Share

TERNYATA

Arka celingukan mencari Kei, ia kira Kei kembali ke ballroom tempat acara Cio, tapi ternyata perempuan itu tak berada disana. Beruntung keluarga Kei tak melihatnya, jika tidak, pasti akan banyak pertanyaan yang di layangkan padanya. Ia pun memutuskan untuk pulang, sepertinya Kei juga sudah pulang, begitu pikirnya.

Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, hanya sepuluh menit saja, ia sudah sampai di rumahnya. Langkah lebar membawanya ke kamar, ia buka pintu kamar itu dengan keras, "Kei!" Panggilnya.

"Kemana dia?!" Ucapnya dengan kesal, Kei tak berada di kamar, ia lalu menuju kamar sebelah, kamar yang terkadang Kei tempati. Hendak langsung membukanya, namun ternyata pintu itu terkunci. "Kei, aku tahu kamu di dalam. Buka pintunya!"

Bukan lagi hanya ketukan, tapi Arka menggedor pintu di depannya dengan keras. Menimbulkan suara gaduh yang membuat Kei segera beranjak untuk membukanya. Padahal ia baru saja hendak berganti pakaian, tapi Arka datang dengan tak sabar.

CEKLEK

"Kenapa kamu selalu membuatku kesal, hah?!" Arka mencengkram leher Kei dan mendorongnya, membuat tubuh tak siap Kei terdorong mundur dan jatuh terlentang di atas ranjang.

Kei buru-buru bangun, ia tak mau kejadian buruk malam itu kembali terulang malam ini. Baru saja hendak beranjak dan pergi, Arka kembali menyeretnya.

"Kamu tidak akan bisa pergi kemana pun, Shaletta Kei!"

"Lepas! Lepaskan aku, Arka!" Teriak Kei, suaranya mulai berat saat pria itu kembali mencengkram lehernya. Rasanya sakit, sesak dan perih karena kuku-kuku pria itu menancap di lehernya.

"Mohon ampun lah, Kei," bisik Arka

Kei menggeleng, pasokan udara di tenggorokannya mulai menipis. Wajahnya bahkan tampak memerah menahan sakit. Dengan erat matanya terpejam, kedua tangannya berusaha menyingkirkan tangan Arka dari lehernya, tapi cekikan tangan pria itu semakin kuat.

"To-long," ucap Kei dengan suara berat. Air mata mengalir deras dari matanya yang terpejam menahan sakit, apa yang Arka lakukan benar-benar melukai jiwa raganya.

BUG

Arka terpental ke atas lantai saat seseorang menendangnya.

"Brengsek! Jadi ini yang selama ini kamu lakukan pada Kei?!" Hiko kembali menghampiri Arka, lalu menghadiahkan bogem mentah pada pria itu, "Kamu memang sahabatku Arka, tapi jika kamu salah, aku tidak akan segan-segan menghajar mu!"

BUG BUG BUG

Melihat pertikaian itu, Kei berusaha bangun. Ia memegang lehernya yang masih terasa sakit, "Hiko, to-long."

Hiko menoleh, karena amarah, ia melupakan Kei yang harusnya ia tolong. Hiko lalu melepaskan Arka, menghempaskan tubuh pria itu hingga terlentang di atas lantai. Kemudian menghampiri Kei yang mulai terkulai lemas lalu tak sadarkan diri, "Kei, Kei bangun Kei."

Dengan pelan Hiko menepuk-nepuk pipi Kei, wajah pucat perempuan itu semakin membuatnya cemas. Tanpa berkata apapun lagi, ia menggendong Kei hendak membawa perempuan itu ke rumah sakit.

Kecurigaannya selama ini benar, Arka dan Kei menyembunyikan sesuatu. Ternyata ini lah kenyataanya, keadaan pernikahan Kei dan Arka tak baik-baik saja. Kei bahkan di perlakukan sangat buruk.

Saat Arka memintanya kembali ke ballroom, Hiko tak benar-benar pergi. Kecurigaannya pada hubungan Kei dan Arka membuat langkahnya untuk pergi sangat berat, karena itu Hiko bersembunyi di balik pintu dan mendengar perdebatan Kei dan Hiko. Ia semakin cemas pada Kei, karena itu diam-diam ia mengikuti Kei.

Hiko hendak menemui Kei untuk menenangkan perempuan itu, namun ia melihat mobil Arka datang memasuki gerbang rumah.

Alih-alih pergi untuk pulang, Hiko justru semakin cemas. Lagi-lagi ia kembali memutuskan untuk mencari tahu. Biarlah ia di katakan seorang penguntit yang mencampuri urusan orang lain, ia benar-benar tak tahu kenapa ia begitu yakin bahwa hubungan Arka dan Kei tidak beres.

Menyelinap memasuki rumah, ia mendengar suara keributan dari lantai dua. Ia juga mendengar suara Kei meminta tolong. Dengan dada bergemuruh, ia berlari menaiki anak tangga menuju ke kamar tamu yang terletak di sebelah kamar Arka.

Dugaannya benar, saat ia membuka pintu kamar yang ternyata tak terkunci, ia melihat Arka tengah mencekik Kei. Mungkin perempuan itu akan mati jika ia tak datang saat itu.

Arka terlihat seperti kesetanan, pria itu benar-benar di butakan dendam.

"Kei, bertahanlah!" Hiko mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, sesekali ia menoleh ke belakang dimana Kei terbaring tak sadarkan diri, hatinya ikut sakit melihat Kei tak berdaya.

"Arka, kamu melakukan kesalahan fatal," gumam Hiko. Ia benar-benar menyayangkan sikap Arka, pria itu menyakiti perempuan sebaik Kei.

Sementara Arka, pria itu masih duduk di atas lantai. Entah mengapa ia enggan beranjak dari sana. Terbayang wajah menyedihkan Kei ketika meminta tolong, Arka mengusap wajahnya dengan gusar. "Sial!" Erangnya.

Ia menatap ke dua tangannya, dengan tangan itu ia nyaris menghabisi nyawa Kei. Perasaannya campur aduk, antara puas karena berhasil membuat Kei menderita, atau....entahlah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status