Share

Pemakaman

Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.

Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.

Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga.

"Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.

Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa yang harus ia katakan.

Tepat di depan jenazah ke-dua orangtuanya Arga berusaha tegar, tetapi ia tidak bisa. Tubuhnya lemas tak bertenaga yang membuat Wijaya harus menahan tubuh Arga.

Masih dengan dibantu oleh Wijaya, Arga mendekati jenazah Atmaja dan juga mamanya. "Apakah kamu ingin melihat wajah kedua orangtuamu?" Wijaya bertanya untuk memastikan. Ia tahu betul jika wajah Wijaya dan Wulan sudah tidak dapat dikenali karena benturan yang cukup keras ketika mengalami kecelakaan.

Arga duduk di samping keduanya, perlahan tangannya membuka kain yang menutupi wajah Papa beserta Mama-nya. Disaat kain yang menutupi wajah kedua orangtuanya terbuka di situlah Arga tidak sadarkan diri, ia pingsan ketika melihat wajah Mama-nya. Wajah cantik yang selalu ia lihat sekarang sudah tidak dapat dikenali lagi.

Bisma yang melihat adiknya pingsan langsung menghampiri. Ia menolong Wijaya untuk membawa adiknya menjauh dari jenazah ke-dua orangtuanya.

"Kamu jaga adikmu, biar Om yang bertemu dengan mereka." Kata Wijaya meninggalkan Bisma dan juga Arga.

Dibantu dengan pembantu dirumah ini, Bisma memberikan minyak angin di sebagian hidung Arga agar ia celat sadar. Tangis yang sejak kemarin malam ditahan oleh Bisma akhirnya jatuh juga, ia tidak dapat menahannya lagi ketika melihat adiknya seperti ini.

Tidak ada yang tenang ketika harus kehilangan sosok pelita hidupmu, walaupun dia bukan keluarga kandung tetapi jasanya tak tergantikan.

Isak tangis yang tidak berhenti membuat mbok Darmi menenangkan Bisma. "Sabar den! Ini semua kehendak Tuhan. Mau bagaimana pun jika belum menemukan takdir kematian maka ia akan bersama kita."

"Mengapa harus diulang tahun Aini mbok? Mengapa disaat hari bahagia adik aku menjadi hari duka untuk kita semua?" Kata Bisma yang masih dalam tangisnya.

"Aden harus ingat!! sejak kita dalam kandungan dan ruh kita ditiupkan, disitulah janji kita terucap. Mulai dari takdir kehidupan hingga takdir kematian dan bagaimana kita mati," jelas mbok Darmi dengan menitikan air mata.

Tidak ada yang menyangka orang sebaik Atmaja harus meninggal dengan tragis seperti ini. Wajah yang tak dapat dikenali dan beberapa tulang rusuknya harus keluar.

Mbok Darmi meninggalkan kedua kakak beradik tersebut, ia akan kembali bekerja di belakang untuk menyiapkan beberapa minuman pada  orang-orang yang berdatangan untuk takziah.

Jenazah sudah dimandikan dan sudah dikafani sejak dari rumah sakit. Di sini hanya mengikatkan tali pocongnya saja. Arga dan Bisma berdiri berdampingan untuk mengangkat keranda.

Mereka ke pemakaman menggunakan mobil ambulance, dan keranda yang di pegang akan memasuki mobil ambulance. Masih dengan tangisnya Arga mengangkat keranda ibunya beserta beberapa tetangga yang membantunya. Sedangkan Bisma, sekali lagi ia mencoba tegar dengan semua ini.

Pemakaman berjalan dengan lancar tanpa hambatan, dan sekarang Arga masih jongkok di samping makam kedua orangtuanya.

"Tidakkah kamu ingin melihat adikmu!" Ucap Wijaya pada Arga. Wijaya sengaja mengatakan itu agar Arga tidak berlarut-larut dalam kesedihan, tidak hanya Arga dan Bisma yang merasa kehilangan karena ia juga merasakannya.

"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Arga memastikan.

"Dia baik, tetapi ia butuh dukungan dari orang-orang yang menyayanginya. Segera temui adikmu karena sejak kemarin ia menunggu kepulangan mu."

Arga bangkit dari duduknya setelah mendapatkan petuah dari Wijaya. Melihat Arga yang pergi meninggalkan pemakaman membuat Bisma semakin terpukul. "Keluarkan semua beban dalam dirimu, disini sudah tidak ada lagi adikmu dan jangan menahannya," kata Wijaya menenangkan Bisma.

Kali ini tangis Bisma pecah di pemakaman kedua orangtuanya, tak ada lagi yang ia tutup-tutupi. Ialah Bisma hanya manusia biasa yang mencoba kuat di saat semua orang lemah.

Wijaya mengusap punggung Bisma, ia hanya ingin Bisma mengungkapkan semuanya tanpa harus menjadi kuat. Mungki ia bisa menggunakan topeng itu di depan adiknya tetapi didepan Wijaya topeng itu tidak ada gunanya.

Setelah merasa tenang Wijaya mengajak Bisma untuk bangkit dan pergi dari makam kedua orangtuanya.

***

Arga yang sudah sampai di rumah sakit langsung pergi keruang ICU dimana Aini berada. Menggunakan pakaian yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit membuatnya hanya pasrah.

Arga berjalan pelan menuju berangkar adiknya, dari depan pintu ia sudah dapat melihat jika banyak alat medis di tubuh adiknya. Tidak hanya alat medis melainkan juga ada perban dibagian pipinya, tangis yang tadinya sudah reda jatuh kembali.

Adiknya yang sangat cantik dan ceria harus terbaring di brangkar rumah sakit seperti ini dna juga ia harus menerima banyak luka pada tubuhnya. Andai saja ia bisa menggantikan sang adik, ia tidak ingin adiknya menderita.

"Hai adik kecil! Abang mohon sama kamu, jangan pernah menyerah untuk bangkit. Disini ada Abang dan juga mas Bisma jadi kamu tidak sendirian. Om Wijaya juga ada untuk kita!" Arga berkata pelan dengan menahan sesak pada dadanya.

"Maafin Abang, mungkin kalau Abang dirumah hal ini tidak akan terjadi. Tetapi percuma kalau Abang berkata mungkin jika takdir tuhan memang menentukan jalannya seperti ini. Abang hanya ingin bilang ke kamu, kalau kamu tidak sendirian jadi Abang mohon cepat bangun."

Arga lebih memilih meninggalkan ruangan adiknya, ia tidak sanggup melihat Aini menderita. Arga lebih memilih menunggu Aini di bangku yang sudah disediakan dekat ruangan.

Kenangan masa lalu terlintas dalam benaknya, dimana saat itu ketika ulang tahunnya. Ia mendapatkan kejutan dari keluarganya! Mereka jauh-jauh berkunjung ke kota Semarang hanya untuk memberikan kejutan. Antusias Aini ketika memberikan dirinya sebuah kue ulangtahun tahun dan disana tertera lilin yang menandakan umurnya.

Sayangnya tahun ini ia tidak bisa memberikan kejutan ulang tahun pada Aini, tetapi semua orang diberi kejutan atas kematian tuan atmaja.

Ponsel Arga berdering dan ia mendapat telepon dari orang kepercayaan tuan Atmaja dan dirinya.

"Maaf tuan, ada yang janggal dengan kematian tuan Atmaja," kata seseorang yang di seberang telepon..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status