Bahagia Setelah Berpisah 31
**
PoV YuniAku duduk termenung di kantorku, aku teringat perkataan Bu Rowina yang menyakiti hatiku. Aku juga adalah manusia yang pasti sakit hati bila dipermalukan, walau akhirnya dia juga malu karena perkataannya dan anaknya.
Persidangan akan dilaksanakan seminggu lagi, aku berharap sebelum seminggu aku sudah mendapatkan bukti jika Mas Hamdan berselingkuh.
"Mbak, hari ini kamu ada acara di sekolah Alisa. Kamu gak pergi?" kata Rosita mengingatkan.
"Astagfirullah, Iya. Aku harus pergi, Ros. Semoga belum terlambat. Aku segera melajukan mobilku, aku berniat pergi dengan Fatih. Aku jemput saja dulu dia di sekolah kemudian kami bersama ke sekolah Alisa.
Bahagia Setelah Berpisah 32.**PoV Yuni.Aku dan Alisa sedang di bagian pembalut. Dia mencari-cari pembalut yang cocok dan biasa dia gunakan."Tante, biasanya pakai yang merk apa?""Apa ya!" kataku bingung. Mau berkata jujur tetapi malu. Aku di jatah Mas Hamdan sepuluh ribu perhari dan sebulan bisa sampai 300 ribu untuk keperluanku membeli apa saja salah satunya pembalut saat datang bulan. Namun tak ku gunakan karena banyak kebutuhan mendesak. Uang itu terkadang buat membeli susu Sesil dan jajan Fatih.Aku menggunakan kain saat datang bulan. Kain daster yang sudah bolong. Aku robek dan itulah yang aku pakai. Aku menghela napas teringat masa lal
Bahagia Setelah Berpisah 33.**"Boleh saya minta sesuatu sama kamu, Yun?" tanya Pak Irsyad dengan lembut. Aku menjadi gugup."Kira-kira apa, Pak?""Jangan Panggil Bapak. Kelihatannya lucu sekali. Aku bukan atasanmu dam terdengar tidak akrab. Panggil Mas saja biar lebih akrab dan enak di dengar," kata Pak Irsyad lagi."Heheh' ... Gitu ya, baiklah saya coba, Pak. Maksud saya, Mas Irsyad." kataku dengan canggung. Dia mengulas senyum. Terlihat manis, aku menunduk karena malu. Sebenarnya aku ingin memukul-mukul kepalaku karena malu. Seumur-umur tak ada pria yang seromantis ini padaku. Walaupun sudah dua kali menikah namun karakter suamiku beda-beda satu dengan yang lain. Mas Hamdan yang sangat keterlaluan
Bahagia Setelah Berpisah 34.**Saat Ambar membuka pintu, netra nya membulat melihat aku dan beberapa orang sudah ada diambang pintunya."Mbak, Yuni!" katanya dengan heran, diperhatikannya aku dalam-dalam selanjutnya netranya teralih ke beberapa orang yang ikut bersamaku. Aku membawa asisten pengacara ku berjumlah dua orang serta Wira, Sigit dan Rosita ikut serta."Siapa, Mbar?" Suara Bu Rowina terdengar. Dia berjalan dengan gontai ke depan pintu. Setelah sampai dia juga tak kalah kaget melihat aku datang ke rumahnya."Yuni!""Apa kami boleh masuk?" tanya ku sambil melipat kedua tanganku.
Bahagia Setelah Berpisah 35.**Ibu Rowina tiba-tiba jatuh pingsan setelah tahu kelakuan anaknya. Mereka berdua panik, Mas Hamdan segera mengangkat tubuh Ibunya dan membaringkannya di kursi."Minggir!" katanya pada Wira, Sigit dan Rosita. Ambar segera mengambil minyak angin secepatnya di husapkan nya ke hidung sang Ibu agar dia segera sadar.Aku hanya mencibir ulah Bu Rowina yang ku anggap terlalu banyak gaya. Mengapa harus pingsan segala jika uang perceraian hanya kuberikan 10 ribu seperti tertera dalam buku nikah?"Ini semua gara-gara kamu, Yuni!" Mas Hamdan melayangkan pandangan padaku dan menunjuk diriku. Matanya nyalang menatap ku, seakan dia ingin menyerang ku.
Bahagia Setelah Berpisah 36.**"Yuni, sebelum Ibu dan Ambar tanda tangan, kami mau meminta sesuatu," kata Ibu yang masih menggantung bolpoin sedangkan anaknya sudah tanda tangan dan hanya tinggal mereka saja yang belum tanda tangan."Apa mau Ibu?" kataku tegas, dia menghela napas. Kemudian dia menangis kejer. Aku melihat dia layaknya anak kecil. Padahal biasanya dia berkata dengan ketus dan sikapnya sangat garang padaku."Huhuhu …," Dia menangis tersedu meminta dikasihani, aku hanya mencibir dan tak merasa kasihan sama sekali. Video sikapnya teringat dan berputar dalam memori ku. Sikapnya yang semau hati membuat perasaanku sama sekali tak tersentuh. Anaknya Ambar mengelus lembut lengan dan pundak Bu Rowina. Mas Hamdan tak dapa
Bahagia Setelah Berpisah 37.**"Mbak, ada yang datang," kata Rosita dengan tersenyum. Dahiku mengernyit, melihat ekspresinya. Pasti Pak Irsyad yang datang."Pak Irsyad, ya?" tanya ku dengan wajah datar. Aku tak mau Rosita berpikir macam-macam terhadapku."Cie … Maunya Pak Irsyad yang datang ya, Mbak!""Bukan dia, lantas siapa?""Aku suruh masuk aja biar kamu gak penasaran, Mbak!" katanya dengan tawa."Ya udahlah, dari sikapmu terlihat mencurigakan." Dia kembali memonyongkan bibirnya sambil berlalu memanggil yang datang untuk bertemu denganku. Pintu terbuka,
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 38**Aku terkaget saat melihat pria paruh baya di depanku sedang bersama dengan seorang wanita. Terlihat akrab dan mesra seperti sepasang kekasih. Yang lebih membuat panik saat netra kami bertemu. Tak bisa di pungkiri kalau dia terkejut, begitupun aku."Bapak!" seruku dengan mata membulat sempurna. Dia membelalakkan netranya melihatku."Bapak, Tunggu!" kataku berjalan untuk meminta penjelasan tentang siapa wanita yang bersamanya. Dia terlihat panik dan dengan segera di tariknya tangan wanita itu. Dia keluar dari supermarket itu dan aku juga keluar. Aku hendak mengejar Bapak.Aku tak mempedulikan dulu Mas Irsyad dan Alisa di dalam karena aku sangat
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 39.**PoV YuniNetra Bapak membola melihat aku dan Fatih di sana. Wajahnya pias, dia tak sangka aku dan Fatih ada di sini."Kakek. Kok ada di sini?""Diam kamu, anak kecil gak usah ikut campur. Pergi sana!" sergahnya pada anakku."Fatih cuma bertanya saja sama Bapak, mengapa Bapak ada di sini, kenapa Bapak harus marah. Aneh!" ketus ku padanya melihat sikap garangnya."Kamu juga Yuni, ngapain kamu di sini?" tanya nya dengan wajah garang,mungkin marah aku memergokinya dengan istri mudanya. Sekilas wajahnya terlihat seperti Mas Hamdan, menyebalkan.