Share

BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH
BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH
Author: lasminuryani92

Mobil untuk Fatin

last update Last Updated: 2024-08-22 09:17:31

"Ini mobil aku pake, Mas. Biarkan Fatin naik kendaraan umum. Manja! Baru aja masuk kuliah sudah ngelunjak, apalagi kalau sudah kerja."

"Kamu bisa naik kendaraan umum dulu untuk sementara, Ma."

"Tidak! Aku tidak mau!" Herin berusaha mengambil kunci yang sudah dipegang suaminya.

"Fatin sudah menunggu di luar."

"Fatin! Fatin! Fatin terus! Kenapa sih kamu selalu manjain dia. Dia masih punya ibu, Mas! Kalau dia kamu berikan mobil, Haifa juga belikan."

"Haifa kan bisa aku antar setiap hari, Ma."

"Begini yang aku nggak suka dari kamu, Mas. Kamu harus adil dong. Kalau kamu berikan mobil untuk Fatin, artinya kamu juga harus belikan untuk Haifa!"

"Adil katamu?"

"Ya!" Herin menyilangkan tangannya di dada dan mengangkat dagu tinggi.

"Aku sudah membiayai anakmu dari SD hingga tamat SMA dan sekarang dia aku sekolahkah di Universitas ternama. Aku mengantarnya ke sekolah setiap hari. Sedangkan, Fatin, aku biarkan tinggal bersama ibunya, aku bahkan tidak pernah memberinya uang hanya karena kamu selalu mempermasalahkannya seperti ini. Dan, sekarang dia meminta mobil yang sejak bertahun-tahun kamu sudah kenyang memakainya, kamu bilang aku harus adil?"

"Benar, Herin. Aku memang sudah tidak adil, selama ini. Aku bahkan menyia-nyiakan anakku sendiri dan malah menyayangi anakmu!" Farhan merampas kunci yang sudah digenggam erat istrinya. Ia menatapnya nanar. Wanita yang sudah dinikahinya hampir 8 tahun itu tetap tidak pernah suka saat ia memberikan perhatian untuk putrinya sendiri.

"Mas!" teriak Herin.

Farhan menutup pintu, ia berdiri sejenak dan menarik napas. Berjalan mendatangi putrinya yang berdiri sedikit lebih jauh dari rumah yang ditinggalinya bersama istri kedua.

"Maaf, Pa." fatin menautkan kedua tangannya dan menunduk. Farhan bisa pastikan kalau putrinya mungkin mendengar pertengkaran mereka.

"Tidak apa-apa." Farhan mengelus pundak putrinya sebelum memberikan kunci itu. "Hati-hati mengendarainya!"

"Iya, Pa. Fatin pulang, dulu." Gadis berusia 20 tahun itu mengangguk sebelum mundur dan pergi. Ia menekan remot kunci dan mengemudikan mobil itu menjauh dari rumah mereka dulu bersama keluarganya. Papa dan Mama yang sangat mencintainya, sebelum semuanya rusak.

Farhan berdiri memandanginya sebentar sebelum anak gadis yang tidak ia besarkan itu menjauh. Pria itu merasa waktu berlari begitu cepat, hingga putri yang dibawa ibunya keluar dari rumah saat itu, kini sudah beranjak remaja dan sebentar lagi dewasa.

"Lanita pasti yang mengompori Fatin untuk meminta mobil itu padamu, Mas!" ucap Herin dengan wajah yang terbuang ke sudut dinding saat suaminya mendorong pintu, masuk.

Farhan memilih tetap melanjutkan langkah. Rasanya ia lelah, jika masih harus memperdebatkan soal mobil itu. Padahal, sebelumnya ia sudah meminta izin secara baik-baik untuk memberikannya pada Fatin.

"Wanita itu memang tidak ada habis-habisnya mengganggu pernikahan kita, Mas. Alasan anak! Apa-apa anak! Apa dia tidak laku lagi untuk menikah dan menghidupi anaknya tanpa harus membebankannya padamu!" Mulut Herin masih penuh dengan kekesalan dan sangat ingin meluapkan semuanya. Ia terus menjelek-jelekkan mantan istri dari suaminya itu.

Farhan mengambil tas dan beberapa benda penting miliknya. Ia lantas berbalik dari kamar dan kembali ke pintu keluar. Suara istrinya masih tidak berhenti. Penat sekali pikirannya, saat ini.

"Mau kemana kamu, Mas?" Herin berdiri saat melihat suaminya malah pergi saat dia masih ingin menumpahkan kekesalan. Dia masih tidak terima suaminya memberikan mobil milik mereka yang sering ia pakai untuk pergi dan berbelanja.

"Aku mual mendengar ocehanmu dari kemarin, Herin!" Farhan membanting pintu dan keluar.

"Arrrgggh!" Herin mendorong pot keramik hingga berserakan. Ia benar-benar kesal karena tidak bisa menghentikkan suaminya untuk tidak memberikan mobil mereka pada putri tirinya itu. "Benar-benar wanita dan anak yang menyebalkan!" gerutunya.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Cinta itu Ada

    "Mau aku antar lagi?" Fatin mengacuhkan suara itu dan bergegas mengambil langkah. Langkah Hans tak kalah cepat menyeimbangi."Mungkin cukup. Berandalan itu sudah bisa mengenali wajahmu. Tidak akan ada lagi yang berani mengganggu.""Baguslah!""Terus, untuk apa kamu masih terus membuntutiku?" Fatin berhenti dan menoleh."Kamu lupa sudah menggunakan uangku untuk ongkos taksi. Eum---kurang lebih 50 ribu dikali 5. Berapa ya?""Apa?!" Fatin membuang wajah keki sembari meronggoh tas. 'Asem!' umpatnya berkali-kali dalam hati."Aku hanya bercanda." Hans tergelak. "Mana ada pria kaya sepertiku meminta uang pada perempuan."Mata Fatin melotot kesal! Ia segera kembali menyimpan uangnya ke dalam tas. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ucap Hans lagi.Fatin tidak lagi ingin mendengar. Mempercepat langkahnya sebisa mungkin, malas berbicara dan enggan menanggapi. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh Hans hanya untuk menggodanya saja. Pria menyebalkan yang mirip permen kare

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Cinta di Kesempatan Kedua

    "Maafkan aku, Ma.""Jangan pikirkan itu. Tugasmu adalah sembuh!"Hayfa masih menoleh ke belakang saat petugas membawanya masuk ke dalam mobil petugas. Ia akan dipindahkan ke tempat rehabilitasi. Cukup jauh jaraknya, butuh beberapa jam untuk bisa ke sana. Tempatnya berada di pinggiran kota. Herin bahkan tidak bisa ikut karena harus menaiki angkutan umum dengan ongkos lumayan, sedangkan uangnya tinggal beberapa lembaran hijau saja.Air mata Herin menetes, tapi ia segera menepisnya. Mobil yang ditumpangi putrinya perlahan menjauh. Hayfa masih melirik ke belakang, memandang ibunya yang tengah mematung melambaikan tangan.Herin menyeka pelipis, terik panas matahari membuat keningnya berkeringat. Tapi, bukan masalah itu yang menghimpit hatinya saat ini. Terik matahari itu seolah bukan lagi masalah besar. "Ibu harus menyiapkan uang sekitar 5 juta rupiah setiap bulannya untuk biaya Hayfa selama berada di tempat rehabilitasi," ujar pengacara sebelum gadis itu dipindahkan.Herin hanya bisa men

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Melanjutkan Hidup 2

    "Makanlah!" Herin meraih tangan Hayfa untuk menyentuh makanan yang ia bawa. Tangan gadis itu terasa begitu dingin seperti tidak bernyawa. Tatapannya kosong dan tidak banyak bicara, ia bahkan tidak berani menatap wajah ibunya."Di dalam sel, kamu tidak bisa makan makanan seperti ini. Jadi, makanlah dengan cepat sekarang!" pinta Herin lagi. Namun, tangan Hayfa terlalu lemas untuk meraihnya. Sorot mata itu? Seolah tidak ada kehidupan lagi di dalamnya."Belikan aku sedikit saja obat itu, Ma." Bibir Hayfa yang kering dan pias bergerak pelan. "Aku sangat tersiksa dan merasa akan mati saat ini."Herin menatap lekat putrinya saat kata-kata meluncur dari sana. Ia menyeka tetesan air mata yang lolos dengan sendirinya. Tangannya gamang menyentuh jemari Hayfa yang bergetar. "Kamu akan sembuh, Nak," ucap Herin pelan. Lalu, berusaha menyuapi putrinya. Ia membeli makanan kesukaan Hayfa. Gadis itu mengunyah pelan dengan tatapan kosong."Kamu sudah bertemu dengan pengacaranya bukan? Dia akan mengelua

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Melanjutkan Hidup

    "Bagaimana hasilnya, dokter?" Seorang dokter tersenyum melihat dua pasang bola mata yang tidak berkedip menatapnya. "Saya harap dokter tidak menyembunyikan apapun dari saya," timpal Lanita. Ia bersikap seolah begitu tegar dan siap mendengar apapun hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukannya. Setelah beberapa hari berada di Rumah Sakit untuk mendapatkan beberapa pemeriksaan, Lanita belajar untuk bisa menerima semuanya."Baik, Pak Arya dan Bu Lanita. Saya sudah mendapatkan hasil dari serangkaian pemeriksaan yang telah kita lakukan sebelumnya. Dan juga sudah berdiskusi dengan beberapa dokter spesial serupa untuk melihat hasilnya."Tangan Lanita sudah begitu dingin, mengepal pakaian yang dikenakannya untuk menguatkan hati. Arya melirik dan mengangguk pelan meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja."Bapak dan Ibu bisa lihat sendiri." Dokter itu berbalik dan menunjukkan sebuah layar di sampingnya. Terlihat sebuah gambar jaringan otak yang sengaja diperbesar. "Kekebalan tubuh Ibu L

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kehilangan Semuanya 2

    "Aku takut, Mas." Lanita terlihat gelisah saat tubuhnya terbaring di sebuah ranjang mirip tabung. Arya membawanya bertemu dengan dokter spesialis saraf. Salah satu dokter terbaik di negeri ini."Tidak ada yang perlu ditakutkan. Kamu akan melihatku lagi setelah diperiksa." Mata Arya meyakinkan. Lanita terlihat resah, pertama kalinya ia melakukan pemeriksaan MRI seperti ini. Selain karena begitu takut dengan hasilnya, Lanita sangat mengkhawatirkan putrinya, ia sangat takut matanya terpejam saat pemeriksaan dan tidak bisa membuka mata untuk melihat putrinya lagi. Fatin sengaja tidak diberitahu dan dilakukan saat ia tengah kuliah. Lanita bersedia diobati, tanpa harus merepotkan putrinya itu. Ia tidak ingin Fatin terganggu dalam belajar.Lanita mencoba untuk tenang. Tanganya yang bersidekap di atas perut, tampak dingin dan lemas. Rupanya ia benar-benar ketakutan, padahal dokter sudah mengatakan kalau pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan sakit, ia hanya diminta untuk tenang, berbaring dan

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kehilangan Semuanya

    "Bagaimana keadaan Hayfa?" Bu Fatma yang sejak pagi menunggu kabar langsung memburu Herin saat datang. Pak Ramzi ayahnya hanya diam sembari mengisap sebatang rokok yang hampir habis."Dia harus ditahan dan tinggal di penjara.""Astagfirullahal'adzim." Bu Fatma memekik kaget mendengar jawaban itu. Cucu dari anak sambungnya itu memang tidak lagi terlihat batang hidungnya selain pada malam kedatangannya. Mobil yang ia antarkan tiba-tiba saja ada di halaman rumah. Sejak itu, Hayfa menghilang dan Herin terus mencari-carinya. Sekalinya dapat info malah panggilan dari kantor polisi."Kenapa Hayfa harus di penjara?" tanya Bu Fatma lagi. Hatinya masih bergetar karena syok.Herin melihat pada ayahnya yang masih diam sembari menyembulkan asap dari hisapan rokok yang hanya tinggal beberapa inci dari jarinya. "Dia terjerat nar koba.""Astagfirullah!" Bu Fatma memekik untuk kedua kalinya. Berkali-kali ia bahkan mengelus dada. Jantungnya sudah tidak sekuat dulu saat mendengar kabar-kabar mengejutka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status