Share

Bab 5

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 11:59:41

Kedatangan Keluarga Benalu Di Rumah

Baru saja Izzah akan membuka pintu, ternyata pintu itu sudah diketuk duluan.

Tok tok tokkk

"Assalamualaikum!" teriak suara seorang wanita dari balik pintu.

"Waalaikumsalam." Meski pintu belum terbuka, Izzah dan Pak Hasan menjawab salam itu.

"Cepat buka, Za. Siapa sepagi ini sudah bertamu," ucap Pak Hasan.

Izzah pun langsung membuka pintu, dan betapa kagetnya mereka, saat di depan pintu telah ada empat orang dewasa dan satu anak kecil, sambil membawa benerapa tas dan koper, dan mereka adalah keluarga Alif.

"Maaf, Tuan. Tadi kami sudah melarang mereka masuk, karena ini masih pagi. Tapi  mereka terus memaksa dan marah, dan mengancam memecat kami," ucap Supri, satpam rumah ini dan Jaenal yang menghampiri di depan pintu.

"Ya iyalah, dasar kalian satpam nggak tahu diri! Belum tahu ya, siapa kami? Kami ini keluarga dari Pak Alif, salah satu bos kalian!" sungut Bu Citra dengan pongahnya.

"Sudah- sudah, mereka ini keluarganya Pak Alif, mulai sekarang kalian ingat-ingat ya. Sekarang kembalilah ke pos!" ucap Pak Hasan pada para security nya dan mereka pun  segera kembali ke tempat jaga.

"Mari...mari, silahkan masuk!" Pak Hasan pun dengan hormat mempersilahkan masuk keluarga besannya itu.

Keempat orang itu pun, tanpa rasa sungkan, langsung saja masuk sambil membawa tas dan koper berisi pakaian lusuh itu.

"Zah, ayo masuk, ngapain kamu bengong lagi di depan pintu?!" kata Pak Hasan sambil menjawil tangan putrinya.

Izzah tentu langsung saja kaget dengan tindakan papanya itu. Namun, dia masih tak habis fikir, kenapa semua keluarga Alif itu datang dengan banyak tas seperti itu? Firasatnya mengatakan bahwa ini tak baik.

"Ngapain sih, Pa, mereka semua ke sini? Apa mau numpang di sini?" bisik Izzah.

"Papa juga nggak tahu, Zah. Tapi, jika mereka mau tinggal di sini sih, nggak apa-apa, toh mereka kan kini jadi keluarga kita.

Ayo kita temui, ingat loh, kamu harus berlaku sopan pada keluarga suamimu itu!"

jawab Pak Hasan.

Izzah pun kemudian mendorong kursi roda papanya menuju ke sofa, di mana para keluarga benalu itu, sudah duduk dengan santainya tanpa di persilahkan.

"Ada gerangan apa ini, Bu Citra, sehingga sepagi ini, sudah datang?" tanya Pak Hasan ramah.

"Hehehe...iniloh, Pak. Boleh nggak kami semua ini tinggal di sini?" jawab Bu Citra tanpa malu-malu.

"Loh...memangnya rumahnya kenapa, Bu?!"  Izzah langsung bertanya balik.

"Emmm...itu Nak Izzah, rumah kami itu sudah rusak, gentengnya bocor semua. Apalagi saat ini kan musim hujan, jadi kami ini bingung, masak rumah sudah kayak kebanjiran saat turun hujan

Mau benerin juga belum ada uang, kakak iparmu ini kan, baru saja di PHK, dan kini belum dapat kerjaan. Jadi sementara kami mau numpang di sini, gitu hehehe," ucap Bu Citra sedikit gugup.

Izzah tak habis fikir, jika keluarga suaminya ini, benar-benar tak tahu malu. Jika saat itu tak ada Pak Hasan,  mungkin mereka sudah ditendang lagi keluar rumah.

"Oh...karena rumahnya pada bocor ya, Bu? Gini saja, saat ini juga, aku akan kirim beberapa tukang bangunan dan material, langsung dikerjakan. Aku yakin nanti sore, sudah selesai kok. Nah jadi nantin malam, rumahnya sudah siap ditinggali, tanpa takut bocor!" ucap Izzah geram.

"Iya sih, Nak Izzah. Tapi kami mau tinggal di sini itu, karena merupakan permintaan terakhir bapaknya Alif. Katanya dulu, kami harus mengikuti kemana pun Alif pergi. Dan bukankah wasiat itu harus dijalankan? Bukan begitu Pak Hasan?" Bu Citra akhirnya menemukan sebuah alasan agar bisa tinggal di rumah mewah ini.

"Lagian, Mas Alif juga ingin kita tinggal di sini kok, Mbak. Dia kan suka berkumpul, coba tanya Mas Alif kalau tak percaya," imbuh Vega.

"Sudah...sudah. Kami percaya kok. Bu Citra sekeluarga, boleh tinggal di rumah ini sepuasnya. Kebetulan di sini ada tujuh kamar, silahkan di pilih ingin tidur di mana.

Kita ini kan keluarga, jadi sudah sepatutnya saling membantu, sembari nanti kita renovasi full rumah Bu Citra ya.

Biar rumah ini juga makin rame, silahkan pilih kamar yang mana. Anggap saja ini rumah kalian sendiri, kalau perlu apa-apa, jangan sungkan, bilang saja pada Bik Karmi atau Bik Yani," ujar Pak Hasan ramah.

"Wah, terima kasih banyak ya, Pak Hasan. Kami amat berterima kasih sekali loh. Memang kita ini kan sekarang satu keluarga, jadi sudah sepatutnya kan, kita tinggal bersama." Bu Citra menjawab sambil tersenyum.

Mendengar ucapan Pak Hasan itu, tentu Bu Citra dan anak-anaknya merasa amat bahagia. Tanpa sungkan lagi, mereka pun segera memilih kamar, dan masuk ke kamar masing-masing. Sementara Izzah dan Pak Hasan  masih tetap duduk di ruang tamu.

"Tuh Pa, lihat kelakuan mereka, nggak punya malu banget. Lagian kenapa sih, Papa ngebiarin mereka di sini? Feelingku itu mengatakan, mereka punya niat jahat loh dengan tinggal di sini," ucap Izzah lirih.

"Nggak baik berburuk sangka itu, Zah. Tak ada salahnya kan kita menyenangkan hati orang lain? Lagian, dulu suami Bu Citra itu, sering menolong Papa saat masih SMA," kata Pak Hasan.

Ketika papñya kembali mengatakan tentang balas budi, maka Izzah pun tak bisa berkata apa-apa lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
cerita y agak lebay ni .aneh .masa pda numpang di rmh besan .
goodnovel comment avatar
Wiryosentono Wiryosentono
gak masuk akal mana ada orang kek keluarga besan yang GK tau diri gitu?
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
alah orang tua..mampus lh kau hbis tuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BENALU    Ending

    Bab 67Ending.Bubur memang benar tak mungkin lagi bisa diubah menjadi nasi lagi. Seperti apa yang saat ini terjadi pada keluarga benalu itu. Kesalahan fatal yang dibuat oleh Bu Citra, kini membawanya pada rumah sakit jiwa. Menerima vonis dari hakim saja sebenarnya sudah membuat wanita tua itu shock, ditambah lagi dengan bully-an yang dia terima di dalam penjara.Hotel prodeo itu memang sebuah tempat yang keras, meski itu hanya sel yang khusus untuk para napi wanita. Karena semua yang sekarang menginap di hotel prodeo itu adalah para wanita yang bermasalah, maka tak kaget lagi jika banyak terjadi pembully-an disana. Siapa lemah akan menjadi bahan bully-an dan yang memang akan menjadi ketua suku, dan dihormati oleh semuanya.Kini, Bu Citra telah resmi menjadi penghuni rumah sakit jiwa itu. Karena pemeriksaan intensif oleh petugas memang menunjukkan jika dia terganggu otaknya. Alif dan Desi mau tak mau tentu saja harus bisa menerima semua kenyataan yang terjadi ini."Aku akan membalas

  • BENALU    Bab 66

    Bab 66Waktu berlalu begitu cepat, sudah sebulan lamanya Bu Citra menjalani hidup sebagai seorang tahanan. Meski Alif dan Desi selalu datang seminggu sekali, tetapi nyatanya hal itu Seperti tak ada artinya sama sekali bagi Bu Citra. Yang dia ingin hanya keluar dari hotel prodeo ini sekarang juga!Hidayah pun sepertinya tak sedikit pun menyentuh hati ibunda Alif itu. Meski telah banyak hal terjadi, dia tak bisa mengambil hikmahnya. Yang ada malah hatinya semakin membatu saja."Bu, nggak pingin solat? Ayo bareng ke musholla!" ajak teman satu sel Bu Citra. Memang di lapas wanita itu ada mushola untuk memudahkan para napi shalat berjamaah."Ngapain sih kamu ngajak-ngakak!? Sok alim saja kamu ini. Sudah cepat pergi! Jangan sok ceramah seperti Izzah kamu ya!" Bentak Bu Citra, hampir setiap diajak oleh beberapa temannya untuk mendekatkan diri pada Allah.Sedikit pun tak ada penyesalan dalam hati wanita paruh baya itu. Yang ada malah hanya dendam dan dendam saja."Semua orang di dunia ini mem

  • BENALU    Bab 65

    Bab 65Hari ini adalah sidang terakhir Bu Citra, alias pembacaan vonis tentang pembunuhan berencana yang wanita itu lakukan pada Pak Hasan, yang tak lain adalah besannya sendiri saat itu. Karena emang semua bukti sudah lengkap, jadi tak perlu waktu lama lagi untuk hakim mengambil keputusan.Tentu saja saat ini Izzah hadir, begitu juga anak-anak dari Bu Citra. Absen si Vena saja yang memang hingga saat ini tak diketahui kabarnya. "Lif, bagaimana jika nanti ibu mendapatkan hukuman yang berat?" tanya Desi yang kini duduk di samping adik kandungnya itu.Alif menarik nafas dalam-dalam dan memang saat ini dadanya pun merasa sesak sekali."Entahlah, Mbak. Aku pun telah melakukan berbagai cara agar Izzah mau mencabut laporan itu, tetapi semua usahaku itu nihil. Sekarang sepertinya kita hanya bisa pasrah saja pada mereka," jawab Alif sambil menunjuk pada deretan hakim."Dasar memang si Izzah itu sombong banget! Kok ada si manusia tak punya hati nurani seperti dia itu? Wajah saja terlihat sepe

  • BENALU    Bab 64

    Bab 64Mau tak mau, tentu saja akhiranya Alif pun pergi dari ruangan wanita yang secara negara masih sah menjadi isterinya itu. Dilema tentu saja saat ini terus bergelayut di dalam hatinya. Sebagai seorang anak yang berbakti, tentu dia ingin membebaskan Bu Citra dari hukuman polisi. Karena memang sejak dulu Alif adalah seorang anak yang sangat berbakti pada ibunya. Apa lagi ketika dia ingat dengan almarhum ayahnya, yang sebelum meninggal dulu telah menitipkan dua saudara perempuannya dan juga sang ibu."Ya Allah, kenapa semua menjadi seperti ini sih!" Alif merasa frustasi saat ini. Lelaki tampan yang kini sudah kembali ke ruangannya itu pun mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu dia menyesali kesalahan besar yang telah ibunya buat."Jika ibu tidak menghabisi nyawa Pak Hasan, tentu semua ini tak akan pernah terjadi!" Kembali Alif berucap dengan frustasi.Tetapi di sisi lain, hati nuraninya pun membenarkan segala keputusan yang diambil oleh Izzah.Apa yang dilakukan oleh Bu Citra memang

  • BENALU    Bab 63

    Bab 63Waktu berlalu dengan begitu cepat bagi Alif, sudah satu bulan sejak keluar dari penjara itu, kini dia dan Widodo sudah kembali bekerja di perusahaan milik Izzah. Namun, tentu saja semua tak bisa seperti dulu. Meski dia berharap penuh, namun sama sekali Izzah tak pernah mengajaknya bicara. Hanya sekedar formalitas saja seperti Bos pada pegawainya. Sebenarnya perasaan yang ada dalam hati Alif tak jauh beda dengan yang dirasakan oleh Izzah. Wanita itu pun merasakan jika telah menaruh hati pada Alif. Namun tentu saja hal itu terus saja berusaha dia dipungkiri.Tak mungkin rasanya dia menjalin hubungan dengan anak dari pembunuh Papanya, meski dia tau jika Alif adalah lelaki yang baik. Ego masih terus saja merajai hatinya saat ini.Siang ini, Alif memberanikan diri untuk mendatangi Izzah di ruangannya ketika istirahat siang. Bukan untuk mengatakan isi hatinya yang terus membuatnya tersiksa. Tetapi untuk memperjuangkan nasib ibunya, yang besok adalah sidang terakhir dan waktunya hak

  • BENALU    Bab 62

    Bab 62Setelah kepergian Izzah dan pengacaranya. Alif segera mengajak Desi dan Widodo untuk pulang. Tentu saja kali ini mereka pulang dengan menaiki angkot. Selama perjalanan yang hampir memakan waktu satu jam itu, mereka tak saling berbicara, karena memang bergelut dengan pikirannya masing-masing.Alif sebenarnya masih tak ingin percaya jika saat ini dia dan Izzah akan sah berpisah. Lelaki tampan itu sesungguhnya masih berharap jika Izzah mau kembali menerima dia. Meski menang hal itu pasti sulit, karena tindakan ibunya yang sangat sulit untuk dimaafkan.'Jika memang jodoh, pasti kita akan bertemu lagi Zah. Aku pun ingin menunjukkan kepada kamu jika aku tak seburuk yang kamu pikirkan!' gumam Alif dalam hati.Bersamaan dengan uang yang diberikan oleh Izzah tadi, ada juga alamat rumah baru untuk mereka. Rumah itu bukanlah rumah mereka yang direnovasi dahulu, tetapi Izzah sengaja membeli sebuah rumah di kompleks perumahan untuk mereka, lengkap dengan segala isinya."Wah. Ternyata rumahn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status