Share

KECELAKAAN

Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.

Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.

Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya.

"Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma.

"Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah."

"Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma.

"Kakak..." Ucap Aini manja.

Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini.

"Wah.. bebek," katanya sumringah.

Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak memperdulikan Bisma yang masih bingung untuk memarkirkan mobilnya.

Tidak berselang lama Bisma masuk kedalam restoran, ia mencari keberadaan Aini. Aini duduk di pojok dekat dengan kolam ikan, pepohonan yang ada didekat kolam memberikan hembusan angin sepoi-sepoi. Rambut Aini berantakan akibat hembusan angin.

"Rambutnya dirapikan dong," ucap Bisma merapikan rambut Aini.

"Kak, Aini suka sama tempatnya. Ini tidak seperti restoran melainkan lesehan yang cocok untuk keluarga."

Pesanan Aini sudah siap, Aini memesan makanan yang berhubungan dengan bebek. Mulai dari bebek goreng, bebek panggang dan juga bebek rica-rica.

Bisma terkejut melihat pesanan Aini yang cukup banyak. "Dek kamu yakin bisa menghabiskan ini semua?"

"Kalau nggak habis kan ada kakak, jadi kakak juga harus makan apa yang Aini pesan."

Bisma hanya bisa menghela nafas, ia tidak tahu harus berbuat apa. Dia sendiri tidak terlalu suka dengan bebek dan demi adik tercintanya ia terpaksa harus memakan olahan bebek.

"Ayo kak di makan," kata Aini.

Akhirnya semua olahan bebek yang dipesan oleh Aini sudah habis, dan kalian tahu kan siapa yang menghabiskan. Yap, Aini yang menghabiskan semuanya sedangkan Bisma hanya mencicipi bebek gorengnya.

Bisma mengendarai mobilnya keluar dari parkiran menuju rumah Aini. Ia senang karena Aini suka dengan restoran yang dipilihnya.

Sesampainya di rumah keluarga Atmaja, Bisma turun dan masuk kedalam rumah mengikuti Aini.

"Mbok, mama dimana?" Tanya Bisma pada mbok Narti.

"Ada di dapur Den," beritahu mbok Narti.

"Terimakasih mbok."

Bisma menghampiri Wulan. Ia berjalan dengan pelan tanpa suara untuk mengejutkan mamanya. Wulan sudah tahu jika anaknya akan menjahilinya. "Mama tahu kalau itu kamu Bis."

"Mama nggak asik, pura-pura tidak tahu kan bisa!" Rajuk Bisma.

"Walaupun kamu bukan anak kandung mama, mama akan tahu jika kamu datang," jelas Mama Wulan.

"Iya Ma, mama itu wanita terhebat untuk Bisma dan juga Arghanta. Oh iya Ma, apa tidak ada kejutan untuk ulangtahun Aini?"

"Ada, papa kamu sudah mempersiapkan semuanya," ucap Mama Wulan berbisik.

"Really? Lalu kenapa Aini murung? Ia juga bilang kalau Papa sibuk dan lupa akan ulangtahunnya."

"Kamu seperti tidak tahu kebiasaan papamu. Ayo makan siang dulu baru balik ke kantor."

"Maaf ni ma bukannya menolak rezeki, masalahnya Bisma baru balik makan siang bareng Aini," jelas Bisma.

Bisma berpamitan kepada Mama Wulan dan juga mbok Narti. "Ma, mbok Bisma balik kekantor dulu."

Niat awal Bisma yang hanya ingin mengantarkan Aini ternyata tidak terjadi, karena ia merindukan sosok ibu angkatnya. Dapat dikatakan Bisma menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam untuk menggoda mamanya dan juga mbok Narti.

Tidak tahu kenapa Bisma merasa jika hari ini adalah hari terakhir ia berjumpa dengan sang mama. Ia hanya berpikir mungkin karena dua hari lagi dia harus keluar kota maka rasa rindu itu membuncah.

Bisma memiliki perusahaan sendiri, ia diberikan modal oleh papa Atmaja untuk memulai bisnis dan Alhamdulillah. Bisnis yang ia geluti berhasil, walaupun perusahaannya tidak sebesar perusahaan milik keluarga Atmaja.

Dreettt dreettt

Handphone Bisma berbunyi pertanda jika ada yang memanggil. Ia melihat siapa yang sedang menelpon, setelah tahu ia langsung menjawab panggilan.

"Assalamualaikum, ada apa Ar?" Tanya Bisma pada adiknya. Yang menelpon Bisma adalah adiknya Arghanta, Arghanta saat ini sedang ditugaskan keluar kota oleh tuan Atmaja.

"Kak, malam ini kata papa akan ada kejutan untuk Aini," ucap Arghanta diseberang telepon.

"Terus! Kamu mau titip barang dan nantinya kakak yang akan kasih ke Aini," tebak Bisma.

Arghanta hanya memberikan senyuman yang tidak dapat dilihat oleh Bisma. "Iya kak, tolong banget kak," pinta Arghanta.

Sebelum mendapatkan jawaban dari Bisma panggilan sudah dimatikan oleh Arga terlebih dahulu. "Dasar adik durhaka," omelnya.

Bisma mencari hadiah untuk Aini sesuai perintah Arga, ia datang ke toko kado dimana ia bisa memilih hadiah yang akan diberikan. Pilihan Bisma jatuh pada boneka Boba yang cukup besar berwarna coklat, tidak tahu mengapa ia tertarik dengan boneka itu.

"Mbak tolong boneka yang ini satu," pintanya pada penjaga toko.

Setelah mendapatkan hadiah untuk Aini ia bergegas kembali ke kantor, dan nantinya ia akan bertanya pada sang Papa dimana mereka akan merayakan ulang tahun Aini.

Dilain tempat tuan Atmaja bergegas menyelesaikan pekerjaan, ia tidak ingin terlambat. Atmaja sengaja pulang lebih cepat dari biasanya.

"Lista, kamu sudah mempersiapkan tempat yang saya minta," tanya Atmaja pada sekertarisnya.

"Sudah pak."

"Oke, kalau begitu kamu boleh pulang!"

Setelah pekerjaannya selesai Atmaja kembali pulang, ia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan kepada putrinya.

Di lobi kantor masih ada beberapa pegawainya yang belum pulang, dan mereka menyapa bos mereka. "Sore pak," Atmaja hanya membalas dengan senyuman.

Dalam waktu 30 menit ia sudah sampai dirumahnya, "Assalamualaikum," ucapnya ketika masuk kedalam rumah.

"W*'alaikumsalam pa, tumben papa jam segini udah pulang?" Tanya mama Wulan heran.

"Hari ini putri kita ulang tahun jadi Papa nggak ingin dia kecewa."

Atmaja beranjak ke kamar sang putri yang berada di lantai dua, ia meninggalkan istrinya di bawah sendiri.

"Sayang papa pulang," katanya dengan mengetuk pintu kamar.

"Aini nggak mau bicara sama papa," teriak Aini dari dalam kamar.

"Ya sudah, sebenarnya papa mau ajak kamu ke suatu tempat."

"Kita mau kemana pa?" Tanyanya dengan membuka pintu kamar.

"Segera mandi dan ganti pakaian kamu dengan gaun yang indah," jawab sang papa pergi meninggalkan kamar putrinya.

Atmaja berserta keluarganya sudah siap untuk berangkat ke tempat yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya. Tidak lupa ia juga mengirimkan pesan kepada Bisma untuk datang ke pesta yang sudah ia siapkan.

Diperjalanan Aini sangat bahagia, karena mereka menyanyikan lagu random. Aini juga mengungkapkan terimakasih atas kejutan yang akan diberikan papanya. Tiba-tiba saja ketika sampai di jalan sepi ada dua motor yang mengejar mobil mereka. Aini panik dan langsung memeluk lengan sang mama.

Atmaja mencoba tidak panik, jika ia panik akan berbahaya untuk dirinya dan juga keluarganya. Dua sepeda motor yang mengejar Atmaja semakin mendekat dan mereka menodongkan pistol, Aini yang melihat itu langsung berteriak.

"Papa..., Aini takut," ucapnya lirih.

"Kamu diam saja ya sayang, papa tidak akan membiarkan mereka menyentuh kamu dan juga mama kamu."

Atmaja semakin mempercepat laju mobilnya, tetapi ia tidak sadar jika ada belokan yang cukup curam. Para pengendara sepeda motor yang sejak tadi mengikuti berhenti dan mereka menembakan pistolnya kearah ban mobil.

Karena sudah terlanjur melaju dengan cepat, mobil yang dikendarai Atmaja oleng dan menabrak dinding perbatasan hingga masuk kedalam jurang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status