Kemarahan itu membuat Yulia sesak napas, berharap kalau tidak pernah kehilangan kedua orang tuanya, atau kemudian memutuskan untuk ikut dengan keluarga ayahnya. Jika saja Yulia membiarkan dirinya tetap diasuh oleh keluarga sang ibu, pasti tidak akan begini keadaannya.“Bagaimana bisa kamu diabaikan? Astaga! Apa gunanya kecantikan wajahmu itu!” teriak Santo pada Yulia.Vas bunga yang ada di tengah meja makan melayang, membuat siapapun yang ada di ruangan terkejut. Mereka mengangkat kepala sedikit, lalu menunduk lebih dalam menatap piring-piring di depan. Satu di antara mereka sama sekali tidak berniat untuk menyahuti kemarahan. Bisa-bisa akan menjadi sasaran kemarahan selanjutnya.“Kenapa kamu diam saja?” Suara Santo merendah, terdengar ramah, tetapi lebih mematikan dibandingkan sebelumnya.“Itu ... saya sudah berusaha, Kakek!”PRAK!Kali ini giliran meja dan piring yang jatuh dan berguling di lantai. Piring porselen dan gelas kaca itu langsung terbelah menjadi beberapa bagian setelah
Cumi tepung, ayam goreng balado, juga sup sayur telah masuk ke dalam rantangnya sekitar jam 9 pagi. Ia dan neneknya mempersiapkan bahan sejak pukul enam. Tukang sayur langganan mereka kebetulan memiliki semua yang diinginkan sehingga Yulia tak perlu berlarian ke pasar tradisional terdekat.“Jangan gagal lagi kali ini!” Kakeknya, pria tua itu menemukannya di depan, menatap Yulia dengan tajam sebagai peringatan.Yulia tidak menjawab, ia mengangguk dan memegang gagang rantang erat-erat. Wyatt bilang akan menyetujui perjodohan. Karena jika ditolak kembali untuk keempat kalinay akan semakin banyak tekanan yang diterima Yulia. Ia hanya ingin bebas, tidak lagi berurusan dengan keluarga ayahnya.Seperti kemarin, Yulia menaiki angkutan kota, turun di halte dan naik bus, dan terakhir menaiki angkutan kota kedua hingga sampai di depan rumah Wyatt. Kakek Wyatt, Albert tengah menyapu di halaman. Yulia ingat sekali kalau pria itu memiliki pembatu di rumahnya, mung
Esme terpana mendengarnya. Ia tak menyangka kalau akan mendengar kalimat itu dari mulut Wyatt. Rasanya seperti mendengar kabar kalau manusia akan pindah ke Mars sebentar lagi.“Kamu baru saja mengatakan apa?” tanya Esme masih dengan ketidak percayaan di nada suaranya.Esme masih merasa kalau Wyatt senang mengatakan suatu omong kosong. Bukan hal yang akan benar-benar dilakukan pria itu.“Aku akan menikah!” Wyatt mengulanginya.Esme menurunkan gagang telepon dari telinganya. Mencoba memaksakan informasi yang baru saja didengar ke dalam kepala. Mengatakan beberapa kali pada dirinya sendiri kalau yang barusana di dengar bukan sebuah lelucon, tetapi kenyataan. Bukan sebuah mimpi, tapi memang apa yang akan terjadi sebentar lagi.“Tapi, kamu mencintai Anna?”Hening. Esme menyesal sudah mengingatkan Wyatt tentang Anna. Topik yang baru saja diangkat adalah hal sangat tabu bahkan untuk dirinya sendiri. Ia masih bisa mendengarkan teriakan-teriakan ibu Anna yang mengatakan kalau putrinya masih hi
“Apa?” Yulia tak sabar menunggu.Ia bisa melakukan segala hal bahkan mengantikan posisi pembantu yang barusan menolongnya untuk memindahkan makanan di dalam rantang ke mangkuk-mangkuk porselen cantik yang berakhir di dalam lemari makanan.“Pertama tidak akan ada cinta di dalam pernikahan ini. Jangan berharap aku akan mencintaimu.”Mana mungkin Yulia mengharapkan hal senaif itu dari Wyatt. Ia tak tahu apa yang sudah terjadi di dalam kehidupan Wyatt, tetapi dirinya yakin kalau tak ada yang bisa diharapkan dari pria itu selain pernikahan saja.“Aku tahu! Aku bisa melihatnya di matamu. Tidak ada ketertarikan di sana.”“Baguslah! Kedua, aku tidak membutuhkan peranmu sebagai istri kecuali di depan Kakeh dan orang-orang. Di kamar, kita hanya akan berlaku sebagai orang asing!”Bukankah itu sebuah pelecehan? Tidak ada hubungan suami istri walau pun mereka sekamar. Yulia mengenggam tangannya di bawah mej
“Esme, apa kamu tahu apa permintaanmu ini?” Dominic tidak percaya dengan yang baru saja di dengar.Ia berhenti membaca laporan di atas meja kerjanya, menoleh ke arah Azzar yang membawa laporan, dan menatap pria itu sampai keluar. Esme juga duduk di kursi di depannya sekarang, menatap dengan tatapan yang serius.“Dia akan menikah!”“Dia hanya berbohong padamu!” jawab Dominic dengan cepat.Esme memutar bola matanya dengan malas, menjatuhkan punggungnya di kursi dan menatap Dominic sekali lagi. “Jadi, kamu pikir aku tidak bisa membedakan mana hal yang disebut omong kosong dan kebenaran?”“Aku tidak meragukan penilaianmu, Esme. Hanya saja kadang kala kamu terlalu lembut menanggapi Wyatt dan Anna.”“Karena mereka baik, Dom.”“Baik? Kamu tidak ingat dia mencoba menjebakku dengan mengatakan anak yang entah berasal dari mana menjadi anakku?” tanya Domini
Yulia cantik. Ini adalah ketiga kalinya sejak pertemuan pertama mereka dan Wyatt berpikir begitu. Ia tidak berbohong atau hanya sekedar membesarkan hati Yulia saja. Yah, ia tidak serta merta mengatakan kepada Yulia bahwa gadis itu cantik. Tetapi, Wyatt terpana dan kemudian mengakuinya di dalam hati. Namun, hatinya tidak merasakan desiran seperti jatuh cinta. Hanya kagum akan keindahan yang bisa ada di muka bumi.“Apa aku terlalu berlebihan?” tanya Yulia memecah kediaman Wyatt.Wyatt kembali dari menjelajah pikirannya sendiri, menatap Yulia sambil tersenyum. “Baik-baik saja! Tidak ada yang terlalu berlebihan!”Yulia tampak sangat lega mendengar penuturan Wyatt. Ia menghembuskan napas dan memperbaiki lipatan dresnya yang begitu cocok di tubuhnya yang semampai. “Aku merasa tidak nyaman karena kamu bilang ada temanmu yang ingin bertemu denganku. Apa ada yang harus kuperhatikan?”“Tidak ada!” jawab Wyatt lekas.
Siapa wanita ini? Siapa juga lelaki ini?Yulia bergerak-gerak dengan tidak nyaman di atas kursi yang didudukinya. Wanita yang memeluknya saat pertama kali bertemu dengan dirinya tadi berbicara dengan Wyatt, nadanya sangat riang-riang. Sampai-sampai di mata Yulia cahaya matahari yang tersisa di sekitar mereka berasal dari wanita itu.“Aku tidak menyangka kalau kamu akan menikah lebih dulu dariku. Bagaimana kamu bisa bertemu dengan wanita cantik seperti dia?”Wyatt tersenyum. Yulia kaget saat jemarinya digenggam dengan hangat oleh pria itu. Ia tegang, takut kalau apapun yang sedang dicoba Wyatt gagal.“Kakekku sangat khawatir dan kemudian menghubungi semua temannya untuk menemukan calon istri. Kemudian aku bertemu dengan Yulia. Dia membuatku merasa kalau dunia belum berakhir untukku.”Esme menutup mulutnya. Ia menoleh pada pria tampan yang diperkenalkan sebagai tunangan. Tetapi, tampaknya pria itu sama sekali tidak tertarik dengan obrolan bersama Wyatt. Matanya sesekali melirik Wyatt de
“Maaf!”Yulia mengatakan itu pada Wyatt yang sama sekali tidak menangapi apapun perkataan Esme selanjutnya. Yulia pasti telah menyangka kalau pria itu marah padanya. Tetapi, Wyatt sama sekali tidak kesal. Malah ia merasa sangat terbantu dengan apa yang dilakukan Yulia tadi.Ia senang melihat bagaimana Dominic dan Esme bereaksi. Ia melihat mata tak percaya Dominic dan kekaguman yang diperlihatkan Esme. Apakah mereka tampak seperti dua orang yang sedang dimabuk cinta?“Wyatt ... aku benar-benar minta maaf padamu!” seru Yulia takut sekali.Wyatt menoleh pada wanita yang akan dinikahinya tak lama lagi itu dan memandang sambil tersenyum. Wajah Yulia tampak lebih pucat dibandingkan sebelumnya. Ia tampak tidak suka diabaikan oleh Wyatt.“Maaf, ada hal yang sedang aku pikirkan. Apa yang kamu katakan?” tanya Wyatt.“Aku minta maaf! Aku sama sekali tidak bermaksud untuk sok akrab denganmu. Aku hanya merasa harus melakukan sesuatu supaya kamu bisa terhindar dari orang-orang itu!” Yulia tampak su