Share

8

Author: Fitri Soh
last update Last Updated: 2023-09-11 10:53:51

Aku terus mengamit tangan Mas Yoga, membawanya menuju kamar kami yang besar.

"Tunggu, Mas. Kenapa aku ditinggal ...."

Aku menarik napas panjang, berusaha menekan amarah yang membuncah saat Anita menyibak tirai lalu masuk ke kamar kami, bibirnya yang seksi bergincu merah muda mengembang lebar. Mata bermaskaranya mengerling  manja pada Mas Yoga yang kini duduk di sebelahku. Dasar nenek sihir!

Kurasa, tidak keterlaluan memanggilnya begitu karena kenyataannya, dia memang seperti itu. Perempuan murahan. Mana ada gadis secantik dia yang masih belia mau dengan suami orang? 

Aku menahan kesal saat Anita melangkah mendekat.

 "Entah mengapa, bawaannya aku pengen deket Mas terus. Bobok di kamar kita yuk, Mas?"

Sejenak, Mas Yoga menatapku. Menguatkan hati, aku perlahan mengangguk. Kamu pilih kasih, Mas! Awas saja, akan kubalas. Rutukku dalam hati menahan kesal.

"Mbak Yu nggak cemburu, 'kan?" tanya Anita dengan tatapan tanpa dosa.

 Ia langsung menggelayut manja saat Mas Yoga mendekat, memeluk tangan mas Yoga cukup erat lalu menyenderkan kepala ke bahu suamiku yang menatapku salah tingkah.

Cemburu katanya? Pasti, dia perempuan paling bodoh sejagad raya. Siapa yang tak cemburu jika melihat suami yang amat dicintai bermesraan dengan perempuan lain di depan mata? Siapa yang tak sakit hati dimadu?

Kugigit bibir kuat mencoba menepis rasa sakit. Sungguh menjijikkan membayangkan suami bermesraan dengan perempuan lain, sungguh tak sudi aku berbagi suami. Sampai kapanpun tak akan rela. Lihat saja kamu, Mas! Akan kubalas.

Aku menatap ke arah perut Anita yang sedikit buncit. Sebagai bidan aku tahu kalau itu pasti bukan karena kebanyakan makan. Sudah berapa lama kamu selingkuh dengannya, Mas? Dengan pandangan jijik, aku berkata dengan sinis, menumpahkan perasaan sebal yang sejak tadi membuat dada begitu sesak. 

"Cemburu? Aku?" Tudinfku ke arah dadaku sendiri, padahal aslinya cemburu berat. "Duuuh, sorry," lanjutku lalu menyeringai. 

"Aku sudah puas dengannya. Nikmati saja bekasku. Aku sudah bosan dengannya! Semua gaya sudah kami coba. Aku benar-benar sudah bosan."

Jelas, aku menafik. Berkata ini pun, aku sambil meredam emosi agar tak lirih dalam butiran air mata. Tapi aku harus mengatakannya agar hati senang.

"Kamu bilang apa barusan, Cin?"  Mas Yoga menatapku dengan wajah terkejut.

Aku pura-pura tak melihat emosi di wajah Mas Yoga. Aku menatap Anita dengan sinis. "Silakan, nikmati dia sepuasnya. Aku sudah bosan dengannya," kataku sok tegar, melampiaskan rasa kesal yang sejak tadi mendesak-desak dada. Mata memanas, tetapi coba terus menahan diri agar tak menangis. 

Aku tidak boleh terlihat rapuh di mata Anita dan Mas Yoha, suami pengkhianat. Katanya, sayang. Bilangnya, cinta. Ngakunya, tak bisa hidup tanpaku dan hanya mencintai saja, tapi kini mendua.

 "Aku nggak cemburu Mas mau ngapain aja sama dia!" Tanganku terkacung ke arah Anita.

Masih dengan suara tegas aku menatap mata Mas Yoga yang justru nampak sedih.

"Mas nggak usah ngerasa nggak enak, bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa seperti saat Mas Yoga bermain di belakangku! Aku nggak papa, sungguh!" Suaraku lantang dan tegas, tetapi mata ini justru terasa basah. Semakin memanas. Dan ingin menangis. 

Mas Yoga mendekat, memelukku erat. "Jangan bicara seperti tadi lagi, Dek, itu menyakitiku."

Apa mas kira aku tidak sakit? Perempuan mana tak hancur hatinya berbagi kasih sayang? Istri mana tak lebur hatinya saat suami tercinta bilang, aku harus ikhlas karena sejatinya poligami tak dilarang dalam agama? 

Sakit, sungguh sakit. Pakai membawa-bawa agama pula. Ngaji saja nggak pintar.

Aku membalas pandangan Mas Yoga, lalu berkata dengan jengkel.

"Aku kan bicara realita, Mas. Sana, temani istri mudamu. Dia sedang hamil, anak kamu."

Mas Yoga menatapku kaget. Mungkin tak menyangka aku tahu tentang kehamilan istrinya. 

Aku mencoba tersenyum, wajah kubuat seceria mungkin. Kudorong tubuh Mas Yoga dan Anita keluar kamar lalu mengunci pintu, lalu aku menangis terisak-isak. Tidak. Aku tidak boleh cengeng. Buat apa? Mas Yoga bersenang-senang, jadi, aku harus senang juga.

Aku menuju ranjang, meraih ponsel, lalu menghubungi nomer Eni, semoga dia bisa membantu. Semoga ....

"En, tolong aku," kataku setelah tersambung. Ide brilian yang tadi sempat kupikirkan setelah gagal bunuh diri, kini semakin menggebu.

"Apa?!" kata Eni setelah kuceritakan ideku untuk membalas sakit hatiku pada Mas Yoga dengan detail.

"Iya, En," sahutku sambil menyeka air mata. Aku punya cara jitu yang akan membuat Mas Yoga dan Anita menyesal seumur hidup. Maaf, Mas, tapi kamulah yang membuatku akan melakukan ide sinting ini. Kita lihat apa tanpa ada 'belalai' si Anita masih mau denganmu atau tidak. Karena 'belalai' itu adalah surga untuk perempuan di dalam pernikahan. Aku menatap Guntung di meja dan tersenyum sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALAS DENDAM CANTIK    40

    Aku menatap ke arah pintu yang perlahan membuka. Mas Yoga masuk membawa jus wortel. Ia duduk di bibir ranjang, sambil tersenyum kecil mengulurkan gelas itu padaku. Aku terus diam menatapnya tanpa ekspresi. Semua tak lagi sama, Mas. Meskipun sekarang kamu bersikap baik, keputusan untuk cerai tak bisa diganggu gugat. Sampai kapan pun, aku tak mau dimadu.Mas Yoga memajukan gelas di tangannya lebih dekat ke arahku. Karena aku terus diam, ia akhirnya menempelkan gelas ke mulutku."Aku selalu ingat hampir tiap pagi dan malam kamu meminum ini." Tatapnya, aku berpaling darinya. Memperhatikan matahari pagi yang menyinari dedaunan."Bundaa!" Itu suara Caca. Aku menegakkan tubuh lalu merentangkan tangan saat putri kecilku itu berlari mendekat. Kucium pipinya dan memangkunya."Caca mau ikut bunda, gak?" Tatapku. Caca memandangku penuh minat."Ke mana, Bun?""Pengadilan agama."Wajah Mas Yoga menegang. Ia menegakkan tubuh. Tangannya meremas gelas cukup kuat. Aku pura-pura tak melihat."Caca tungg

  • BALAS DENDAM CANTIK    39

    Cinta memandangku dengan wajah jengkel bercampur penasaran. "Apa, Mas? Katakan saja mumpung aku masih mau mendengar."Kugelengkan kepala melihat tingkahnya. Ia bersidekap di dada dan memandangku angkuh."Ayo katakan, Mas?!""Aku menikahi Anita sebenarnya karena ...." Aku menarik napas dalam saat teringat perkataan Mas Yogi tempo hari."Kamu harus menyembunyikan ini dari istrimu. Dia mudah keceplosan. Setelah Anita melahirkan, kamu boleh menceraikannya," kata Mas Yogi kala itu sambil menatap penuh harap."Ayo cepat katakan, Mas.""Cinta, aku ...." Aku menatapnya ragu. Teringat permintaan Mas Yogi agar aku tetap bungkam membuatku bingung. Kalau mengatakannya, aku takut Cinta akan bilang pada Anita bahwa yang dinikahinya bukan Mas Yogi. Anita tipe yang meledak-ledak. Anita bisa saja langsung mendatangai rumah bapak dan mengatakan bahwa ia hamil anak Mas Yogi. Dan bapak pasti akan kecewa dua sekaligus. Pertama karena Mas Yogi berzina sampai berbuah anak di luar pernikahan, lalu kedua kare

  • BALAS DENDAM CANTIK    38

    "Apa kamu tidak merindukanku, Cin?"Hening cukup lama. Aku dan Mas Yoga saling menatap. Aku rindu, Mas. Sangat rindu. Bahkan saat ini aku sebenarnya ingin sekali memelukmu, tapi menahannya karena semua tak lagi sama. Kembali membuka mati, berarti harus siap menanggung rasa sakit lagi. "Cin?"Ditangkupnya wajahku dengan kedua tangan, tapi aku berpaling menghindari tatap dengannya. Tanganku bergerak pelan menepis tangannya."Di mana Anita?" tanyaku sambil menatap keluar kamar. Mas Yoga mengikuti arah tatapanku. Terlihat jelas bahwa Mas Yoga kecewa dengan sikapku, tapi aku bersikap cuek. Mencoba cuek walau hatiku remuk dan sakit. Perih, andai kamu tahu."Dia sedang ke rumah ibunya.""Kenapa kamu gak mengantar istri kesayanganmu itu?" Nadaku sinis. Mas Yoga memandangku terkejut."Aku sengaja tetap di rumah agar bisa menyambutmu." Ia terlihat menahan kesal.Aku memperhatikannya lama, lalu tersenyum mengejek. "Kamu gak perlu menyambut perempuan jahat sepertiku, Mas." Aku keluar dari kamar.

  • BALAS DENDAM CANTIK    37 B

    "Lima belas tahun lalu, aku masih jadi preman pasar bersama Tara dan Redi. Semua orang takut pada kami karena aku tak segan main fisik." Tatapnya."Pistol yang kutemukan itu, apa ...."Ia mengangguk. "Sebelum mengasuh Putri, aku seolah tak punya tujuan hidup, Cinta. Perempuan yang kucintai terus saja menolakku. Aku berbuat semaunya sendiri sampai meresahkan warga. Siapa pun yang berani mengusikku juga keluargaku, dia akan terima akibatnya."Sungguh mengerikan ternyata dia. Aku memilih menatap ke arah lain saat kami beradu tatap. Aku baru menatapnya saat mendengar kekehan kecil."Apa kamu akan mengurungkan niat menikah denganku?" Didongakkannya wajahku menghadapnya. Bertatapan dengan jarak yang begitu dekat, membuatku sangat malu. Aku mengalihkan pandang ke arah lain. Pada rumah-rumah panggung yang terpacak di bibir sunga. Mas Zain naik ke jembatan, ia terlibat pembicaraan pada seorang perempuan tua lalu menerima uang. Mas Zain menuju rumah dengan banyak plastik berisi kerupuk yang dig

  • BALAS DENDAM CANTIK    37

    Astagaaa, sepertinya aku akan gilaa!" Teriak Neni di pagi hari yang cerah saat aku baru selesai mandi juga memandikan Caca. Caca kini tengah makan tempe goreng sambil menonton televisi. Wajah Caca begitu riang setelah aku mengatakan besok kami akan ke Jakarta bertemu dengan ayahnya. "Ada apa, Nen? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja." Aku menatapnya terpana saat ia menuju ke arahku dengan beberapa bunga teratai di tangan. Diulurkannya bunga putih kekuningan itu padaku."Apa ini?""Dari pangeranmu." Luwes sekali ia mengatakan Mas Zain pangeran, astaga. Aku meraih bunga darinya lantas berjalan menuju pintu, tak ada Mas Zain di depan."Dia ke rumah ibunya dulu. Nanti ke sini, katanya. Apa kalian sekarang jadi anak ingusan baru puber yang setiap hari bertemu? Sungguh seperti anak ABG." Ia menggeleng dengan wajah muak.Aku tertawa kecil melihatnya yang pura-pura pingsan di sofa. Kujitak kepalanya sambil duduk lalu menghidu bunga teratai dalam dekapan. Wanginya begitu mendamaikan. Aku terse

  • BALAS DENDAM CANTIK    36

    Ini yang terakhir aku memintanya padamu. Kamu mau jadi istriku atau tidak?" "Ummp ...."Ia mengerutkan kening. Tanpa mengatakan apa pun, aku menepis tangan agar tak lagi mengungkung tubuhku lalu berjalan ke arah meja, meraih aquarium lalu melangkah cepat meninggalkannya."Aku bertanya bukannya dijawab."Aku tak mengindahkannya."Cinta, ada yang tertinggal," katanya saat aku mencapai ambang pintu. Penasaran apa yang sebenarnya tertinggal, aku pun menoleh. Mas Zain mendekat, ia merebut aquarium dari tanganku dan meletakkan kembali ke meja."Apa yang tertinggal?" Aku menatapnya heran.Mas Zain merogoh saku celananya, lalu dengan cepat menyematkan cincin ke jari manisku. Jantungku berdetak kencang saat kami beradu tatap."Jangan pernah mengembalikan padaku lagi."Aku tak menyahut karena begitu malu. Mas Zain meraih bonsai kelapa juga pisau dan berjalan keluar. Ia menoleh di ambang pintu mengisyaratkan agar aku mengikutinya. Sementara ia duduk di bangku kecil fokus membersihkan serabut ke

  • BALAS DENDAM CANTIK    35 B

    Sepertinya, aku baru saja terlelap saat terdengar suara Neni memanggil. Sahabatku itu masih memakai mukena saat aku menghampirinya di kamar salat."Sudah pagi, salat dulu."Aku mengangguk. Selesai melaksanakan salat subuh, aku menuju dapur membantu Ibu dan Neni. Ibu tengah membuat bumbu sementara Neni memetik kacang panjang. Ia mendongak saat aku mendekat padanya. Aku duduk dan segera membantu Neni memotong kacang panjang."Jangan sedih terus," gumam Neni.Aku menggelengkan kepala. "Aku gak sedih. Hanya ngantuk masih baru bangun tidur."Ibu Neni menghampiriku dan meletakkan susu di meja. Aku mengangguk lalu mengucap terima kasih."Biar aku sama Cinta aja yang masak, Bu."Ibu memandangku dan Neni bergantian. Ia akhirnya mengambil dedak untuk pakan ayam di sudut dapur dan keluar rumah. Tak lama kemudian, terdengar suara nyaringnya.Kur kur kur kuuur"Cin, wajahmu gak bisa dibohongi. Kalau kamu cinta padanya, maka jangan dilepas."Aku mengibaskan tangan. "Sok tau kamu."Neni menggelengka

  • BALAS DENDAM CANTIK    35 A

    POV ZainSepanjang jalan menuju Simpang pematang, kami terus dalam keheningan. Sesekali aku menoleh ke belakang dan Cinta langsung berpaling, sepertinya ia kecewa karena tindakanku barusan. Bukannya aku ingin menolaknya, hanya saja aku tak mau nanti sampai terlewat batas. Ciuman itu bisa menjadi jalan menuju hubungan terlarang. Cukup hanya Putri, anak yang dilahirkan tanpa pernikahan. Cukup sudah semua orang menuduhku pengecut karena aku tak menikahi Talita. Bukan tak mau, tapi Talita yang menolak keras. Aku tak ingin seperti dulu lagi. Aku ingin menjadi tauladan yang baik untuk Putri.Kini, kami tiba di alun-alun Simpang Pematang. Tampak muda-mudi bercengkerama, sebagaian menatap ke arahku. Aku turun dari motor dan berjalan bersisian dengan Cinta yang sepertinya sengaja mengalihkan tatap dariku."Mau makan apa?" Aku memandangnya."Terserah," sahutnya datar.Pasti dia benar-benar tersinggung dengan tindakanku tadi. Aku menghela napas dan berjalan menuju penjual ketoprak."Dua." Aku me

  • BALAS DENDAM CANTIK    34 B

    Neni memandangku lama. "Masa lalunya memang kelam, Cin. Tapi bukan berarti semua tentangnya jelek semuanya.""Iya juga, sih." Aku memandangnya. Merasa deg deg kan saat membayangkan akan menjalani hubungan serius dengannya."Menurutmu, apa dia bisa jadi ayah yang baik untuk Caca dan Farhan?"Neni memperhatikanku lama. Lalu mengangguk perlahan. "Aku sudah tanya banyak hal sama istri saudaraku, katanya, Mas Zain sangat sayang pada Putri. Sejauh ini, apa dia bersikap baik sama Farhan?"Aku mengangguk. Bahkan saat pertama bertemu, ia langsung dekat dengan Farhan. Padahal denganku begitu dingin.Neni memandang ke jariku yang tersemat cincin dari Mas Zain. "Saranku, kamu pikirkan dulu, Cin. Pernikahan itu untuk seumur hidup. Aku setuju kamu cerai dengan si penghianat itu, tapi untuk menikah dengan Mas Zain ... emmp ... kamu harus memikirkannya masak-masak. Kamu benar-benar merasa cocok padanya atau tidak.""Aku sudah memikirkannya, Nen. Aku akan membuka hati. Kami akan saling mengenal dulu,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status