Share

Bab 4

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 11:24:32

Hanya Sandiwara

Kumandang adzan subuh, membuat Izzah langsung terjaga. Dia pun kemudian mengecek semua pakaiannya, dan begitu lega, karena ternyata masih utuh, matanya pun mencari keberadaan suaminya itu, dan tentu saja saat itu, Alif masih bergelung dengan selimutnya di sofa yang empuk itu.

Hati Izzah kembali lega, karena Alif ternyata tak membohonginya. Dia pun akan segera ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelahnya dia pun melaksanakan salat subuh dengan khusyuk.

Setelah selesai shalat dan berzikir, Izzah kemudian berusaha membangunkan Alif, untuk shalat subuh. Dia pun menoel kaki suaminya itu berkali-kali.

"Lif, ayo bangun! Nggak shalat subuh kamu?!" ucap Izzah yang mulai kesal karena tak direspon sama sekali.

Akhirnya Alif pun membuka selimut yang menutupi wajahnya dan menguap.

"Apaan sih? Masih malam gini kok sudah ganggu orang tidur!" ucap Alif sambil mengerjap.

"Malam katamu?! Ini sudah waktunya shalat subuh, kamu nggak shalat?" kata Izzah sembari berkacak pinggang.

"Nanti sajalah, gampang itu! Sekarang aku masih ngantuk banget ini!" sungut Alif sembari akan menutup kembali kepalanya dengan selimut.

Namun, dengan sigap tangan Izzah memegang selimut itu, dan malah membukanya.

"Shalat kok nanti sih! Waktunya keburu habis! Di suruh shalat kok malah mau tidur lagi!"

"Kamu ya...!" Tangan Alif sudah melayang dan akan menampar Izzah, namun diurungkannya.

"Apa! Mau nampar?! Silahkan, kalau kamu berani!" Tak mau kalah, Izzah pun kini melotot sempurna ke arah suaminya.

"Kalau sudah tak ingat apa kata Bapak, sudah pergi aku dari sini! Ingat...jangan pernah mengatur hidupku, jaga privacy-ku, dan aku pun akan begitu! Pernikahan kita hanya untuk menyenangkan Papamu saja  'kan? Sudah sana pergi, sebelum aku tak bisa lagi mengendalikan emosi!"

Alif kemudian merebut kembali selimut itu, dari tangan Izzah dan kembali tidur, dan menutupi seluruh badannya. Sementara itu, Izzah pun kemudian keluar kamar.

Bukannya dia lemah dan takut dengan Alif,  tapi dia hanya tak ingin semua sandiwara ini cepat berakhir, apalagi saat ini Papanya kan sedang sakit. Jadi di depan Papanya, pernikahan ini haruslah terlihat sempurna.

Setelah kembali menetralkan emosinya, Izzah pun menuju kamar Papanya. Kebiasaan yang dilakukan Izzah setelah shalat subuh adalah mengajak Papanya jalan-jalan, dia akan mendorong kursi roda Pak Hasan, keliling kompleks.

"Loh...kamu ngapain di sini, Zah?" tanya Pak Hasan saat melihat Izzah masuk kamar.

"Kok pakai nanya sih, Pa? Kan setiap habis subuh, kita selalu keliling kompleks 'kan? Apa saat ini papa lagi kurang enak badan? Atau kelelahan karena pesta semalam?" tanya Izzah.

"Nggak kok, setelah acara semalam justru rasanya, badan papa ini makin fit saja, Zah. Semangat hidup juga makin meningkaat, Papa ingin berumur panjang, agar bisa melihat cucu-cucu papa nantinya.

Lah kamu sepagi ini ngapain ke sini? Sekarang kan kamu sudah menikah, masih pengantin baru, lagi. Jalan-jalan keliling kompleksnya ditiadakan saja mulai sekarang, agar secepatnya Papa ini bisa dapat cucu, hehehre," goda Pak Hasan sambil tertawa.

Mendengar perkatan Pak Hasan itu, hati Izzah langsung mencelos, dia amat bersedih dan merasa bersalah. Ternyata Papanya itu, amat senang dengan pernikahan ini, dan ingin segera mempunyai cucu.

Padahal bagi Izzah dan juga Alif, semua ini hanyalah sandiwara, untuk menyenangkan hati orang tua mereka saja. Entah sampai berapa lama lagi dia bisa melakkonkan semua sandiwara ini. Izzah kini hanya bisa berdoa, agar Pak Hasan selalu diberi umur panjang, hingga bisa terus membersamainya.

"Hey...kok malah bengong sih? Pengantin baru itu, pamali kalau bengong, lagi mikirin apa sih?" goda Pak Hasan, sambil menepuk tangan putri semata wayangnya itu.

"Hemmm...papa sok tahu deh, siapa juga sih yang nglamun! Ayok ah, sekarang kita jalan-jalan!" ucap Izah berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Eits...tapi kok rambut kamu nggak basah sih, Zah? Apa kamu memikirkan hal ini?" Pak Hasan kembali bertanya pada putrinya.

"Emmm...nggak lah, Pa. Anu...itu...Izzah kan lagi datang bulan, hehehe," jawab Izzah salah tingkah.

"Ya sudah nggak apa-apa, biasanya kalau awal menikah gini dapat haid, malah bakal cepet nanti punya anaknya. Kayak Mamamu dulu. Sudah, sekarang kamu masuk kamar lagi sana, meski sedang berhalangan, suami bakal senang kalau di temani."

"Enggak ah, Pa. Mas Alif kecapekan karena pesta semalam, jadi setelah shalat subuh, dia tidur lagi.

Sudah ah, ayok jalan-jalan Pa. Meski sudah menikah, tiap hari wajib kita tetap jalan-jalan, Pa. Karena sampai kapanpun Papa tetaplah jadi prioritasku.

Aku ingin Papa kembali sembuh, agar nanti Papa bisa membantu merawat anak-anakku..Ok!" ucap Izzah sambil mendorong kursi roda itu keluar.

"Papa tahu, kamu sangat sayang sama Papa, tapi ingat, setelah menikah, seorang istri itu, harus mendulukan suaminya dan menuruti semua keinginannya. Jika suamimu melarang sesuatu, maka harus kamu ingat itu.

Papa mulai sekarang ini jaddi nomer dua untukmu Zah. Jaga pernikahan ini sekuat tenaga, karena sesungguhnya Allah itu sangat membenci perceraian. Lewati semua cobaan di awal, insyaallah semua indah pada akhirnya, karena Papa tahu, kamu dan Alif saat ini masih butuh penyesuaian.

Mulai sekarang, Papa pun janji, akan lebih semangat terapi dan minum obat, serta makan yang bergizi. Asal kamu juga janji, secepatnya memberikan Papa cucu. OK!" ucap Pak Hasan penuh semangat.

Sekali lagi, ucapan Pak Hasan itu, membuat hati Izzah teriris

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BENALU    Ending

    Bab 67Ending.Bubur memang benar tak mungkin lagi bisa diubah menjadi nasi lagi. Seperti apa yang saat ini terjadi pada keluarga benalu itu. Kesalahan fatal yang dibuat oleh Bu Citra, kini membawanya pada rumah sakit jiwa. Menerima vonis dari hakim saja sebenarnya sudah membuat wanita tua itu shock, ditambah lagi dengan bully-an yang dia terima di dalam penjara.Hotel prodeo itu memang sebuah tempat yang keras, meski itu hanya sel yang khusus untuk para napi wanita. Karena semua yang sekarang menginap di hotel prodeo itu adalah para wanita yang bermasalah, maka tak kaget lagi jika banyak terjadi pembully-an disana. Siapa lemah akan menjadi bahan bully-an dan yang memang akan menjadi ketua suku, dan dihormati oleh semuanya.Kini, Bu Citra telah resmi menjadi penghuni rumah sakit jiwa itu. Karena pemeriksaan intensif oleh petugas memang menunjukkan jika dia terganggu otaknya. Alif dan Desi mau tak mau tentu saja harus bisa menerima semua kenyataan yang terjadi ini."Aku akan membalas

  • BENALU    Bab 66

    Bab 66Waktu berlalu begitu cepat, sudah sebulan lamanya Bu Citra menjalani hidup sebagai seorang tahanan. Meski Alif dan Desi selalu datang seminggu sekali, tetapi nyatanya hal itu Seperti tak ada artinya sama sekali bagi Bu Citra. Yang dia ingin hanya keluar dari hotel prodeo ini sekarang juga!Hidayah pun sepertinya tak sedikit pun menyentuh hati ibunda Alif itu. Meski telah banyak hal terjadi, dia tak bisa mengambil hikmahnya. Yang ada malah hatinya semakin membatu saja."Bu, nggak pingin solat? Ayo bareng ke musholla!" ajak teman satu sel Bu Citra. Memang di lapas wanita itu ada mushola untuk memudahkan para napi shalat berjamaah."Ngapain sih kamu ngajak-ngakak!? Sok alim saja kamu ini. Sudah cepat pergi! Jangan sok ceramah seperti Izzah kamu ya!" Bentak Bu Citra, hampir setiap diajak oleh beberapa temannya untuk mendekatkan diri pada Allah.Sedikit pun tak ada penyesalan dalam hati wanita paruh baya itu. Yang ada malah hanya dendam dan dendam saja."Semua orang di dunia ini mem

  • BENALU    Bab 65

    Bab 65Hari ini adalah sidang terakhir Bu Citra, alias pembacaan vonis tentang pembunuhan berencana yang wanita itu lakukan pada Pak Hasan, yang tak lain adalah besannya sendiri saat itu. Karena emang semua bukti sudah lengkap, jadi tak perlu waktu lama lagi untuk hakim mengambil keputusan.Tentu saja saat ini Izzah hadir, begitu juga anak-anak dari Bu Citra. Absen si Vena saja yang memang hingga saat ini tak diketahui kabarnya. "Lif, bagaimana jika nanti ibu mendapatkan hukuman yang berat?" tanya Desi yang kini duduk di samping adik kandungnya itu.Alif menarik nafas dalam-dalam dan memang saat ini dadanya pun merasa sesak sekali."Entahlah, Mbak. Aku pun telah melakukan berbagai cara agar Izzah mau mencabut laporan itu, tetapi semua usahaku itu nihil. Sekarang sepertinya kita hanya bisa pasrah saja pada mereka," jawab Alif sambil menunjuk pada deretan hakim."Dasar memang si Izzah itu sombong banget! Kok ada si manusia tak punya hati nurani seperti dia itu? Wajah saja terlihat sepe

  • BENALU    Bab 64

    Bab 64Mau tak mau, tentu saja akhiranya Alif pun pergi dari ruangan wanita yang secara negara masih sah menjadi isterinya itu. Dilema tentu saja saat ini terus bergelayut di dalam hatinya. Sebagai seorang anak yang berbakti, tentu dia ingin membebaskan Bu Citra dari hukuman polisi. Karena memang sejak dulu Alif adalah seorang anak yang sangat berbakti pada ibunya. Apa lagi ketika dia ingat dengan almarhum ayahnya, yang sebelum meninggal dulu telah menitipkan dua saudara perempuannya dan juga sang ibu."Ya Allah, kenapa semua menjadi seperti ini sih!" Alif merasa frustasi saat ini. Lelaki tampan yang kini sudah kembali ke ruangannya itu pun mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu dia menyesali kesalahan besar yang telah ibunya buat."Jika ibu tidak menghabisi nyawa Pak Hasan, tentu semua ini tak akan pernah terjadi!" Kembali Alif berucap dengan frustasi.Tetapi di sisi lain, hati nuraninya pun membenarkan segala keputusan yang diambil oleh Izzah.Apa yang dilakukan oleh Bu Citra memang

  • BENALU    Bab 63

    Bab 63Waktu berlalu dengan begitu cepat bagi Alif, sudah satu bulan sejak keluar dari penjara itu, kini dia dan Widodo sudah kembali bekerja di perusahaan milik Izzah. Namun, tentu saja semua tak bisa seperti dulu. Meski dia berharap penuh, namun sama sekali Izzah tak pernah mengajaknya bicara. Hanya sekedar formalitas saja seperti Bos pada pegawainya. Sebenarnya perasaan yang ada dalam hati Alif tak jauh beda dengan yang dirasakan oleh Izzah. Wanita itu pun merasakan jika telah menaruh hati pada Alif. Namun tentu saja hal itu terus saja berusaha dia dipungkiri.Tak mungkin rasanya dia menjalin hubungan dengan anak dari pembunuh Papanya, meski dia tau jika Alif adalah lelaki yang baik. Ego masih terus saja merajai hatinya saat ini.Siang ini, Alif memberanikan diri untuk mendatangi Izzah di ruangannya ketika istirahat siang. Bukan untuk mengatakan isi hatinya yang terus membuatnya tersiksa. Tetapi untuk memperjuangkan nasib ibunya, yang besok adalah sidang terakhir dan waktunya hak

  • BENALU    Bab 62

    Bab 62Setelah kepergian Izzah dan pengacaranya. Alif segera mengajak Desi dan Widodo untuk pulang. Tentu saja kali ini mereka pulang dengan menaiki angkot. Selama perjalanan yang hampir memakan waktu satu jam itu, mereka tak saling berbicara, karena memang bergelut dengan pikirannya masing-masing.Alif sebenarnya masih tak ingin percaya jika saat ini dia dan Izzah akan sah berpisah. Lelaki tampan itu sesungguhnya masih berharap jika Izzah mau kembali menerima dia. Meski menang hal itu pasti sulit, karena tindakan ibunya yang sangat sulit untuk dimaafkan.'Jika memang jodoh, pasti kita akan bertemu lagi Zah. Aku pun ingin menunjukkan kepada kamu jika aku tak seburuk yang kamu pikirkan!' gumam Alif dalam hati.Bersamaan dengan uang yang diberikan oleh Izzah tadi, ada juga alamat rumah baru untuk mereka. Rumah itu bukanlah rumah mereka yang direnovasi dahulu, tetapi Izzah sengaja membeli sebuah rumah di kompleks perumahan untuk mereka, lengkap dengan segala isinya."Wah. Ternyata rumahn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status