Share

Bisma dan Arghanta Dinata

Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.

Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.

Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.

Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi.

"Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es krim.

"Kita cari uang dulu, nanti kalau sudah ada uangnya Abang belikan kamu es krim."

Arga yang belum mengerti hanya menangis ketika apa yang ia inginkan tidak terwujud. Tangisnya membuat beberapa pejalan kaki yang melewati mereka menatap kasihan tetapi diantara mereka semua tidak ada yang berbaik hati untuk membelikan es krim.

Sampai seorang suami istri yang keluar dari toko es krim melihat mereka. "Kamu kenapa menangis?" Tanya wanita itu.

Arga tidak menjawab ia hanya menunjuk gambar yang ada didepan toko. "Kamu mau es?" Tanyanya lagi dan Arga hanya mengangguk.

Bisma yang melihat interaksi antara Arga dan juga wanita itu tersenyum, ia merasa bahagia karena masih ada manusia yang ingin menolong mereka walaupun hanya membelikan es krim.

Suami dari wanita tadi keluar membawa dua cup es krim, ia memberikan kepada Bisma dan juga Arga. "Ini untuk kalian berdua."

Sepasang suami istri itu membawa Bisma dan Arga duduk di taman, dimana toko es krim tadi memiliki sebuah taman bermain yang dikhususkan untuk anak-anak. Arga sangat menikmati es krimnya tanpa peduli apa yang sedang dibicarakan oleh Bisma dan juga Wulan.

"Rumah kamu dimana? Tante antar kamu sampai rumah, ya," ucapnya.

"Bisma dan Arga tidak punya rumah, rumah kami sudah diambil," jelasnya.

"Bagaimana kalau kamu ikut Tante saja," pintanya.

"Bisma mau sama Arga saja, terimakasih Tante atas es krim nya," ucap Bisma pergi meninggalkan sepasang suami-istri itu.

Bisma dan Arga kembali ke aktivitas mereka yaitu menjual koran, tidak banyak uang yang dihasilkan oleh mereka tetapi ia bersyukur setidaknya ia dan adik kecilnya masih bisa makan.

Hujan turun membasahi kota Jakarta, Arga dan Bisma yang sudah beberapa bulan ini tinggal di bawah kolong jembatan merasa kedinginan. Bisma memeluk adiknya agar tidak kedinginan, mereka berdua hanya tidur beralaskan kardus bekas tanpa selimut.

Hari-hari mereka lalui dengan gembira, Bisma tidak pernah mengeluh jika ia capek karena ini semua pilihan dirinya. Terkadang ia merasa iri melihat anak seusianya pada pergi ke sekolah, sedangkan ia harus mencari uang untuk makan.

Sebenarnya ketika ada yang ingin mengadopsi Arga, Bisma melarangnya karena ia sudah terlanjur jatuh cinta dengan Arga. Bukannya tidak ada panti yang ingin menampung mereka hanya saja Bisma takut jika dipanti nanti akan ada yang mengadopsi  salah satu diantara mereka berdua.

Rasa sayang Bisma kepada Arga tidak ada batasnya, karena ia rela mencari uang dan memberi makan untuk sang adik. Sayangnya di usia Arga yang menginjak tiga tahun masih memerlukan asupan yang cukup, ia masih memerlukan susu dan juga makanan yang bergizi.

Hingga suatu malam di bawah kolong jembatan Arga menggigil karena kedinginan. Lagi-lagi hujan kembali turun membasahi bumi ini, hujan yang sejak sore tadi belum reda membuat Bisma tidak dapat mencari uang. Saat ini mereka belum makan apapun.

Bisma memeluk Arga agar ia hangat tetapi tubuh Arga sangat panas, panik yang dirasakan Bisma saat ini. Pasalnya ia tidak tahu harus berbuat apa, ia mencoba meminta pertolongan kepada orang-orang yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya.

"Bu, tolongin saya! Adik saya badannya panas," ucapnya meminta pertolongan kepada pengemis yang sedang mengistirahatkan tubuhnya.

"Kalau adik kamu sakit di bawa kerumah sakit dek," ucapnya

"Saya nggak punya uang Bu!"

"Jika tidak punya uang kamu bisa membawanya ke puskesmas, jika tidak kamu hanya bisa pasrah," beritahunya.

Bisma tidak kehabisan akal, ia mencoba meminta pertolongan kepada yang lainnya dan adiknya ia titipkan kepada ibu pengemis yang ia jumpai tadi.

Semua orang yang ia mintai pertolongan tidak ada yang ingin menolongnya. Mereka semua mengatakan 'kita orang tidak punya maka jangan sampai kita sakit.

Bisma mencoba pergi ke area jalan raya, ia bertekad untuk menghentikan beberapa mobil yang melaju. Di bawah guyuran hujan Bisma masih setia menunggu kedatangan mobil yang akan melintasi jalan itu, ia tidak peduli dengan dinginnya malam akibat turunnya hujan.

Bisma melihat ada mobil yang melintas dengan kecepatan sedang, ia langsung berlari ketengah untuk menghadang mobil itu. Mobil yang ia hadang berhenti dan menurunkan kacanya untuk berbicara kepada Bisma. "Hei anak kecil, kalau mau mati jangan menabrakan dirimu di  depan mobil saya. Minggir kamu, saya harus pergi," teriaknya.

Bisma hanya bisa menjauh dari mobil yang ia hadang. Bisma kembali untuk menemui Arga, ia tidak tenang meninggalkan Arga kepada orang lain tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak.

Sebelum menjumpai Arga ia melihat mobil dengan kecepatan tinggi yang akan melintasi jalan tersebut, tanpa pikir panjang Bisma langsung berlari ketengah jalan dan merentangkan tangannya.

Ciiittttt

Suara decitan mobil yang dipaksa berhenti ketika sedang melaju kencang. Kurang dari setengah meter mobil itu akan menabrak Bisma. Sang pengendara mobil langsung turun untuk melihat keadaan Bisma.

"Kamu tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?" Tanya sang pengendara.

"Om tolong adik saya!" Ucap Bisma menangis.

Atmaja yang sedang terburu-buru harus menunda kepergiannya, "apa yang bisa saya bantu?"

"Adik saya sakit Om, tetapi saya tidak tahu harus membawanya kemana," jelas Bisma.

Atmaja mengikuti langkah kecil kaki Bisma yang menuju kebawah kolong jembatan. Atmaja ingat dengan anak kecil yang hampir ia tabrak, anak kecil itu adalah anak yang beberapa hari lalu mereka temui di kedai es krim.

Atmaja segera membawa Arga dalam gendongannya, ia berlari sembari memegang tangan Bisma agar tidak tertinggal. Mereka masuk kedalam mobil dan menuju kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Atmaja mengantar Arga kedokter anak kemudian ia meninggal mereka, Atmaja pergi ke lorong persalinan karena tujuannya kerumah sakit ialah untuk melihat istrinya melahirka.

Malam berganti pagi, sebelum Atmaja melihat putrinya ia pergi keruangan Arga. Ia dapat melihat jika Bisma sedang tertidur di sofa, dan Arga masih terlelap karena sejak kemarin ia tidak dapat tidur.

Atmaja membangunkan Bisma, "Bisma ayo bangun, Om sudah membelikan kamu sarapan."

Bisma mengucek matanya dengan imut, membuat hati Atmaja tersentuh. Ia bertekad jika istrinya sudah bisa pulang kerumah maka ia akan membawa Arga beserta Bisma untuk tinggal dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status