LOGINSuasana ruangan mendadak hening. Tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut tuan Robin atau nyonya Margaret setelah permintaan dari Veren terlontar.
Pandangan Veren perlahan bergeser ke arah nyonya Margaret, ketika senyum kecut terpancar dari wajah wanita itu. Sekana menahan geli sekaligus rasa tak percayanya seiring dengan permintaan dari Veren barusan.
“Ya ampun Veren, apakah kamu berpikir jika permintaanku untuk meminta kamu menggugurkan kandunganmu itu hanyalah permintaan sepihak?”
“Lihat saja eskpresi suamiku saat mendengar ucapanmu barusan. Apakah suamiku langsung memberikan tanggapan untuk setuju dengan permintaanmu itu!”
“Tidak Akan! Kamu harusnya sadar diri, karena keluarga kami tetap pada komitmen agar kamu menggugurkan kandunganmu itu. Agar suatu saat nanti, anak dalam kandunganmu itu tidak akan menjadi boomerang untuk keluarga kami.”
Mendengar ucapan nyonya Margaret, seketika Veren menatap ke arah tuan Robin dengan tatapan penuh harap. Veren masih mengharap, jika ucapannya Margaret mengenai tuan Robin tidaklah benar.
Namun, napasnya tercekat tatkala mendengar perkataan tuan Robin yang sama dengan sang isteri. Meminta kepada Veren untuk menggugurkan anak dalam kandungannya.
Ucapan yang dilontarkan oleh tuan Robin tak jauh berbeda dengan perkataan yang terucap dari bibir nyonya Margaret. Meminta kepada Veren untuk menggugurkan kandungannya, khawatir jika suatu saat nanti Veren akan berubah pikiran dan menjadi boomerang bagi keluarga Perez-Giani.
Kembali, tuan Robin menawarkan uang sebesar dua miliar kepada Veren agar mau menuruti permintaan dari mereka.
Veren merasa sangat kecewa mendengar niat yang sama dari tuan Robin. Namun, pada akhirnya dia mengerti jika keluarga Perez-Giani akan tetap berusaha sebaik mungkin untuk tidak memasukan aib dalam keluarga mereka, yaitu dirinya.
Sehingga Veren yang tak tahan lagi berada di ruangan itu, hendak pergi meninggalkan tuan Robin dan nyonya Margaret.
Namun, keinginannya itu sirna saat tuan Robin memintanya untuk tetap duduk dengan nada yang meninggi. Sikap tuan Robin itu tentu berkaitan dengan laporan yang telah diberikan oleh nyonya Margaret, mengenai Veren yang selalu berusaha untuk menghindari percakapan panjang dan langsung pergi meninggalkan lawan bicara.
Sehingga keterkejutan kembali menghiasi Veren, terperangah menatap ke arah tuan Robin.
Dengan tatapan yang membara, tuan Robin kembali meminta jawaban dari Veren sehubungan dengan permintaan untuk menggugurkan kandungannya.
“Kamu boleh pergi dari tempat ini, dengan catatan telah memberikan jawaban atas permintaan kami.”
“Apakah kamu tidak diajarkan sopan santun, untuk tidak meninggalkan lawan bicara disaat perbincangan belum selesai!”
Veren hanya menundukan kepala dalam diam saat suara tuan Robin menggema di ruangan itu. Jari-jarinya tanpa sadar bergetar, bergesekan satu sama lain, mencoba merangkai kata yang tepat untuk menjawab permintaan yang menyesakkan hatinya.
Kembali memberanikan diri, Veren langsung memberikan jawaban yang membuat nyonya Margaret dan tuan Robin dilanda emosi.
“Aku tetap pada tekadku, bahwa tidak akan pernah menggugurkan anak ini.” ujar Veren sembari memegang perutnya.
“Aku tidak menginginkan uang dua miliar dari keluarga Perez-Giani. Silahkan simpan uang itu, karena aku pasti bisa menghidupi anak ini nantinya, meski tanpa bantuan kalian.”
“Ini jawabanku untuk permintaan kalian. Jadi, tolong jangan tekan aku lagi, dan tolong jangan utus wanita itu untuk bertemu denganku.” Lanjut Veren yang teringat akan sosok Lidya, yang baginya merupakan suatu tekanan yang besar ketika terus-menerus menyampaikan keinginan dari keluarga Perez-Giani.
Setelah tekadnya itu terucap, Veren tak perduli lagi dengan tuan Robin dan nyonya Margaret. Dia langsung berdiri dan menundukan kepala, menunjukan rasa hormat sebagai balasan atas ucapan tuan Robin yang menyebutnya tak diajarkan sopan santun.
Dengan berani Veren mulai melangkah menuju ke arah pintu, meski napasnya terasa berat khawatir jika tuan Robin dan nyonya Margaret akan kembali menahannya.
Dan benar saja, nyonya Margaret dengan napas yang menggebu-gebu, tak tahan lagi dengan emosi yang memuncak setelah mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Veren, langsung berdiri dari sofa dan menghampiri Veren.
Menunjukan dominasi sebagai isteri dari tuan walikota, dan wanita yang layak untuk di segani oleh Veren, seketika itu juga sebuah tamparan yang keras dilayangkan oleh nyonya Margaret menghantam pipi Veren.
“Plaaaaakkkkk…”
Tamparan itu begitu keras, sehingga menimbulkan suara tersendiri dalam ruangan yang hening itu.
Veren mengerang menahan rasa sakit akibat tamparan dari nyonya Margaret. Dan tuan Robin matanya melebar seketika, tak menduga jika isterinya itu akan mengambil tindakan demikian dengan menampar Veren.
“Cari tau wanita yang bernama Bianca ini, apakah dia sudah menikah atau belum. Jika belum, maka atur dia bekerja dibawah pengawasanku langsung. Kamu pasti tau yang kumaksud.”Ucapan itu datang dari Luke, memberikan perintah tegas kepada sang asisten.Semakin dia mengingat wajah Veren barusan, wajah itu semakin merasuk dalam pikirannya memberikan kesan yang luar biasa. Dimana kecantikan yang dimiliki oleh Veren yang kini dengan identitas barunya sebagai Bianca Lopez, telah membuat Luke tersenyum sendiri.Sementara itu, Veren yang kita sebut sebagai Bianca saat ini, tengah menjelaskan arahan dari seniornya mengenai pekerjaan yang harus dia lakukan.Dia dan dua karyawan baru yang akan ditempatkan di posisi yang sama, nampak begitu serius mendengarkan arahan dari senior perempuran di depan mereka saat ini.“Terima kasih atas arahannya kak. Kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk pekerjaan ini.” ucap Bianca.Dua karyawan barunya turut berkata demikian, lalu kemudian langsung melakukan
“Siapa wanita itu? dia cantik sekali loh.”Beberapa karyawan pria yang melihat sosok Veren melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan, tentu dibuat terperangah dengan kecantikan yang dia miliki.Bahkan dua satpam pria yang tengah berjaga, turut dibuat berliur menatap kecantikan Veren. Setelan kemeja dan rok ketat yang sangat pas dengan tubuhnya, membuat Veren semakin nampak menarik dimata semua pria yang melayangkan pandangan ke arahnya.“Cantik sekali wanita ini. Aku benar-benar iri loh.” Ucapan itu datang dari seorang karyawan wanita, yang turut mengakui kecantikan yang dimiliki oleh Veren.Veren segera diarahkan oleh seorang staf, menuju ke ruangan dimana dia bersama beberapa orang yang terpilih untuk bekerja di perusahaan keluaga Perez Giani akan melakukan pertemuan dengan salah satu sosok penting dari perusahaan tersebut.Beberapa menit berlalu, Veren dan sembilan orang lainnya tengah duduk dan menunggu di dalam ruangan.“Aku dengar, yang akan memberikan arahan kepada kita adalah
Dokter Antoni segera mengedipkan mata kepada bibi Mina dan Sandra, sebagai isyarat bagi keduanya untuk membuka perban ditubuh Veren.Lalu disaat itu juga, keduanya langsung maju ke arah Veren untuk membantu Veren melepaskan perban yang melilih tubuhnya.Satu-persatu perban dilepas dengan hati-hati, membuat nafas Veren memacu tak karuan karena merasa gugup akan hasil operasi terhadap dirinya. Veren sangat berharap, agar hasil operasi yang dilakukan oleh dokter Antoni terhadap dirinya benar-benar memberikan hasil yang memuaskan.Karena aksi balas dendamnya terhadap keluarga Perez Giani, akan sangat berpatokan dari hasil operasi.Beberapa menit berlalu, bibi Mina dan bibi Sandra langsung melebarkan mata saat semua perban terlepas dari tubuh Veren. Keduany langsung menatap erat ke arah Veren, lalu kemudian melayangkan pandangan ke arah dokter Antoni.Sedangkan dokter Antoni, dia hanya terperangah sembari melangkah secara perlahan mendekat ke arah Veren.Mulutnya menganga, lalu kemudian me
Hari-hari terus berlalu setelah janji yang terucap dari bibir pak Antoni untuk membantu Veren balas dendam.Pak Antoni yang merupakan dokter ahli bedah, berencana untuk melakukan operasi besar-besaran terhadap Veren.Dia bahkan meminta kepada salah satu pembantu rumah, agar tidak mengganggu dirinya selama proses operai yang akan dia lakukan kepada Veren.“Dalam beberapa jam ke depan, aku tidak mau diganggu meskipun ada relasi yang menghubungi atau datang untuk bertemu langsung. Katakan saja pada mereka, jika aku sedang berada diluar dengan melakukan kegiatan memancing.” Ucap dokter Antoni dengan tatapan yang serius.Pembantu rumah itu mengangguk, mengiyakan permintaan dari dokter Antoni. “Baik dok, aku akan menutup gerbang depan agar tidak ada satu pun tetangga yang datang.”Dia melangkah dengan tergesa-gesa, mengingat proses operasi terhadap Veren akan segera dilakukan.Di dalam ruangan khusus di rumah itu, Veren terbaring dengan tubuh yang ditutup kain berwarna hijau. Hanya bagian w
Satu bulan terlewati, evakuasi terhadap kendaraan yang dibawa oleh Veren telah berhasil dilakukan. Mobil itu ditemukan pinggir sungai dengan tertahan batu besar.Namun, tubuh Veren tidak berhasil ditemukan meski beberapa tim telah dikerahkan oleh ayahnya Ella.Banyak yang berspekulasi jika tubuh Veren telah terbakar sewaktu mobilnya mengalami kebaran. Namun, ada juga yang berspekulasi jika Veren sempat selama, namun tubuh Veren hanyut ditelan sungai saat dia mencoba keluar dari mobil.Kesedihan masih meliputi Velove dan kerabat dekat Veren, setelah dipastikan jika Veren tewas terbawa arus sungai.Berbeda dengan keluarga Perez Giani yang tak lagi memperdulikan berita mengenai Veren. Karena saat ini mereka tengah berfokus atas kampanye dari tuan Robin dan pasangannya.Sebagai sahabat yang sangat menyayangi Veren, Ella dan Prilly tetap menemani Velove untuk mengganti karangan bunga yang ditempatkan di titik lokasi awal Veren mengalami kecelakaan.Bahkan tuan Mike, ayah dari Ella turut ha
“Papa sudah mendapatkan informasi dari saksi mata yang sempat melihat kecelakaan yang Veren alami. Mobilnya melaju dengan cepat, jadi kemungkinan besar dia menancap gas mobil itu tanpa ada perhitungan sama sekali.” Ucap tuan Robin.Karena setibanya tuan Robin di rumah, ia langsung menerima beberapa pertanyaan dari sang isteri yang sangat penasaran dengan kecelakaan yang menimpa Veren.Nyonya Margaret turut khawatir jika keluarga mereka akan terbawa-bawa dengan kecelakaan yang menimpa Veren, apa lagi Veren menggunakan kendaraan yang mereka berikan.Mendengar ucapan dari tuan tuan Robin, nyonya Margaret lantas menyalahkan Veren yang tidak becus dalam mengendaraai mobil.“Wanita itu saja yang kegirangan dapat mobil dari kita. Makanya dia pamer dengan membawa mobil itu tanpa perhitungan!”Tuan Robin meminta sang isteri untuk tidak mengeluarkan statemen apapun terkait dengan kecelakaan yang menimpa Veren di depan pihak media. Dia meminta nyonya Margaret untuk menghindari pihak media sement







