共有

BAB 3. STORY WA

作者: Putri putri
last update 最終更新日: 2022-03-11 20:23:58

Seusai mandi dan berganti pakaian, aku kembali bergabung dengan Mas Bayu dan Ibu yang masih asyik mengobrol di ruang tamu. Kami saling bercerita ke sana kemari , sekedar untuk mengakrabkan diri. Maklum, hanya selang satu bulan setelah menikah, aku langsung berangkat ke kota. Baru hari ini kami bertatap muka lagi setelah hampir setahun tak bertemu. 

Beberapa lama berbincang, aku pamit ke kamar untuk istirahat. Rasanya badan masih pegal semalaman di perjalanan.

Sesampainya di kamar, aku langsung menyambar ponsel dari atas nakas lalu menjatuhkan bobot di atas pembaringan. Sambil rebahan, iseng-iseng aku membuka W* sekedar untuk melihat story teman-teman.

Mataku tak berkedip menatap layar ponsel saat melihat story W* Mbak Nilam. Sebuah foto bayi dengan caption ‘Duh senangnya yang habis di gendong papa, tidur yang nyenyak ya sayang, nanti malam giliran mama’.

Aku mulai membatin. “Tadi Mbak Nilam bilang suaminya lagi kerja, kok sekarang story-nya kayak gini?” 

Tak mau terus dihantui penasaran, aku segera bangkit lalu keluar kamar, berniat kembali ke rumah Mbak Nilam, sekalian mau kasih amplop. Tadi kelupaan saking risinya melihat tingkah tetanggaku itu.

“Mau ke mana, Dek? Katanya mau istirahat?” tanya Mas Bayu saat aku melewatinya. 

“Ke rumah Mbak Nilam, tadi lupa amplopnya belum di kasih,” jawabku jujur, 

“Aku ikut ya,” 

“Enggak usah, Mas. cuma sebentar kok,” tolakku.

“Oh,” 

Aku kembali mengayunkan langkah tanpa menanggapi ucapan Mas Bayu yang hanya ‘oh’ saja. Entah kenapa aku sangat penasaran dengan story W* tetanggaku yang satu ini.

**** 

“Mbak Nilam,” lanjutku setelah mengucap salam dan mengetuk pintu rumahnya tiga kali. 

Selang beberapa saat, pintu rumah terbuka. Tampak Mbak Nilam masih mengenakan pakaian yang sama. Dia langsung mempersilakan aku masuk. Tanpa menunggu lama, aku pun mengiyakan ajakannya.

Pandanganku mengitari seluruh sudut ruangan, mencari-cari sosok suami si pemilik rumah. Namun, aku tak menemukannya. 

“Ada apa, Lin?” tanya Mbak Nilam setelah kami duduk. 

“Emmm, ini Mbak, tadi lupa kasih buat beli susu anaknya,” sahutku sembari menyerahkan amplop. 

Sudah menjadi tradisi di kampung ini, jika ada warga yang melahirkan, para tetangga akan memberi sumbangan seikhlasnya. Bisa berupa uang, kado ataupun bahan makanan. Karena lahirannya sudah hampir dua bulan yang lalu, Aku pilih kasih uang saja. Menurutku ini lebih praktis. 

“Ah, jadi merepotkan. Terima kasih ya,” ujarnya sembari menerima pemberianku. 

“Sama-sama, Mbak. Suami Mbak Nilam mana?”

Setelah mengumpulkan sedikit nyali, aku memberanikan diri menanyakan suaminya. Sebenarnya enggak enak juga sih, tapi daripada penasaran. 

“Lo, kan aku sudah bilang lagi kerja,” jawabnya kemudian.

Seketika aku langsung terperanjat saat mendengar ucapan Mbak Nilam. Jika suaminya belum pulang, apa maksud dari status W*-nya?

“Tapi kok status W* Mbak Nilam kayak gitu?” tanyaku semakin penasaran.

“Oh, itu. Lagi kepingin saja. Memangnya kenapa?” ucapnya santai.

“Lagi kepingin bagaimana mana maksudnya? Bukannya tadi yang bopong bayinya Mbak Nilam kan Mas Bayu, Kenapa Mbak bikin status begitu?” protesku. Aku tak lagi bisa menyembunyikan kecurigaan yang tengah mengobrak-abrik perasaan. 

“Suka-suka aku dong! Aku yang bikin status kenapa kamu yang sewot?” sahutnya dengan mimik wajah yang sulit kutebak.

Mendengar jawaban darinya, sebisa mungkin aku menahan gelombang kemarahan yang tengah menggulung-gulung di hati. Ingin rasanya melampiaskan, tapi tak punya cukup bukti

“bukannya begitu Mbak, tapi kan enggak baik. Takutnya malah memantik pertengkaran dalam rumah tanggaku,” ujarku berusaha meredam emosi. 

“Sudah. Kamu enggak usah ngatur-ngatur aku. Lagian siapa yang suruh kamu lihat story-ku?” 

Deg! 

Tutur kata Mbak Nilam yang menohok berhasil membuatku terdiam. Tadi pas datang sama Mas Bayu, dia terlihat ramah. Kenapa sekarang malah jadi ketus begini?

Sesaat, hening terjadi antara kami. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Hanya deru napas masing-masing yang terdengar tak beraturan. 

“Maaf, aku mau mandi. Kalau nanti kamu keluar jangan lupa tutup pintunya yang rapat,” pungkasnya dengan nada ketus.

Lagi. Aku kembali terperangah dengan ucapan Mbak Nilam. Secara tidak langsung dia mengusirku. Meski terkesan halus, tetap saja ini memalukan. 

“Aku pulang sekarang saja deh, Mbak. Maaf sudah  mengganggu,” ucapku menahan malu.

Dengan terburu-buru aku beranjak keluar dari sini tanpa menoleh pada Mbak Nilam. Enggak nyangka aku akan diperlakukan seperti ini, padahal aku datang baik-baik.

“Awas kamu, Mbak! Jika sampai aku menemukan bukti, kupastikan kamu akan menyesal!” gumamku dalam hati.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (3)
goodnovel comment avatar
Teten Devans
terlalu bego mlh lgs maen serobot aja....dipikir dl trs cr bukti bkn lgs maen nyelonong nanya...maen elegan gt lho
goodnovel comment avatar
natsume dy
kesel sama lin..napa g di cari bukti dulu sih main marah2 ajah ...
goodnovel comment avatar
Tukang nulis
kok kesel ya..
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   ENDING?

    5 bulan kemudian.Pada akhirnya aku bisa bernafas lega karena pengadilan menyetujui perceraian kami meskipun harus melewati drama yang cukup melelahkan.Mas Reyhan bersikukuh tak mau berpisah. Itulah kenapa kasus perceraian ini tak kunjung selesai. Bahkan di pengadilan dia terus meminta perceraian ini dibatalkan. Selama proses persidangan, aku tinggal di rumah orang tuaku. Ini kulakukan agar ada yang menjaga Hanin saat pergi ke toko ataupun urusan yang berhubungan dengan perceraian. Di hari minggu sore ini aku memilih duduk di teras menikmati kesendirian ketimbang melakukan aktivitas lain. Sengaja aku tidak ke toko karena ingin melepas lelah setelah semua yang kulewati. Deru mesin mobil yang memasuki halaman berhasil memecah kesunyian yang tengah kubangun. Sesosok laki-laki yang selama ini mengganggu tidurku turun bersama Bu Erna, perempuan yang sudah seperti ibu bagiku. Benar. Dia memang Daffa. Sejak hari itu kami tak pernah lagi bertemu. Bahkan sekedar say hello melalui jejaring

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SESAL

    POV Reyhan. Aku menatap nanar pada kertas di tanganku. Sedikit pun tak pernah terlintas dalam pikiran bahwa semua terbongkar dan akhirnya Rere akan menggugat cerai. Sebenarnya aku sudah berencana mengakhiri hubungan dengan Dera karena mulai merasakan cemburu melihat kedekatan Rere dan Daffa. Sayangnya semua harus terbongkar sebelum sempat aku mengakhiri. “Aku enggak nyangka kamu berubah menjadi monster yang kejam, Rey,” tutur Elin seusai perginya Rere dan Daffa. Aku mengalihkan pandangan pada sosok yang pernah mengisi hati ini. Entah sejak kapan getaran indah yang dulu kurasakan kini tak ada lagi. “Maafkan aku, Lin.” Aku membuang muka ke sembarang arah. “Bilang maaf itu gampang, Mas! Apa kamu menyadari secara tidak langsung kamu telah menjadikan aku seorang pelakor?” sela Dera yang berdiri tak jauh di samping Elin. Laksana pecundang, aku tertunduk tak berani menatap wajah mereka apalagi menyahut. “Kenapa diam! Ayo bicara, Mas!” bentak Dera. Hening. Hanya sesekali terdengar n

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   HARI TERAKHIR

    Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke rumah ibu. Tadi aku sempat meminta Daffa memelankan laju motornya agar Hanin tak terlalu kena angin. Kedua orang tuaku menyambut di depan teras. Mereka menatapku dengan tatapan penuh selidik. Wajar. Aku belum menceritakan apa pun pada mereka. “Ada apa ini, Re. Kenapa kamu membawa barang-barangmu ke sini?” Baru saja turun dari motor, ibu langsung memberondongku dengan wajah cemas. Aku meraih tangan ibu dan mencium punggung tangannya lalu berganti pada bapak. Pun dengan Daffa. Dia melakukan hal yang sama. “Mas Reyhan selingkuh, Bu. Dia mau menikah lagi,” jawabku kemudian. Kontan saja bapak dan ibu kaget dengan ucapanku. “Astaghfirulloh...” Ibu menutup mulutnya dengan tangan. Raut kesedihan jelas terlihat di wajahnya, bahkan bulir bening mulai menggenang di sudut mata itu. Lain halnya dengan bapak. Dia tidak menangis. Wajahnya yang memerah, juga suara gemeletuk giginya terdengar jelas menandakan amarah tengah menguasai pikirannya.

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SELAMAT TINGGAL SEMUANYA

    “Tara.... ini dia kejutannya, Mas!” teriakku sedikit keras. “De... Dera...” ucap Mas Reyhan tergagap. Wajahnya memucat seolah darah tak lagi mengalir di sana.Aku tersenyum melihat Mas Reyhan yang tampak seperti ketakutan. “Iya, Mas! Ini aku Dera. Kok kamu kaget sih?” sahut Dera yang belum tahu kenyataan sebenarnya. Mas Reyhan kebingungan. Dia menatap aku dan Dera bergantian. “Kok malah bengong, Mas! Masa ketemu calon istri kok begitu. Enggak romantis!” Aku tersenyum mengejek melihat suamiku yang tengah panik. “Maksud kamu apa ya, Re? Kok bilang dia calon istrinya Reyhan?” tanya Elin. “Tanya saja sama Mas Reyhan.” Aku beranjak keluar lalu segera kembali setelah menitipkan Hanin pada Daffa. Tadi Daffa juga sudah mengambil motornya dan diparkir di halaman rumah. “Bagaimana Mas? Apa kamu sudah menjawab pertanyaan Elin?” tanyaku setelah duduk di sebelah Elin. Mas Reyhan tak menyahut. Dia hanya diam masih dalam posisi semula. “Sebenarnya kamu kenapa sih, Mas? Kok aneh begitu?” sel

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   KEJUTAN UNTUK REYHAN

    Dua minggu sudah Daffa menjadi sopir pribadiku. Selama itu juga setiap hari kami bersama. Demi membuat Mas Reyhan cemburu, terkadang aku pulang sampai jam sembilan malam. Namun, kami tak melakukan apa-apa, hanya sekedar healing atau duduk-duduk di rumah kontrakkan sambil berbagi cerita. Benar! Mas Reyhan terpancing amarah. Dia sering mengajak ribut, tapi aku memilih bermain ponsel ketimbang menanggapinya. Wajar saja dia marah, selama dua minggu belakangan aku tak pernah mengurus keperluannya. Masak, mencuci atau membersihkan rumah tak pernah lagi kulakukan. Salah sendiri dia menganggapku telah mati. Hari ini aku berniat mengakhiri permainan ini. Rasanya sudah tak sabar ingin memberi kejutan untuk Mas Reyhan. Selain itu, terlalu sering bersama Daffa membuat hati merasa nyaman. Aku takut ini tak baik untuk kami. Makanya harus segera diakhiri. “Kayaknya ini hari terakhir kamu menjadi sopirku,” ujarku pada Daffa saat kami sedang santai di teras kontrakkan.“Loh, kenapa, Mbak?” tanya

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   Merekrut Dera

    Seperti biasa, pagi ini aku bangun jam setengah lima. Namun, kali ini tak beraktivitas di dapur melainkan langsung mandi dan berganti pakaian yang luwes. Rencananya hari ini aku akan ke toko lagi. Sejak hamil lima bulan aku memang memilih tinggal di rumah. Tadi malam saat Mas Reyhan terlelap aku sempat menghubungi Daffa. Dia bersedia menemaniku pagi ini. “Kok pagi-pagi sudah rapi, Dek?” Mas Reyhan yang baru bangun tidur menatap heran. “Iya, aku mau menengok toko,” jawabku sambil menyiapkan pakaian Hanin. Kok pagi banget?” tanyanya lagi. “Ya enggak apa-apa, Mas! Aku pergi dulu ya,” pamitku setelah membopong Hanin. Tanpa menunggu lama, aku beranjak keluar kamar. “Dek, apa pakaian kerjaku sudah disetrika?” tanyanya sebelum aku melangkah jauh. “Maaf, aku enggak sempat. Nanti setrika sendiri saja,” jawabku sambil terus melangkah. Baru saja sampai teras, Mas Reyhan mendahului lalu mencegatku. “Kamu apa-apaan sih. Bukannya menyiapkan pakaian suami malah main pergi saja!” teriak Mas

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status