Hari ini Tantri sengaja pulang lebih awal. Makanya begitu jam pulang tiba, wanita tiga anak itu langsung berkemas. Dia ingin berkunjung ke rumah Layla.
Sudah lebih dari tiga bulan tidak bertemu dengan anak-anaknya Panji. Alasannya tentu sibuk. Sebagai single parent dirinya harus banting tulang setiap waktu.
Lembur hingga malam sudah menjadi makanannya sehari-hari. Tidak heran biarpun rumahnya tidak terlalu jauh dengan kediaman Panji, tetapi Tantri jarang berkunjung jika tidak ada kepentingan.
Tantri mencangklong tasnya. Dia berpamitan pada rekan-rekannya yang masih berkutat pada pekerjaan. Wanita itu menderap langkah menuju pintu keluar.
Kakinya terus mengayun hingga berhenti di parkiran. Mengendarai mobil sendiri sudah barang baru lagi untuk Tantri. Sebenarnya dia amat
Seperti yang sudah direncanakan, pagi-pagi sekitar pukul delapan pagi Banyu sudah menyambangi kediaman Layla. Namun, kedatangannya kali ini tidak sendiri. Dia membawa Seli beserta Chelsea. Tidak ketinggalan Gilang juga. Ya mereka akan melakukan perjalanan ke Banjarnegara guna melamar Layla secara resmi.Banyu mendapuk Gilang untuk dijadikan sopir pada perjalanan kali ini. Rasanya tidak sanggup jika Banyu menyetir sendiri. Jarak Jakarta ke Banjarnegara yang lumayan jauh dan memakan waktu sekitar enam sampai tujuh jam membuatnya mengutus Gilang untuk memimpin perjalanan.Kehadiran Banyu dan keluarga sudah ditunggu oleh Layla dan anak-anaknya. Azriel bahkan sudah tidak sabar ingin segera melakukan perjalanan. Anak itu menyambut kedatangan mobil Banyu dengan gembira.“Bun, aku duduk di depan, ya? Biar bisa lihat pemandangan dengan bebas,&rdquo
Atha gelisah. Sudah mau dua minggu dia berdiam diri di rumah terus. Sampai saat ini Hani belum bisa mencarikan sekolah untuk anak itu.Sebagai anak gaul yang doyan main danhang out,Atha merasa jenuh. Teman-temannya susah dihubungi. Tidak ada yang mau diajak jalan. Begitu juga dengan Bela.Gadis itu memblokir kontaknya. Atha sendiri yakin pasti itu ulah orang tuanya. Karena dia tahu bagaimana perasaan Bela untuknya. Cewek itu begitu memujanya.Bucinistilah zaman sekarang. Sehingga tidak mungkin Bela akan menghindar.Di sisi lain, Atha juga merindukan gadis itu. Tapi dia bingung bagaimana caranya menghubungi. Pernah dia nekat dengan menghubungi Bela lewat telepon rumah, sialnya yang angkat justru ayah gadis itu. Alhasil Atha dapat semprotan makian.Bosan
Atha bingungharus berbuat apa. Sebagai seorang anak dia tentu kasihan melihat keadaan sang ibu. Kondisi Hani yang acak-acakan dan bau memang pantas jika disangka orang gila.Apalagi bau dari air comberan yang begitu menusuk membuat dirinya dan Kenzi harus menutup hidung. Azriel bahkan lari ke belakang karena tidak kuat menahan bau busuknya.“Udah lo jangan bengong aja, tolongin nyokap lo tuh!” perintah Kenzi dengan suara bindeng karena hidungnya tertutup.“Grrr!”Atha mengacak rambutnya dengan gemas. Dia sendiri juga tidak tahan dengan bau tubuh ibunya yang menyengat. Namun karena Kenzi terus mendesak, mau tidak mau atau mendekati ibunya.“Ma, Mama ... bangun, Ma!” Atha yang jijik membangunkan Hani dengan menendang-nendang tubuh wa
"Ayah kangeeen banget sama kalian,” ucap Panji bergitu melerai pelukan. “Kenapa kalian jarang main ke rumah?”“Gak usah ditanya lagi, Mas! Sudah pasti dilarang oleh ibunya,” sahut Hani tanpa sungkan.Layla tersenyum. “Aku gak seperti kalian, Han,” ujarnya berusaha tidak terpancing omongan julidnya Hani, “buktinya kalian bebas masuk ke sini buat nengokin anak-anak. Memangnya aku yang mesti manjat tembok buat ketemu Ziel.”Sindiran telak dari Layla membuat Panji menunduk. Pria itu merasa bersalah. Namun, tidak dengan Hani. Perempuan itu justru menusuk Layla lewat tatapannya.“Gak nyangka yah, muka sok adem kek kamu hatinya penuh dendam,” tuding Hani berani.Layla menipiskan bibir. “Sampai kapan pun kejad
Panji memegangi dadanya yang terasa sesak. Napasnya terasa tercekat kala melihat Banyu mengecup kening Layla. Ini benar-benar menyakitkan baginya.Tidak bisa dipungkiri biarpun sudah berpisah selama enam tahun, rasa cinta untuk Layla masih ada di palung hatinya Panji. Tidak kuasa menahan rasa perih di hati, Panji memilih menepi. Dirinya melewati pintu samping. Ada sebuah taman kecil dengan kolam renang di rumah Banyu. Pada sebuah ayunan bangku Panji menyendiri.Berbeda dengan Panji yang tengah mengharu biru, hati Hani justru merah panas membara. Kuping wanita itu terasa panas mendengar mas kawin yang Banyu berikan untuk Layla. Dia merasa iri. Dua kali menikah, belum pernah dia mendapatkan mas kawin se-fantastis itu.“Aku harus bisa bersalaman dengan Banyu. Dan aku harus bisa membuat dia menatap mataku.”Dalam hati
"Sial! Sial! Siaaal!” maki Hani seraya memukuli jok yang ia duduki. Dia sedang dalam perjalanan pulang dari pestanya Layla. “Kenapa sih kalo singgah di tempat wanita jelek itu, aku selalu ketiban apes mulu?” geramnya kesal.Wanita itu meraih kotak tisu di atas dasbor. Tangan Hani mulai mengelap wajahnya yang masih terasa lengket dan berminyak. Di sampingnya, Panji hanya melirik sekilas.“Sepertinya Layla sengaja merencanakan ini,” tuduh Hani mulai membabi buta, “dia pasti iri lihat aku cantik dan dipuji banyak orang, makanya nyuruh karyawan-karyawan katering yang bego itu buat nabrakin aku.”Panji menarik napas. Dia menggeleng pelan mendengar tudingan istrinya yang halu.“Jahat banget itu orang, semoga kena karma!” umpat Hani dengan kasar, “mana aku udah kondangan gede lagi, eh malah gak ditawari makan.”“Emang kamu ngamplop berapa?” tanya Panji terus fokus pada arah jala
Layla membuka mata. Dia menoleh ke samping. Bantal kepunyaan Banyu kosong.Wanita itu mengedarkan pandangan. Kamarnya lengang tidak tampak sosok sang suami. Layla bangun dari rebahannya.Hawa dingin dari pendingin ruangan langsung menerpa kulit. Layla kaget mendapati dirinya masih dalam keadaan polos. Seketika bibirnya menyunggingkan senyum mengingat aktivitasnya bersama sang suami satu jam yang lalu. Lelah membuatnya ketiduran.Layla bahagia. Penantian enam tahun dirinya menemui ujung. Wanita itu merasa benar-benar bersyukur dapat memiliki seorang imam sebaik Banyu.Sayup-sayup Layla mendengar suara gemericik air. Dia menduga jika suaminya tengah membersihkan badan. Perlahan wanita itu beringsut turun dari ranjang.Layla memunguti pakaiannya yang tercecer
Panji merasa ada seseorang yang menarik-narik lengannya. Pria itu membuka mata. Ternyata si mungil Zea yang membangunkan.Tangan bocah berambut panjang itu menunjuk pintu. Sepertinya dia ingin keluar. Sekali sentak, Panji sudah terbangun duduk.Di sebelahnya, Hani masih melongo dengan posisi terlentang. Air liur membasahi pipi wanita itu. Panji mendesah. Sudah biasa dirinya terbangun lebih dulu dari Hani.Berbeda sekali saat masih beristrikan Layla. Dulu setiap Subuh wanita lembut itu akan membangunkannya. Mengajak Panji beribadah dan secangkir kopi pun telah tersedia.Sayang ... semenjak usahanya mengalami peningkatan, Panji menjadi malas beribadah. Lelah dan tidak ada waktu adalah alasannya. Apalagi sejak bertemu Hani. Pria itu benar-benar meninggalkan sholat.