Lily James menjalin hubungan rahasia dengan Jack Greenwood selama setahun. Sayangnya, Jack mengkhianati Lily dengan menikahi wanita lain karena urusan bisnis. Tanpa memberitahukan kehamilannya saat merasa dikhianati, Lily merahasiakan kehamilannya dan membawa pergi bayinya yang belum lahir, meninggalkan Jack--memutuskan hidup jauh darinya. Lima tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka. Jack terkejut saat melihat Lily bersama seorang anak laki-laki yang tampan. "Lily, apa ia anakmu?" "Ya! Ia anakku." Anak kita! Lily berkata dalam hati.
View More“Oh ….” Suara erangan Jack menggema di langit-langit ruangan.
Lily James, kekasihnya itu sedang melakukan gerakan naik turun dengan tempo cepat. Belum sampai ke titik puncak, Jack mengganti posisi Lily berada di bawahnya.
Kali ini Jack bermain dengan liar menjejaki area leher dan pucuk kembar ranum milik Lily membuatnya bergerak seperti ulat bulu.
“Oh… Jack!”
“Mendesah, Sayang! Aku ingin mendengarnya.” Jack berbisik lirih, menjilat telinga Lily dengan rakus.
Lily tak kuasa menahan diri, saat milik Jack beradu dengan miliknya di bawah sana.
“Damn, Jack! Kau luar biasa. Oh…. Oh ....” Lily mencakar punggung Jack, memejamkan mata merasakan sensasi kenikmatan di bawah sana. Basah.
Jack menyunggingkan senyum, ia mendongak memejamkan mata sambil mengerang dengan suara khas percintaan mencapai puncak kenikmatan bersama Lily.
Lelaki itu tumbang di sisi kiri Lily, dengan napas terengah-engah.
“Aku kelelahan Jack! Kau memang selalu membuatku tidak pernah mengeluh.”
Jack memeluk Liliy, erat hingga mengendus aroma floral dari tubuh Lily yang membuatnya selalu candu.
“Aku yang justru berterima kasih karena kau selalu membuatku puas setelah bersatu denganmu.”
Lily tersenyum, menyamankan dirinya dalam pelukan Jack.
“Kita sudah setahun menjalin hubungan rahasia ini Jack. Sebagai sekretarismu, aku selalu menahan diri di depan karyawanmu.”
“Maafkan aku karena membuatmu lama menunggu dan merahasiakan hubungan kita. Setelah kontrak dengan Jeremy Corporation berhasil aku dapatkan minggu depan, penantianmu selama satu tahun akan terbayar.”
Lily tersenyum bahagia. “Kau berjanji?”
“Ya, aku berjanji!”
“Aku tidak sabar menunggu hari itu, Jack!”
Jack mengangguk, menoleh ke atas meja melihat panggilan masuk dari asisten pribadinya.
“Halo, Daniel!”
“Tuan, ada masalah!”
Jack melirik pada Lily yang menatapnya dengan penuh cinta.
“Aku akan menemuimu.”
Jack memutuskan panggilan, ia menyibak selimut segera bangkit dari tempat tidur.
“Ada apa? Terjadi sesuatu?” tanya Lily, sedikit cemas melihat perubahan ekspresi dari Jack.
“Ada masalah yang harus kutangani, tapi kau tidak perlu cemas. Itu sudah biasa dalam pekerjaan.”
Lily menganguk, menatap Jack segera mengenakkan pakaiannya.
“Aku akan menghubungimu lagi.”
Jack mencium bibir Lily sebentar sebelum ia beranjak keluar dari kamar.
Lily menatap kepergian Jack dengan senyum mengembang. Hari ini dia benar-benar bahagia bisa merasakan perayaan hari jadi mereka yang pertama. Sisa kelopak mawar yang berhamburan di lantai dan meja kecil yang masih belum di bersihkan dari sisa makan malam tadi.
Lily menoleh ke arah jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam.
“Kuharap tidak ada masalah besar yang terjadi.”
Lily kembali berbaring, dia merasa sekujur tubuhnya sangat lelah dan lemas. Tidak biasanya seperti itu meski berkali-kali mereka memadu kasih.
Keesokan harinya, Lily datang bekerja seperti biasa. Dia menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengannya.
Setelah sampai di meja kerjanya, Lily memeriksa Jack lebih dulu di ruangannya.
Lily tidak mendapati Jack, ia bahkan tidak mengirim pesan padanya.
“Apa Jack belum datang?”
Lily mengeluarkan ponsel, hendak menelpon Jack, notifikasi pesan lebih dulu masuk di ponselnya.
Senyum Lily mengembang, melihat pesan itu dari kekasihnya.
My Love : Sayang, aku mendadak pergi ke New York semalam karena ada urusan bisnis yang harus kutangani.
Lily mengernyit. “Kenapa tiba-tiba ia ke New York?”
Lily segera mengecek jadwal pekerjaan Jack.
“Tidak ada. Itu untuk jadwal bulan depan. Apa Jack memajukannya tanpa memberitahukan padaku?”
Lily menghela napas berat, menatap pesan Jack di layar ponselnya
“Aku akan menunggunya kembali.”
Lily kembali melakukan pekerjaannya. Dia harus mengalihkan pikirannya dengan bekerja. Namun, disela-sela aktivitasnya, Lily selalu memegang kepalanya yang sering terasa pusing.
“Ada apa denganku? Kepalaku sering merasa pusing belakangan ini. Apa karena terlalu lelah bekerja?” Lily bermonolog, memijit kepalanya dengan lembut.
Hingga jam makan siang tiba, Lily beranjak dari duduknya dan bergabung bersama karyawan lain untuk makan bersama di kantin perusahaan.
“Kau sedang sakit, Ly?” tanya Rose yang berjalan bersisian dengannya. Rose adalah sahabat Lily sejak di bangku kuliah.
“Memang belakangan ini aku sering tiba-tiba pusing.”
“Semoga bukan masalah serius. Periksakan dirimu juga untuk tahu penyebabnya,” saran Rose.
Lily mengangguk, mengulas senyum.
“Bagaimana perayaan hari jadianmu dan bos semalam?”
Lily menaruh jari telunjuk di bibirnya meminta Rose jangan sampai kelepasan. Hanya Rose dan asisten Jack, Daniel yang tahu soal hubungan diam-diam mereka.
“Luar biasa!” Lily berbisik, dia tampak malu mengatakan itu.
Rose menyikut lengan Lily menggodanya. “Apa dinding di penthouse milik Jack menjadi saksi bisu kalian bercinta?”
“Kau dengan mulutmu itu selalu membuatku was-was!”
Rose tertawa renyah. Dia suka sekali mengoda sahabatnya itu.
“Aku harap hubungan kalian segera go public.”
“Jack berjanji padaku, ia akan mengatakan itu setelah perjanjian kontrak kerja resmi didapatkan dari Jeremy Corporation.”
“Aku ikut senang. Akhirnya penantianmu setahun ini akan segera berakhir.”
Lily mengangguk, dia tampak bahagia.
Setelah berkumpul bersama rekan kerja yang lain, mereka berbaris rapi menunggu giliran mengambil makanan.
“Guys, kalian coba buka laman utama dari bulletin perusahaan,” ujar Ella, datang mendekat dengan heboh.
Rose dan rekan lainnya yang mendengar itu, segera memeriksa apa yang dimaksud Ella. Tidak dengan Lily merasa kepalanya makin pusing. Tubuhnya juga makin terasa lemas.
“Apa ini?” Rose mendelik lebar, menatap tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia kemudian melihat ke arah Lily.
Lily yang penasaran dengan itu, lantas ikut melihat. Detik itu juga Lily mendadak terjatuh tak sadarkan diri memantik perhatian tertuju padanya.
“Lily!” Rose berteriak histeris.
__________
Hampir setengah jam lamanya Lily tak sadarkan diri. Matanya perlahan terbuka, mengedar ke segala arah.
Rose yang sejak tadi menemaninya, membawa Lily ke klinik terdekat tak jauh dari perusahaan karena merasa khawatir.
“Rose, di mana aku?”
Rose tersenyum lega, melihat Lily baru saja sadar, dia segera menggenggam tangan Lily.
“Ada apa denganku? Kenapa aku di sini?”
Rose menghela napas berat lalu menjawab, “Kamu di klinik dekat dengan JG Global Ventures.”
“Kau membawaku ke sini?” tanya Lily, masih dengan raut bingung.
“Kau hamil, Ly.” Rose berucap sedih, entah bagaimana dia mengekspresikan dirinya saat mendapat kabar buruk dan baik di saat bersamaan.
“Apa?” Lily tercengang, melihat ke arah perutnya yang rata.
“A-aku hamil?”
Rose mengangguk lemah. “Kau tadi pingsan, karena khawatir aku dan Tommy membawamu ke sini tapi Tommy sudah kembali.”
Lily masih terkejut, dia kembali teringat hal terakhir yang sempat dilihatnya sebelum pingsan.
“Ponsel, mana ponselku?”
“Sebaiknya kau tidak perlu ….” Rose menggantung kalimatnya.
Lily sudah melihat itu. Dia membeku, melihat pengumuman pelaksanaan pertunangan Jack dan Selena, putri seorang konglomerat pemilik perusahan berita terbesar di Los Angeles.
Suara Lily tercekat di tenggorokan dengan mata berkaca-kaca.
“Ia akan bertunangan?”
Rose tak bisa lagi menahan kesedihannya, dia bangkit dari duduknya dan memeluk Lily seraya memberinya kekuatan.
“Jack akan bertunangan Rose. Dia mengkhianati aku. Aku harus apa sekarang?” Lily menangis dalam dekapan Rose. Suara tangisnya terdengar pilu.
Rose tak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa menepuk punggung Lily, menguatkannya.
“Aku akan memberitahukan pada Jack, Rose!” Lily melepaskan pelukannya, menatap Rose dengan mimik serius.
“Kau yakin?”
Lily mengangguk. “Aku akan katakan padanya. Ini anak Jack, ia harus tahu itu!”
***
Suara ruangan kerja Selena diketuk, Laura membuka pintu mempersilakan dua pria berpakaian serba hitam melangkah masuk, mendekat ke depan meja Selena. "Ada informasi apa yang kalian temukan?""Maaf, Nyonya. Kami sempat membuntuti teman dari Tuan Jack tapi kami kehilangan jejak saat ada truk tiba-tiba saja hampir menabrak mobil kami.""Sepertinya, teman Tuan Jack tahu jika kamu membuntuti diam-diam," jelas pria lain berambut cepak. Selena sontak menggebrak meja. Dia menatap murka. "Bahkan hal seperti ini saja kalian tidak becus melakukannya!"Kedua pria itu menunduk. "Aku tidak mau tahu. Aku harus mendapatkan informasi soal Jack, kalian harus mencari celah dari suamiku atau aku akan buat kalian menyesal karena tidak bekerja dengan baik!" bentak Selena. Kedua pria itu mengangguk paham, segera berbalik keluar dari ruangan. Selena mengumpat, melempar tempat pena yang terjangkau pandangannya sebagai pelampiasan kemarahannya. "Kamu benar-benar buat aku kehilangan rasa sabar. Aku tidak
Selena membanting semua barang yang ada di kamarnya dengan penuh amarah. Jack melangkah masuk setelah mendapat laporan dari asisten rumah tangga melalui Daniel. “Apa yang kaulakukan Selena?” Selena lantas menoleh tajam, melayangkan kotak kecil di tangannya ke arah Jack yang dengan cepat menghindar. Jack menatap kaget, melihat kemarahan tersirat jelas dalam mata Selena saat ini. “Kau berani melemparku?” Selena tertawa sinis. “Kenapa kalau aku berani? Kau mau melakukan hal yang sama padaku?” Jack mencoba tenang. Ia sungguh tidak ingin sampai tersulut emosi. Selena mendekat, menarik kerah kameja Jack dengan kasar. “Kau berani bermain di belakangku? Bagaimana bisa kau punya anak dari wanita lain?!” “Jangan usik mereka! Demi menikahimu, aku melepas Lily dan baru tahu kalau Dean adalah putraku.” “Apa kau ingin kehilangan segalanya?” Jack menyeringai. “Aku tidak akan kehilangan apapun.” Suara tawa Selena menggema ke langit-langit ruangan. “Wah, sudah mulai sombong rupanya!” cibir
Jack hendak mengikuti Lily dan Dean, dicegah Selena lebih dulu."Kau mau ke mana?"Jack menoleh, menatap Selena yang sudah menghadang langkahnya."Aku ingin meminta maaf pada mereka karena atas ketidaknyamanan tadi dan—""Apa benar Dean putramu?"Jack bergeming, ia tak bisa menjawab itu meski inginSenyum Selena tersungging. Dia mendekatkan bibirnya seraya berkata pelan, "Jangan menarik perhatian. Sikapmu ini akan kuanggap sebagai jawabannya.Rahang Jack mengeras, satu tangannya terkepal erat hanya bisa diam di tempat.Selena menguraikan senyum kemenangan, dia mendapatkan jawaban atas apa yang ingin ia ketahui.Langkahnya berbalik menjauh, melempar senyum manis pada beberapa tamu yang melihat ke arahnya."Maaf atas ketidaknyamanan kalian. Tadi hanya sedikit intermezzo. Silakan lanjutkan lagi nikmati pestanya!"Arios yang melihat dari kejauhan lantas mendekat."Kau baik-baik saja?"Jack menoleh tajam, sorot matanya yang menyimpan amarah membuat Arios lantas mengulum bibir."Sepertinya a
Lily melirik ke arah Dean yang tampak semangat saat berada di dalam taksi yang mereka tumpangi. Matanya berbinar, menunjukkan betapa tak sabar anak itu ingin segera sampai di tempat acara. Ini adalah kali pertama Dean menghadiri undangan bersama Lily.Selama ini, hari-hari Dean hanya dihabiskan dengan sekolah, bermain di rumah, dan sesekali menemani Lily di toko kuenya. Lily tidak sendiri dalam perjalanan itu, Rose turut menemani.Rose menoleh pada Lily yang duduk di sampingnya, sementara Dean duduk di samping kursi pengemudi."Kau yakin soal keputusanmu ini, 'kan?!" tanya Rose, memastikan sembari menggenggam punggung tangan Lily.Tangan Lily terasa dingin, mencerminkan rasa gugup yang menyelimuti.Lily mengangguk pelan. "Aku tidak punya pilihan saat aku merasa Selena mulai mencurigai sesuatu," jawabnya dengan suara yang berusaha tegas."Apapun itu, jangan tunjukkan kau lemah, terutama di depan Jack. Demi Dean, aku yakin kau bisa melalui malam ini," ucap Rose sembari menatap mata Lily
Lily termenung mempertimbangkan ucapan Rose beberapa hari lalu.Masih terlarut dengan lamunannya, suara bel pintu membuat Lily tersadar, cukup terkejut melihat sosok yang dikenalnya kini berdiri di hadapannya.“Selamat datang, Nyonya!”Wanita berpenampilan modis itu tak lain adalah Selena.Selena membuka kacamata hitam yang dikenakkannya, menatap Lily dengan sorot mata angkuh.“Kau bernama Lily James?”Lily mengulas senyum, menanggapi dengan ramah. “Iya, benar. Aku, Lily James.”Senyum Selena tersungging sinis lalu berkata, “Aku, Selena, ibu dari Emily Greenwood. Teman kelas Dean.”“Hai, Selena! Senang bertemu denganmu!” Lily mencoba bersikap ramah. Entah kenapa dia merasa canggung.“Aku tidak ingin basa-basi”—Selena mengambil selembar undangan dari sekretaris pribadinya, memberikan pada Lily—“aku ingin mengundangmu pada perayaan anniversary-ku. Kuharap kau bisa sempatkan waktu untuk hadir bersama putramu.”Lily tersenyum tipis, mencoba menutupi raut terkejutnya.“Aku bahkan bukan ora
Selena menggeram marah setelah sampai d kantornya.“Berani sekali Jack bertemu wanita lain di belakangku!” geram Selena, merasa tidak terima dengan apa yang dilihatnya tadi.Dua hari terakhir Selena mendapat informasi soal Jack yang menemui seorang wanita. Hingga membuktikan sendiri, Selena awalnya tidak percaya meski Jack selalu bersikap dingin padanya, selama rentang waktu mereka menikah, tidak ada kabar buruk tentang Jack di luar sana bersama wanita lain.Tetapi, setelah mencari tahu lebih lanjut—diketahui Jack sering bertemu dengan Lily.“Kau sudah mendapatkan informasi detail tentang wanita itu?” tanyanya pada sang sekretaris yang baru saja memasuki ruangannya.“Sudah, Bu. Ini informasi tentang Lily James,” jawab Laura, nama wanita itu.Selena dengan cepat mengambil tab dari tangan Laura, memastikan itu.Tangan Selena mengudara saat membaca informasi yang terselip soal Dean.“Dia memiliki putra bernama Dean?”“Benar, Bu. Dean satu sekolah dengan Emily.”Kening Selena berkerut, di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments