya yang kumanjakan. Sayangnya dia belum terlalu menyukaiku," gumam Raul.

"Belikan semua yang disukai wanita, pastinya dia akan dengan cepat menyukaimu," ujar Ares dengan nada sinis yang nyaris tidak kentara.

Raul menggoyangkan cawan berisi anggur di tangannya. "Bahkan mobil sport yang kubelikan untuknya sama sekali belum pernah disentuh."

***

Vanya tidak menghiraukan Tania yang berjalan mendekati tempat tidur di mana dia sedang duduk bersila di atasnya sembari menonton acara televisi. Gadis itu bersikap seolah-olah kehadiran ibunya tidak pernah ada di kamarnya.

Tania duduk di tepi tempat tidur dan dengan lembut mengambil remote televisi yang dipegang Vanya lalu mengurangi volume suara televisi.

"Sayang, maafkan sikapku tadi. Aku hanya khawatir karena saat menjemputmu di sekolah, kau tidak di sana dan kau juga tidak menjawab telepon," kata Tania. Nadanya sangat lembut.

"Akan ada lomba renang. Jadi, aku berlatih seharian bersama teman-teman dari club," kata Vanya yang tentunya hanya kebohongan belaka.

"Teman pria?"

"Memangnya aku punya teman perempuan?"

Tania menghela napasnya. "Bisakah kau bergaul dengan teman-teman perempuanmu di sekolah?"

"Mereka tidak menyukaiku," sahut Vanya dengan ketus.

Faktanya ketika tahun pertama di sekolah menengah atas, Vanya adalah ketua geng yang sekarang menjadi musuhnya. Pertemanan itu mulai goyah dan berubah menjadi permusuhan. Bermula di tahun ke tiga ibunya tertangkap kamera oleh paparazi sedang berciuman dengan Raul, Vanya kemudian menjadi bahan olok-olokan temannya, mereka menyindir Vanya hingga membuat gadis itu merasa gerah.

Bagi Vanya, kehilangan teman-temannya adalah kesalahan ibunya karena jika ibunya tidak menjadi orang ke tiga dalam rumah tangga keluarga Torrado, dirinya tidak perlu dikucilkan oleh teman-temannya.

"Andai kau tidak menjadi perusak rumah tangga keluarga ini, kau tidak seharusnya kehilangan teman-temanku," lanjut Vanya.

Tania menghela napasnya dengan pelan. "Baiklah. Dengan siapa pun tidak masalah asal kau bisa menjaga dirimu dan lain kali, beritahu aku di mana kau dan jawab teleponku agar aku tidak terlalu menghawatirkanmu."

"Ma, aku sudah dewasa. Kau tidak perlu menjagaku seperti aku seorang bayi."

Tania mengusap-usap rambut di kepala Vanya. "Sayang...."

Vanya mendengus dan menepis tangan Tania dari atas kepalanya. "Aku butuh istirahat, tinggalkan aku sendiri!"

Tania terlihat menata kesabarannya. "Vanya, bisakah kita bicara baik-baik? Aku tidak ingin terus-terusan bertengkar denganmu."

"Apa kau tidak mendengar kalau aku perlu istirahat?" bentak Vanya.

"Turunlah untuk makan malam, kakak tirimu akan makan malam di sini dan bersikaplah yang sopan. Kumohon," ucap Tania dengan nada sangat hati-hati.

"Aku akan menyusul," ucap Vanya dan menatap ibunya dengan tatapan permusuhan.

Kemudian setelah ibunya keluar, Vanya menarik selimutnya dan meringkuk di dalamnya. Bahkan ketika pelayan mengantarkan makan malamnya, gadis itu tidak bergeming. Ia lebih memilih bermain game dan setelah satu jam kemudian Dario menelepon.

"Aku dan anak-anak club renang akan pergi ke pesta, apa kau mau ikut?" kata Dario.

Vanya bertelanjang dan menatap langit-langit kamar. "Di mana?"

"Di mansion milik ayah Wilson. Bagaimana?"

Vanya berpikir sejenak. "Aku harus menunggu ibuku tidur terlebih dahulu."

"Baiklah. Kabari aku dan akan kujemput seperti biasa."

Lalu Vanya kembali bermain game dan pukul dua belas gadis itu turun dari tempat tidur, mengganti pakaiannya dengan gaun pesta dan mengenakan jaket untuk menutupi gaunnya. Ia mengambil sepasang sepatu tinggi, tetapi tidak mengenakannya dan memilih menentengnya di tangan seraya berjalan mengendap-endap menuju pintu.

Vanya celingak-celinguk untuk memastikan jika tidak satu pun orang melihatnya kemudian memasukkan kode akses pintu, tetapi belum selesai memasukkan kode, tangannya dicengkeramnya dengan lembut oleh seorang.

"Ini jam dua belas, Vanya."

Vanya menoleh dan alisnya berkerut cukup dalam. "Kenapa kau masih di sini?"

"Mulai sekarang aku tinggal di sini," kata Ares.

"Oh, bagus. Tapi, kumohon jangan mencampuri urusanku." Vanya membebaskan pergelangan tangannya dari Ares.

Kemudian Vanya kembali memasukkan kode akses pintu, tetapi Ares kembali menahan tangan Vanya.

"Kembali ke kamar," kata Ares dengan nada memerintah.

Berita buruk. Setelah ibunya, sekarang ada satu monster yang mengawasinya. Vanya melotot menatap Ares. "Kau tidak berhak mengaturku."

Ares mengedikkan bahunya. "Kembali ke kamar dan tidur atau kuberitahu Tania kalau...." Ia menelaah penampilan Vanya dan tersenyum miring. "Kau pasti sering melakukan ini."

Vanya menarik tangannya dari genggaman Ares dengan kasar. "Awas saja kau!"

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan Rate.

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒♥️☺️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ninna Maulida
ceritanya kaya culpa tuya gak sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BABY CEO    Chapter 90 (end)

    Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h

  • BABY CEO    Chapter 89

    Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va

  • BABY CEO    Chapter 88

    Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V

  • BABY CEO    Chapter 87

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,

  • BABY CEO    Chapter 86

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg

  • BABY CEO    Chapter 85

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status