“Selamat pagi, Tuan!” Daniel menyapa setelah melihat Jack keluar dari apartemennya.
“Apa kau sudah mengurus kontrak dengan Jeremy?” Jack berjalan dengan penuh wibawa menuju mobil yang sudah menunggu.
“Sudah, Tuan! Apa tidak perlu mengkonfirmasi pada sekretaris Anda—“
“Tidak perlu! Kauambil alih.”
“Kemarin Nona Lily menanyakan Anda.”
Jack menahan langkah, ia meniup napas ke udara lalu membalikkan badan.
“Berita tentang pelakasanaan pertunanganmu sudah tersebar di bulletin perusahaan.”
Ekspresi di wajah jack berubah serius. “Pastikan saja acara pertunanganku dan Selena berjalan lancar.”
“Anda tidak mau bertemu dengan Nona Lily?”
“Tidak untuk saat ini. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya.”
Daniel mengangguk. “Baik, Tuan.”
Jack melepas satu kancing jas sebelum naik ke dalam mobil.
Daniel yang duduk di samping kursi kemudi, kembali menoleh setelah mobil yang dikemudikan sopir Jack melaju meninggalkan parkiran apartemen.
“Aku baru saja mendapat pesan dari asisten pribadi Nona Selena, Nona sudah ada di ruangan Anda dan menunggu di sana.”
Jack mengeraskan rahang, sorot matanya tajam seraya menjawab, “Katakan aku sedang dalam perjalanan.”
Sementara di sisi lain, Lily bersiap untuk ke kantor setelah kemarin dia izin tidak masuk karena kondisinya benar-benar lemas.
Rose yang menginap di apartemennya, bersiap-siap sarapan setelah membuat oatmeal untuknya dan Lily.
“Kau mau ke mana?” tanya Rose, terkejut melihat Lily sudah berpakaian rapi.
“Aku mau ke kantor. Temui Jack. Ia sudah kembali kemarin.”
“Kau mau memberitahukan padanya?”
“Aku akan menagih janjinya padaku!”
“Pikirkan lagi. Pertunangannya dengan wanita bernama Selena akan diselenggarakan. Aku takut kau—“
“Aku tidak peduli!” Lily menyela, tekadnya sudah bulat.
“Aku tetap akan menagih janji dan memberitahukan soal anak ini padanya. Dengan begitu, Jack pasti akan mempertimbangkan hubungan kami.”
Rose tampak sedih melihat Lily benar-benar berusaha tegar di depannya.
“Makan dulu. Aku sudah buatkan sarapan—“
“Aku tidak berselera makan. Mungkin itu juga efek dari kehamilan ini.” Lily menolak, merapikan rambutnya bersiap pergi.
“Paling tidak makan sesuatu untuk mengganjal perut,” balas Rose tampak khawatir.
“Aku tidak apa-apa, Rose. Tadi aku makan beberapa anggur karena mual saat bangun pagi. Aku pergi dulu. Sampai ketemu di kantor!”
Lily beranjak keluar dengan buru-buru. Dia tahu Jack punya jadwal rapat pukul sembilan pagi.
Tidak memakan waktu lama, Lily sudah sampai di JG Global Ventures. Langkah kakinya bergerak cepat setelah keluar dari lift menuju ruangan Jack.
Lily memperlambat langkah saat melihat Daniel datang menghampirinya.
“Selamat pagi Nona Lily!”
“Pagi, Daniel! Jack ada di ruangannya, ‘kan?”
“Maaf, Nona Lily. Anda tidak bisa masuk sekarang.” Daniel mencegah langkah Lily.
“Kenapa? Ada yang ingin aku katakan padanya.”
“Tuan Jack sedang kedatangan tamu dan Tuan memintaku untuk tidak membiarkan siapapun masuk.”
“Termasuk aku?”
“Maaf.” Daniel tampak menyesal mengatakan itu.
Lily mengembuskan napas kesal, melirik ke arah pintu ruangan Jack. Dia mencoba memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian Daniel dan menerobos masuk ke dalam.
“Daniel, sepertinya ada milikmu yang terjatuh!” seru Lily menunjuk ke belakang.
Mendapat celah, Lily segera berlari masuk ke dalam ruangan Jack tak sempat dicegah Daniel. Lily berhasil masuk dan melihat pemandangan di depannya yang begitu menyesakkan dada. Wanita bernama Selena sedang duduk di atas pangkuan Jack.
“Maaf!” Lily tak bisa berkata-kata, rasa sesak di dada tiba-tiba saja menyergapnya.
Seakan ada lem super yang merekat di bawah sepatunya, Lily mendadak seperti manekin bernapas.
“Siapa dia? Mengapa dia bersikap tidak sopan seperti itu?”
Jack dengan tatapan sinis seraya menjawab, “Sekretarisku. Mungkin dia buru-buru masuk karena memberitahukan soal jadwalku hari ini.”
Selena melirik sinis, kembali mengalungkan tangan di leher Jack dengan bersikap manja.
Lily segera berbalik, dia tidak sanggup melihat kemesraan itu di depan matanya. Dengan hati yang hancur, Lily menutup pintu ruangan Jack—menyeret langkahnya menuju meja kerja.
Daniel yang melihat itu hanya bisa menghela napas pelan.
Tak lama setelahnya, pintu ruangan terbuka. Lily menunduk, mengusap air matanya saat melihat Jack mengantar Selena keluar dari ruangannya.
“Malam nanti jangan sampai terlambat. Aku ingin kita segera memilih cincin pertunangan,” ucap Selena, tak lupa dia mencium pipi Jack sebelum pergi.
Lily memilih menyibukkan diri dengan layar komputernya pura-pura melakukan pekerjaan.
Selena melayangkan tatapan sinis saat berjalan melewati meja kerja Lily.
Setelah memastikan Selena pergi, Jack mengirim pesan pada Lily.
My Love : Temui aku!
Lily berdiri dari duduknya, segera masuk ke dalam ruangan.
Tanpa basa-basi, Lily mendekat lalu menampar pipi Jack saat ia membalikkan badan.
Jack tercengang, menatap Lily menyimpan amarah dalam matanya.
“Kau mengingkari janjimu, Jack! Bagaimana bisa kau mengkhianatiku seperti ini?!”
“Aku harus melakukannya. Ini tidak bisa dibatalkan.”
“Lalu aku? Bagaimana denganku? Apa hubungan kita setahun ini sia-sia bagimu?”
“Aku tulus mencintaimu tapi aku tidak bisa membatalkan pertunanganku. Kita bisa melanjutkan hubungan diam-diam meski aku sudah menikah.”
“Aku bukan wanita jalang!” Lily menyanggah, amarahnya menggumpal di ubun-ubun. “Mudah sekali kau mengatakan itu. Sungguh egois!”
“Kau tidak akan mengerti. Aku harus menikah dengan Selena!” Jack menampik, merasa frustasi.
Lily tertawa miris. “Aku kecewa padamu, Jack! Kau mengkhianati cinta kita. Aku bodoh karena percaya pada pria berengsek sepertimu.”
“Kumohon mengertilah! Aku benar-benar—“
“Tidak ada lagi yang ingin aku dengar. Kita selesai!”
Suara debam pintu terdengar saat Lily melampiaskan kemarahannya.
Lily beranjak pergi dengan hati yang terluka. Seiring langkah kakinya membawa kenangan pahit bersama Jack yang masih terpatri di otaknya.
Lily menyesal, memegang perutnya yang rata mengasihani anaknya yang bahkan belum lahir harus mengalami nasib menyedihkan bersamanya.
“Kau bodoh, Jack! Kau melepaskan satu-satunya kesempatan untuk menjadi Ayah dari anak kita. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi. Satu-satunya hal yang aku sesali adalah jatuh cinta pada pria seperti dirimu!”
Lily berusaha mengumpulkan kepingan luka yang retak seperti pecahan kaca—dia berjanji pada dirinya tidak akan pernah memaafkan Jack setelah dikhianati.
***
Suara ruangan kerja Selena diketuk, Laura membuka pintu mempersilakan dua pria berpakaian serba hitam melangkah masuk, mendekat ke depan meja Selena. "Ada informasi apa yang kalian temukan?""Maaf, Nyonya. Kami sempat membuntuti teman dari Tuan Jack tapi kami kehilangan jejak saat ada truk tiba-tiba saja hampir menabrak mobil kami.""Sepertinya, teman Tuan Jack tahu jika kamu membuntuti diam-diam," jelas pria lain berambut cepak. Selena sontak menggebrak meja. Dia menatap murka. "Bahkan hal seperti ini saja kalian tidak becus melakukannya!"Kedua pria itu menunduk. "Aku tidak mau tahu. Aku harus mendapatkan informasi soal Jack, kalian harus mencari celah dari suamiku atau aku akan buat kalian menyesal karena tidak bekerja dengan baik!" bentak Selena. Kedua pria itu mengangguk paham, segera berbalik keluar dari ruangan. Selena mengumpat, melempar tempat pena yang terjangkau pandangannya sebagai pelampiasan kemarahannya. "Kamu benar-benar buat aku kehilangan rasa sabar. Aku tidak
Selena membanting semua barang yang ada di kamarnya dengan penuh amarah. Jack melangkah masuk setelah mendapat laporan dari asisten rumah tangga melalui Daniel. “Apa yang kaulakukan Selena?” Selena lantas menoleh tajam, melayangkan kotak kecil di tangannya ke arah Jack yang dengan cepat menghindar. Jack menatap kaget, melihat kemarahan tersirat jelas dalam mata Selena saat ini. “Kau berani melemparku?” Selena tertawa sinis. “Kenapa kalau aku berani? Kau mau melakukan hal yang sama padaku?” Jack mencoba tenang. Ia sungguh tidak ingin sampai tersulut emosi. Selena mendekat, menarik kerah kameja Jack dengan kasar. “Kau berani bermain di belakangku? Bagaimana bisa kau punya anak dari wanita lain?!” “Jangan usik mereka! Demi menikahimu, aku melepas Lily dan baru tahu kalau Dean adalah putraku.” “Apa kau ingin kehilangan segalanya?” Jack menyeringai. “Aku tidak akan kehilangan apapun.” Suara tawa Selena menggema ke langit-langit ruangan. “Wah, sudah mulai sombong rupanya!” cibir
Jack hendak mengikuti Lily dan Dean, dicegah Selena lebih dulu."Kau mau ke mana?"Jack menoleh, menatap Selena yang sudah menghadang langkahnya."Aku ingin meminta maaf pada mereka karena atas ketidaknyamanan tadi dan—""Apa benar Dean putramu?"Jack bergeming, ia tak bisa menjawab itu meski inginSenyum Selena tersungging. Dia mendekatkan bibirnya seraya berkata pelan, "Jangan menarik perhatian. Sikapmu ini akan kuanggap sebagai jawabannya.Rahang Jack mengeras, satu tangannya terkepal erat hanya bisa diam di tempat.Selena menguraikan senyum kemenangan, dia mendapatkan jawaban atas apa yang ingin ia ketahui.Langkahnya berbalik menjauh, melempar senyum manis pada beberapa tamu yang melihat ke arahnya."Maaf atas ketidaknyamanan kalian. Tadi hanya sedikit intermezzo. Silakan lanjutkan lagi nikmati pestanya!"Arios yang melihat dari kejauhan lantas mendekat."Kau baik-baik saja?"Jack menoleh tajam, sorot matanya yang menyimpan amarah membuat Arios lantas mengulum bibir."Sepertinya a
Lily melirik ke arah Dean yang tampak semangat saat berada di dalam taksi yang mereka tumpangi. Matanya berbinar, menunjukkan betapa tak sabar anak itu ingin segera sampai di tempat acara. Ini adalah kali pertama Dean menghadiri undangan bersama Lily.Selama ini, hari-hari Dean hanya dihabiskan dengan sekolah, bermain di rumah, dan sesekali menemani Lily di toko kuenya. Lily tidak sendiri dalam perjalanan itu, Rose turut menemani.Rose menoleh pada Lily yang duduk di sampingnya, sementara Dean duduk di samping kursi pengemudi."Kau yakin soal keputusanmu ini, 'kan?!" tanya Rose, memastikan sembari menggenggam punggung tangan Lily.Tangan Lily terasa dingin, mencerminkan rasa gugup yang menyelimuti.Lily mengangguk pelan. "Aku tidak punya pilihan saat aku merasa Selena mulai mencurigai sesuatu," jawabnya dengan suara yang berusaha tegas."Apapun itu, jangan tunjukkan kau lemah, terutama di depan Jack. Demi Dean, aku yakin kau bisa melalui malam ini," ucap Rose sembari menatap mata Lily
Lily termenung mempertimbangkan ucapan Rose beberapa hari lalu.Masih terlarut dengan lamunannya, suara bel pintu membuat Lily tersadar, cukup terkejut melihat sosok yang dikenalnya kini berdiri di hadapannya.“Selamat datang, Nyonya!”Wanita berpenampilan modis itu tak lain adalah Selena.Selena membuka kacamata hitam yang dikenakkannya, menatap Lily dengan sorot mata angkuh.“Kau bernama Lily James?”Lily mengulas senyum, menanggapi dengan ramah. “Iya, benar. Aku, Lily James.”Senyum Selena tersungging sinis lalu berkata, “Aku, Selena, ibu dari Emily Greenwood. Teman kelas Dean.”“Hai, Selena! Senang bertemu denganmu!” Lily mencoba bersikap ramah. Entah kenapa dia merasa canggung.“Aku tidak ingin basa-basi”—Selena mengambil selembar undangan dari sekretaris pribadinya, memberikan pada Lily—“aku ingin mengundangmu pada perayaan anniversary-ku. Kuharap kau bisa sempatkan waktu untuk hadir bersama putramu.”Lily tersenyum tipis, mencoba menutupi raut terkejutnya.“Aku bahkan bukan ora
Selena menggeram marah setelah sampai d kantornya.“Berani sekali Jack bertemu wanita lain di belakangku!” geram Selena, merasa tidak terima dengan apa yang dilihatnya tadi.Dua hari terakhir Selena mendapat informasi soal Jack yang menemui seorang wanita. Hingga membuktikan sendiri, Selena awalnya tidak percaya meski Jack selalu bersikap dingin padanya, selama rentang waktu mereka menikah, tidak ada kabar buruk tentang Jack di luar sana bersama wanita lain.Tetapi, setelah mencari tahu lebih lanjut—diketahui Jack sering bertemu dengan Lily.“Kau sudah mendapatkan informasi detail tentang wanita itu?” tanyanya pada sang sekretaris yang baru saja memasuki ruangannya.“Sudah, Bu. Ini informasi tentang Lily James,” jawab Laura, nama wanita itu.Selena dengan cepat mengambil tab dari tangan Laura, memastikan itu.Tangan Selena mengudara saat membaca informasi yang terselip soal Dean.“Dia memiliki putra bernama Dean?”“Benar, Bu. Dean satu sekolah dengan Emily.”Kening Selena berkerut, di