Share

BAB 2. SAMPO BAYI

Author: Putri putri
last update Last Updated: 2022-03-11 20:22:46

“Sedekat apa kamu sama Mbak Nilam, Mas!” 

Begitu sampai di rumah, aku langsung mencecar Mas Bayu dengan pertanyaan yang sedari tadi berputar-putar di kepala. Untung saja ibu mertua dan adik iparku sedang ke luar rumah, jadi aku lebih leluasa menginterogasi suamiku.

“Kamu ngomong apa sih, Dek, dari tadi ngelantur terus? Kamu kelelahan ya?” ucap Mas Bayu sambil tangannya berusaha menyentuh keningku, tapi aku menghindar.

“Enggak usah mengalihkan topik, tinggal jawab saja,” sahutku ketus sembari menyilangkan tangan di depan dada.

“Jawab apaan sih?” tanya Suamiku pura-pura bodoh. 

“Sedekat apa kamu dan Mbak Nilam?” ulangku kemudian. 

“Ya biasa,” jawab Mas Bayu sambil menjatuhkan bobot pada sofa ruang tamu. Aku pun segera melakukan hal yang sama, tapi berseberangan arah. 

“Biasa bagaimana, Mas?” buruku. 

“Ya biasa, kayak tetangga pada umumnya,” sahut Mas Bayu. 

“Lalu kenapa dia berani minta kamu menjaga anaknya? Seharusnya Mbak Nilam minta tolongnya sama aku. Kan aku yang perempuan.” 

Dengan nafas tak beraturan, aku menyampaikan kecurigaanku pada Mas Bayu. 

“Kan kamu baru pulang. Mungkin Mbak Nilam takut anaknya menangis kalau kamu yang jaga. Soalnya anak itu selalu rewel jika dekat sama orang yang jarang membopongnya,” jelas Mas Bayu panjang lebar. 

Dengan cermat aku mendengarkan kalimat yang diucapkan suamiku. Mencerna lalu menyimpulkan. 

“Berarti Mas sering membopongnya? Mas sering ke rumah Mbak Nilam?” tuduhku. 

Mas Bayu tampak kaget dengan ucapanku. Mungkin dia tidak menyangka aku akan bertanya seperti itu. 

“Enggak gitu, Dek. Namanya juga tetangga. Wajar dong kalau aku sesekali main ke sana. Itu pun kalau suaminya ada di rumah,” ujar Mas Bayu sedikit tergagap.

Aku terdiam. Yang dikatakan Mas Bayu ada benarnya juga, tapi entah kenapa aku masih saja curiga sama suamiku? Apa karena terlalu banyak membaca cerita perselingkuhan?

“Kamu jangan cemburu begitu, Dek. Mas enggak mungkin mengkhianati kamu. Hanya kamu yang Mas cinta, Dek,” tambah Mas Bayu. 

Inilah kelemahanku. Selalu tak berdaya tiap kali mendengar kata cinta dari Mas Bayu. Kecurigaan yang tadi sempat mendominasi perasaan, kini menguap entah ke mana. Apa ini yang namanya cinta buta?

Perlahan, Mas bayu menggeser duduknya ke sebelahku, kemudian mendekatkan wajahnya pada keningku. Mengecup sekali lalu menarik ke dalam dekapannya. Tangannya bergerak lincah membelai mahkota kepalaku. Membuat hatiku merasa nyaman. 

“Bagaimana mungkin aku bisa mendua, sedangkan aku telah memiliki bidadari secantik kamu. Di dunia ini tak ada wanita yang mampu menggantikanmu dari singgasana hatiku.” 

Perempuan mana yang tak merasa bangga mendapat pujian seperti itu dari suami yang sangat dicinta? Mas Bayu memang selalu bisa membuatku terbuai. 

Tanpa di minta, aku membalas pelukan Mas Bayu. Ada sedikit rasa lega setelah mendengar tutur lembutnya. Dalam hati aku berharap semoga suamiku benar-benar setia. 

“Aku mandi dulu ya, Mas,” ujarku setelah pelukan kami terurai.

“Ya sudah sana, biar pikiran kamu fresh. Jadi enggak curiga melulu,” sindirnya, 

Aku hanya menanggapi ucapannya dengan sebuah senyuman, lalu beranjak ke kamar menyambar handuk yang tercantel di balik pintu.

Di rumah ini hanya ada satu kamar mandi yang di pakai satu keluarga.  letaknya bersebelahan dengan dapur. Jadi, kalau mau mandi aku harus keluar kamar. 

Baru saja masuk ke kamar mandi, aku langsung dikejutkan oleh benda asing yang tergeletak di antara peralatan mandi. Gegas kudekati benda tersebut lalu mengambilnya. Dari aromanya, aku bisa memastikan kalau ini memang sampo bayi. 

Penghuni rumah ini semuanya dewasa. Lalu, siapa pemilik sampo ini? Apa jangan-jangan...

Tak ingin terus menduga-duga, kubatalkan niatku untuk mandi lalu membawa benda tersebut dengan perasaan tak menentu. Biar Mas Bayu yang menjelaskan semuanya. 

“Ini punya siapa, Mas?” tanyaku sambil menunjukkan benda yang sedari tadi kugenggam.

Mas Bayu yang masih bersantai di ruang tamu, langsung terperanjat saat melihat benda di tanganku. Wajahnya tampak memucat, seperti sedang ketakutan.

“Kenapa diam, Mas? Ini punya siapa?” 

Kali ini, aku mengulang pertanyaan dengan nada suara lebih tinggi. Kecurigaan semakin tak terelakkan, apalagi melihat Mas Bayu yang tampak kebingungan.

“Itu... itu punya Sarah. Iya, punya Sarah,” sahutnya gugup. 

“Jangan bohong! Adikmu itu sudah perawan, jadi enggak mungkin pakai sampo kayak gini!” seruku. 

“Ada apa sih, kok teriak-teriak begitu? Entar tetangga dengar kan malu,” 

Ibu mertuaku yang baru saja masuk rumah langsung nimbrung. Kedua tangannya tampak menenteng kantong belanjaan, lalu meletakkannya di atas meja.

“Ini punya siapa, Bu?” tanyaku. 

Dia tampak kaget saat melihat benda di tanganku, tapi berusaha menyembunyikannya.

“Oh, itu punya Ibu. Soalnya ibu suka aromanya,” jawab Ibu tak terlalu gugup.  

Mas Bayu bilang ini punya Sarah, sedangkan ibu bilang benda ini miliknya. Sebenarnya siapa pemilik sampo ini?

“Tadi Mas Bayu bilang ini punya Sarah. Sekarang ibu mengaku punya Ibu. Mana yang benar?” tanyaku pada mereka. 

“Itu memang punya Ibu kok,” sahut Ibu terdengar meyakinkan.

“Kok Aneh sih? Masa Ibu pakai kayak gini. Enggak mungkin deh,” protesku tak percaya.

“Sudah! Timbang sampo saja dibikin masalah. Kayak enggak ada kerjaan saja! Mending sekarang kamu mandi sana,” gerutu Mas Bayu. Dari mimik mukanya aku tahu dia tak mau membahas ini lagi. 

Sebenarnya aku masih penasaran siapa pemilik benda ini, tapi karena tak ingin terus berdebat, akhirnya aku beranjak meninggalkan mereka.

Meski hanya diam, bukan berarti percaya. Terus bertanya juga tak berguna. Mereka pasti tak akan jujur. Aku sangat yakin ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. 

“Baiklah! Aku akan menyelidiki semua ini. Jika sampai Mas Bayu bermain api, kupastikan dia akan terbakar sendiri,”  gumamku sembari meremas benda di tanganku. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yung
biar kan aja mereka buat dosa biar dapat karma nya tunggu aja
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Semua co selingkuh klo ditanya pasti jawabannya yah itu blgnya mencintai pasangannya ujung2nya yah selingkuh. Basi bgt. Jd ce kok digombalin malah seneng yah? Klo w mah udah w kemplang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   ENDING?

    5 bulan kemudian.Pada akhirnya aku bisa bernafas lega karena pengadilan menyetujui perceraian kami meskipun harus melewati drama yang cukup melelahkan.Mas Reyhan bersikukuh tak mau berpisah. Itulah kenapa kasus perceraian ini tak kunjung selesai. Bahkan di pengadilan dia terus meminta perceraian ini dibatalkan. Selama proses persidangan, aku tinggal di rumah orang tuaku. Ini kulakukan agar ada yang menjaga Hanin saat pergi ke toko ataupun urusan yang berhubungan dengan perceraian. Di hari minggu sore ini aku memilih duduk di teras menikmati kesendirian ketimbang melakukan aktivitas lain. Sengaja aku tidak ke toko karena ingin melepas lelah setelah semua yang kulewati. Deru mesin mobil yang memasuki halaman berhasil memecah kesunyian yang tengah kubangun. Sesosok laki-laki yang selama ini mengganggu tidurku turun bersama Bu Erna, perempuan yang sudah seperti ibu bagiku. Benar. Dia memang Daffa. Sejak hari itu kami tak pernah lagi bertemu. Bahkan sekedar say hello melalui jejaring

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SESAL

    POV Reyhan. Aku menatap nanar pada kertas di tanganku. Sedikit pun tak pernah terlintas dalam pikiran bahwa semua terbongkar dan akhirnya Rere akan menggugat cerai. Sebenarnya aku sudah berencana mengakhiri hubungan dengan Dera karena mulai merasakan cemburu melihat kedekatan Rere dan Daffa. Sayangnya semua harus terbongkar sebelum sempat aku mengakhiri. “Aku enggak nyangka kamu berubah menjadi monster yang kejam, Rey,” tutur Elin seusai perginya Rere dan Daffa. Aku mengalihkan pandangan pada sosok yang pernah mengisi hati ini. Entah sejak kapan getaran indah yang dulu kurasakan kini tak ada lagi. “Maafkan aku, Lin.” Aku membuang muka ke sembarang arah. “Bilang maaf itu gampang, Mas! Apa kamu menyadari secara tidak langsung kamu telah menjadikan aku seorang pelakor?” sela Dera yang berdiri tak jauh di samping Elin. Laksana pecundang, aku tertunduk tak berani menatap wajah mereka apalagi menyahut. “Kenapa diam! Ayo bicara, Mas!” bentak Dera. Hening. Hanya sesekali terdengar n

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   HARI TERAKHIR

    Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke rumah ibu. Tadi aku sempat meminta Daffa memelankan laju motornya agar Hanin tak terlalu kena angin. Kedua orang tuaku menyambut di depan teras. Mereka menatapku dengan tatapan penuh selidik. Wajar. Aku belum menceritakan apa pun pada mereka. “Ada apa ini, Re. Kenapa kamu membawa barang-barangmu ke sini?” Baru saja turun dari motor, ibu langsung memberondongku dengan wajah cemas. Aku meraih tangan ibu dan mencium punggung tangannya lalu berganti pada bapak. Pun dengan Daffa. Dia melakukan hal yang sama. “Mas Reyhan selingkuh, Bu. Dia mau menikah lagi,” jawabku kemudian. Kontan saja bapak dan ibu kaget dengan ucapanku. “Astaghfirulloh...” Ibu menutup mulutnya dengan tangan. Raut kesedihan jelas terlihat di wajahnya, bahkan bulir bening mulai menggenang di sudut mata itu. Lain halnya dengan bapak. Dia tidak menangis. Wajahnya yang memerah, juga suara gemeletuk giginya terdengar jelas menandakan amarah tengah menguasai pikirannya.

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SELAMAT TINGGAL SEMUANYA

    “Tara.... ini dia kejutannya, Mas!” teriakku sedikit keras. “De... Dera...” ucap Mas Reyhan tergagap. Wajahnya memucat seolah darah tak lagi mengalir di sana.Aku tersenyum melihat Mas Reyhan yang tampak seperti ketakutan. “Iya, Mas! Ini aku Dera. Kok kamu kaget sih?” sahut Dera yang belum tahu kenyataan sebenarnya. Mas Reyhan kebingungan. Dia menatap aku dan Dera bergantian. “Kok malah bengong, Mas! Masa ketemu calon istri kok begitu. Enggak romantis!” Aku tersenyum mengejek melihat suamiku yang tengah panik. “Maksud kamu apa ya, Re? Kok bilang dia calon istrinya Reyhan?” tanya Elin. “Tanya saja sama Mas Reyhan.” Aku beranjak keluar lalu segera kembali setelah menitipkan Hanin pada Daffa. Tadi Daffa juga sudah mengambil motornya dan diparkir di halaman rumah. “Bagaimana Mas? Apa kamu sudah menjawab pertanyaan Elin?” tanyaku setelah duduk di sebelah Elin. Mas Reyhan tak menyahut. Dia hanya diam masih dalam posisi semula. “Sebenarnya kamu kenapa sih, Mas? Kok aneh begitu?” sel

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   KEJUTAN UNTUK REYHAN

    Dua minggu sudah Daffa menjadi sopir pribadiku. Selama itu juga setiap hari kami bersama. Demi membuat Mas Reyhan cemburu, terkadang aku pulang sampai jam sembilan malam. Namun, kami tak melakukan apa-apa, hanya sekedar healing atau duduk-duduk di rumah kontrakkan sambil berbagi cerita. Benar! Mas Reyhan terpancing amarah. Dia sering mengajak ribut, tapi aku memilih bermain ponsel ketimbang menanggapinya. Wajar saja dia marah, selama dua minggu belakangan aku tak pernah mengurus keperluannya. Masak, mencuci atau membersihkan rumah tak pernah lagi kulakukan. Salah sendiri dia menganggapku telah mati. Hari ini aku berniat mengakhiri permainan ini. Rasanya sudah tak sabar ingin memberi kejutan untuk Mas Reyhan. Selain itu, terlalu sering bersama Daffa membuat hati merasa nyaman. Aku takut ini tak baik untuk kami. Makanya harus segera diakhiri. “Kayaknya ini hari terakhir kamu menjadi sopirku,” ujarku pada Daffa saat kami sedang santai di teras kontrakkan.“Loh, kenapa, Mbak?” tanya

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   Merekrut Dera

    Seperti biasa, pagi ini aku bangun jam setengah lima. Namun, kali ini tak beraktivitas di dapur melainkan langsung mandi dan berganti pakaian yang luwes. Rencananya hari ini aku akan ke toko lagi. Sejak hamil lima bulan aku memang memilih tinggal di rumah. Tadi malam saat Mas Reyhan terlelap aku sempat menghubungi Daffa. Dia bersedia menemaniku pagi ini. “Kok pagi-pagi sudah rapi, Dek?” Mas Reyhan yang baru bangun tidur menatap heran. “Iya, aku mau menengok toko,” jawabku sambil menyiapkan pakaian Hanin. Kok pagi banget?” tanyanya lagi. “Ya enggak apa-apa, Mas! Aku pergi dulu ya,” pamitku setelah membopong Hanin. Tanpa menunggu lama, aku beranjak keluar kamar. “Dek, apa pakaian kerjaku sudah disetrika?” tanyanya sebelum aku melangkah jauh. “Maaf, aku enggak sempat. Nanti setrika sendiri saja,” jawabku sambil terus melangkah. Baru saja sampai teras, Mas Reyhan mendahului lalu mencegatku. “Kamu apa-apaan sih. Bukannya menyiapkan pakaian suami malah main pergi saja!” teriak Mas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status