Ruang pertemuan di JG Global Ventures dipenuhi dengan beberapa kru media yang hadir di sana, termasuk dari News City yang dimiliki oleh ayah Selena, Richard Holland.
Hari ini adalah hari penting bagi Jack dan perusahaannya. Seluruh media telah diundang untuk meliput kerjasama antara JG Global Ventures dan Jeremy Corporation, juga kabar pernikahan antara Jack dan Selena.
Dari jauh, Lily melihat dengan hati yang terluka, seperti ada belati yang menusuk tepat di jantungnya.
Lily berbalik, kini dia hanya bisa menyusun kepingan luka yang masih berbekas di hatinya sembari melangkah menjauh dari sana, meninggalkan semua miliknya dan tak ingin lagi menoleh ke belakang.
Hingga satu jam lamanya, akhirnya Jack bisa kembali ke ruangannya dan duduk di kursi kebesaran miliknya.
Suara ketukan pintu terdengar, Daniel datang mendekat berdiri di depan meja.
“Di mana Lily? Minta dia untuk ….”
Daniel menyerahkan surat ke atas meja.
“Apa ini?” Kedua alis Jack menyatu.
“Lily menyerahkan surat pengunduran diri melalui Rose.”
“Apa? Lily mengundurkan diri?” Jack membeku, terperanjat kaget mendengar itu.
Jack segera berdiri dari duduknya, berlari keluar melihat meja kerja Lily sudah kosong. Jack mengeluarkan ponsel menghubungi nomor Lily, berada di luar jangkauan.
“Sial! Kenapa Lily mengundurkan diri? Dia bahkan tak bisa di hubungi!”
Daniel yang menyusul dari belakang, melihat Jack tampak gelisah mencoba menghubungi Lily.
“Apa kau sempat bertemu Lily sebelumnya?”
“Maaf, Tuan! Aku tidak bertemu langsung tapi aku sempat melihatnya datang saat acara tadi.”
Jack menyugar rambut dengan rasa frustasi. Ia berdecak, benar-benar tidak bisa menghubungi Lily.
“Cari tahu di mana keberadaannya. Panggil Rose ke ruanganku!”
Daniel mengangguk, segera berbalik pergi.
Di sisi lain, Rose yang tampak sedih dengan keputusan Lily tidak fokus melakukan pekerjaannya. Ditambah lagi dia juga ikut menyaksikan proses kerjasama dengan Jeremy Corporation.
“Semoga Lily sampai di tempat tujuan dengan selamat,” gumam Rose, menghela napas berat.
“Rose!” panggil Daniel.
Rose lantas menoleh, sedikit terkejut dengan kehadiran pria itu.
“Iya, Daniel, ada apa?”
“Tuan Jack memintamu ke ruangannya.”
“Aku?” Tunjuk Rose pada dirinya, segera berdiri dari duduknya.
“Apa Pak Jack sudah menerima surat pengunduran Lily?” tanyanya dengan gelisah.
Rose menyusul Daniel yang berjalan di depan menuju ruangan Jack.
Setelah sampai di depan pintu, Rose merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk ke dalam. Dia bisa menebak alasan Jack memanggilnya karena Lily.
“Permisi, Pak. Anda memanggilku?”
Jack mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Rose.
“Lily menyerahkan surat pengunduran dirinya padamu?”
Rose mengangguk kaku. “Iya, Pak.”
“Sejak kapan?” Tatapan Jack menghunus tajam.
“Saat Lily datang ke kantor. Dia sudah merencanakan itu sejak semalam,” jawab Rose pelan.
“Kenapa tidak memberitahukan padaku? Apa Lily mengatakan sesuatu padamu?” Tatapan Jack penuh selidik, sorot matanya yang tajam membuat nyali Rose seketika menciut.
Rose meneguk ludah dengan susah payah, dia tidak bisa mengatakan alasan utama kepergian Lily.
“Lily memohon padaku untuk tidak mengatakan pada Anda dan dia ingin menjauh dari kehidupan Anda.” Rose menundukkan wajah, takut dengan tatapan Jack padanya.
“Apa Lily juga tidak memberitahukan padamu ke mana dia pergi?”
Rose menggeleng, dia lantas berdalih, “Lily tidak mengatakan itu dan bahkan dia juga mengganti nomor ponselnya.”
Jack mengumpat kesal, satu tangannya terkepal di atas meja bisa terlihat jelas oleh Rose.
“Jika mendapat kabar dari Lily, pastikan kau memberitahukan padaku!” Jack menyudahi pembicaraan mereka dengan tegas.
“Baik, Pak. Aku permisi!” Rose segera berbalik cepat. Dia sungguh ingin segera keluar dari ruangan Jack yang membuatnya sulit bernapas bebas saking takutnya berbohong demi Lily.
“Aku harap kau baik-baik saja, Ly. Aku mempertaruhkan diriku demi menjaga janjiku padamu!” Rose bergumam pelan sembari melangkah masuk ke dalam kabin lift.
Jack makin frustasi, ia mengusap wajahnya dengan kasar.
Daniel kembali memasuki ruang kerja Jack setelah kepergian Rose.
“Awasi Rose. Aku tahu dia pasti akan berhubungan dengan Lily.”
“Apa Anda akan kembali berhubungan dengan Nona Lily setelah mengetahui keberadaannya?”
“Aku harus memastikan Lily baik-baik saja. Wanita keras kepala itu harusnya bisa memahamiku. Kenapa dia begitu bodoh dan memilih pergi?!”
“Itu yang terbaik, Tuan. Demi Anda dan dirinya,” saran Daniel.
Jack menggeram, melempar punggungnya pada sandaran kursi.
Seminggu kemudian, pertunangan Jack dan Selena berlangsung ramai, para undangan dan tamu penting yang hadir berbondong-bondong mengucapkan selamat pada mereka.
Jack menikmati semua proses itu meski tak menampik pikirannya pada Lily masih membayangi dirinya yang sudah ditinggal pergi selama seminggu.
Pertunangan Jack dan Selena digelar secara langsung. Lily yang melihat itu dari tempat tinggal yang jauh dari Los Angeles, tampak sedih menatap TV menyaksikan pertunangan itu.
Air mata Lily mengalir deras, hatinya benar-benar sakit merasa kecewa dengan pengkhianatan yang dilakukan Jack padanya. Tangan Lily memegang perutnya yang masih rata.
“Aku bahkan harus membawa anak kita menjauh darimu, Jack. Kau memang tirani yang tak berperasaan. Demi bisnis kau tega membuatku ann anakmu menderita. Aku harap kamu tidak merasakan hal yang sama karena sudah menyakitiku dengan anak kita.“
Lily menangis terisak, menutup mulutnya dengan telapak tangan melihat senyum bahagia Jack yang ia tunjukkan bersama Selena di depan publik.
“Aku membencimu sebesar aku mencintaimu, Jack. Kamu pasti menyesal karena melakukan ini padaku!“
***
Lima tahun kemudian, Lily menjalani hidup dengan membuka toko kue untuk menghidupi dirinya dan putranya yang kini sudah masuk sekolah. Putranya bernama Dean Edgar Greenwood tumbuh menjadi anak yang pintar dan ramah juga sangat protektif terhadap ibunya. Bagi Dean, Lily adalah dunianya dan sangat berharga.Langkah kaki terdengar cepat mengarah ke meja makan. Dean sudah bersiap dan kini ia akan sarapan sebelum pergi.Lily baru saja menyiapkan bekal makan siang Dean, membalikkan badan melihat putranya sudah duduk dengan nyaman.“Dean sudah memasukkan semua buku pelajaran untuk hari ini?”Dean mengangguk. “Tentu, Bu. Aku sudah menyiapkan dari semalam.”Lily tersenyum lalu berkata, “Habiskan sarapanmu dan ibu akan mengantarmu lalu membuka toko kue kita.”“Hari ini ada pertemuan orang tua di sekolah. Ibu akan datang?” tanya Dean sambil mengunyah sandwich dengan lembut.Tangan Lily mengudara saat hendak mencuci piring. Dia menghela napas pelan lalu menjawab dengan senyuman.“Tentu saja, Ibu p
Jack merasa gelisah setelah memastikan Emily masuk ke dalam rumah. Daniel yang sejak tadi mengamati tuannya itu memutuskan untuk bertanya. “Tuan, ada yang—“ “Cari tahu soal kehidupan Lily selama lima tahun terakhir ini!” Jack menyela, menatap tegas pada Daniel yang melihatnya dari balik spion. “Anda sudah bertemu dengannya?” “Lily sudah punya anak. Aku ingin tahu kehidupan seperti apa yang dia jalani. Apa dia menikah? Jika, ya, cari tahu siapa suaminya! Aku ingin dapatkan informasi lengkap hari ini juga!” tegasnya lagi. Daniel mengangguk. “Siap, Tuan. Anda mau ke mana saat ini?” “Bawa aku ke toko kue milik Lily. Aku ingin mengamatinya dari jauh.” Daniel segera melajukan mobilnya menuju tempat yang mereka tuju. Sementara di toko kue, Lily tampak tidak tenang. Pikirannya berakar ke mana-mana saat melihat Jack lagi setelah lima tahun. “Apa Jack akan mengenali, Dean?” Lily tampak gelisah, menggeleng keras. “Mata Dean mirip Jack, wajahnya bahkan sedikit mirip saat Jack kecil dulu.
Lily membalikkan badan, menepis tangan Jack dengan kasar.“Jangan lancang! Dean putraku dengan kekasihku. Aku tidak perlu menjelaskan masalah pribadiku padamu!” Tatapan tajam Lily menegaskan ucapannya.Dalam hati wanita itu mati-matian menjaga sikap di depan Jack agar tetap tenang.“Kamu berbohong! Aku tahu betul kalau kamu berbohong, kamu akan merasa gugup!” Jack masih bersikeras. Ia tidak akan menyerah mendapat jawaban pasti dari Lily.“Tolong jangan melewati batasmu, Jack! Aku sudah selesai dengan masa lalu kita jadi jangan membuatku seperti wanita tidak bermoral yang tampak dekat dengan suami orang.”Suara Jack tercekat di tenggorokan, tak bisa berkata apapun—menatap Lily yang sudah naik ke atas motor lalu melaju pergi dengan cepat.Dalam hati Lily merasa sangat lega, bisa berhasil menghindari Jack. Tapi, apa berikutnya Lily akan menjauh dengan aman?!Sepanjang perjalanan, Lily merasa gelisah dan tidak tenang. Dia sungguh berharap Jack tidak memperpanjang masalah.Setelah sampai d
Jack menatap Lily dengan nanar melihat genangan air di mata wanita itu.“Jangan lancang Tuan Greenwood!”“Aku … aku hanya terlalu bahagia mengetahui jika Dean—““Cukup!” Lily menyela, menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Jack yang benar-benar rmembuatnya muak.“Dean bukan putramu saat kau mengkhianati hubungan kita dulu!” Lily menegaskan ucapannya.Jack menunjukkan rasa sesal, ingin memegang tangan Lily, lebih dulu dia menghindar.“Jangan menyentuhku! Kau tidak berhak untuk itu!” sentak Lily.Jack menghela napas napas pelan, mengangguk samar, tidak akan melakukan itu.“Maafkan aku. Sungguh, setelah kepergianmu aku mencoba mencarimu selama ini. Aku tidak tahu jika kau sedang hamil—““Apa bedanya dengan itu? Kau tahu pun tidak akan mengubah keputusanmu. Jangan pernah mengusikku lagi, Jack! Dean tahu ayahnya sudah mati.”Jack menggeleng. “Aku akan memperbaiki ini. Aku tahu kau tidak akan memaafkanku dengan mudah. Setidaknya, beri aku kesempatan untuk jadi ayah yang baik.”Lily te
Arios mendatangi kediaman Jack dengan membawa kotak berisi kue untuk Emily.Suaranya menggema memanggil Emily dengan langkah panjang memasuki mansion megah itu.“Emily! Paman datang!”Emily yang mendengar suara Arios memanggilnya, berlari memastikan dari lantai atas.Senyumnya merekah, berlari ringan menuruni tangga. Di belakangnya disusul Jack.“Paman! Emily berlari ke dalam pelukan Arios dengan raut bahagia.Arios tersenyum, melepaskan pelukannya—mengusap puncak kepala Emily dengan lembut.“Paman bawakan cake kesukaanmu.”Mata Emily bersinar, mengambil kotak kue stroberi itu dengan antusias.“Wah, terima kasih, Paman. Apa ini oleh-oleh untukku?”“Tentu. Kamu menyukai cake jadi paman khusus meminta mereka berdasarkan keinginanmu.”Emily berjalan dengan langkah riang menuju dapur sambil memegang kotak kue itu.Jack mengambil tempat duduk di sofa tunggal, disusul Arion duduk di seberang.“Bagaimana perjalananmu?”“Cukup melelahkan berkat seseorang.”Jack tersenyum, menyandarkan punggun
Daniel menepikan mobil Jack di bahu jalan setelah sampai di tak jauh dari toko kue milik Lily, ia mengamati dari jauh dengan helaan napas pelan melihat beberapa pengunjung masuk keluar.“Tuan ingin keluar?”“Aku tidak yakin Lily akan menyambutku dengan ramah.”“Tuan bisa beralasan dengan membeli kue. Nona Lily pasti akan menyambut Anda sebagai pengunjung. Apalagi kudengar ada stempel kupon setiap kali membeli satu kue dengan tarif harga tertentu dan akan mendapatkan kue gratis setelah semua kupon terkumpul.”Wajah Jack berubah cerah. “Benarkah?”Daniel mengangguk. “Anda bisa mencoba dengan itu.”Jack menghela napas panjang lalu segera turun dari mobil.Jack bahkan sengaja menunda rapat selama dua jam demi untuk menemui Lily setelah tiga hari tak pernah melihatnya karena sibuk.Suara bel berbunyi begitu pintu terdorong.Lily yang mendengar suara itu lantas berbalik, terkejut melihat Jack masuk dengan penuh wibawa.Lily menahan diri untuk bersikap profesional.“Selamat datang!” sambut M
Lily mendekat, melihat Dean sedang berbicara dengan Jack membuatnya tidak tenang.“Dean!” panggil Lily dengan lembut.Dean menoleh, mengulas senyum.“Kau memiliki putra yang pintar Nyonya Lily.” Jack berujar, tersenyum tipis.Lily memegang tangan Dean. “Ayo Dean! Ucapkan terima kasih dan—““Apa aku boleh duduk di sini sebentar dengan Paman Jack, Bu?”Lily menoleh kaget, tak menyangkan Dean akan berkata begitu.“Ayahnya Emily pasti sibuk. Ia mungkin saja akan pergi bekerja setelah ini. Kau tidak boleh seperti itu.”“Aku tidak masalah. Aku bisa meluangkan waktu selama satu jam ke depan.”“Benarkah?” Wajah Dean berbinar, melihat ke arah Lily yang kehabisan kata-kata.Matanya menatap kesal pada Jack, menahan amarah berusaha untuk tidak terpancing.“Ibu bilang tidak berarti tidak. Deantidak bisa begitu saja akrab dengan orang asing dan menyusahkan orang itu, Dean. Ibu tidak pernah mengajarimu seperti itu!” Lily berkata tenang, tetapi penuh penekanan.Dean yang bisa melihat kemarahan ibunya
Lily turun dari mobil setelah Arios menepikan mobil di depan rumahnya.Lily berlari menghampri Rose yang sudah menunggu di depan rumah.“Bagaimana bisa Dean tidak ada di rumah? Tadi ia sendiri yang bilang mau pulang mengerjakan PR.” Lily tampak cemas, memegang tangan Rose.“Aku tidak menemukan Dean di mana-mana. Bahkan sepedanya ada di sini.”Lily hampir terhuyung, Arios dengan sigap memegangnya.“Apa yang harus kulakukan?”“Kita lapor polisi saja!” usul Rose.“Polisi akan memproses itu ketika sudah lebih dari 24 jam untuk dikatakan sebagai orang hilang,” tanggap Arios.Lily menoleh kaget. “Bagaimana bisa polisi melakukan itu? Apa mereka menunggu terjadi sesuatu dulu baru dicari. Begitu?”“Itulah prosedurnya—““Aku akan mencarinya!” potong Lily, melepaskan diri dari pegangan Arios.“Aku akan membantu. Apa ada cctv yang terpasang di depan rumahmu?”Lily menunjuk ke arah tiang listrik. Arios melihat ke sekitar, ada beberapa rumah yang juga memakai cctv.“Mari kita lihat rekaman terakhir