"Aku mau cerai! Tidak ada lagi alasan buatku untuk bertahan!"Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya bak mata pisau yang membunuhnya secara perlahan. Auden benar-benar kehabisan kata bahkan sekedar menelan ludah saja rasanya tak sanggup. "Sayang, maafkan aku juga pada akhirnya aku hanya memberi air mata kekecewaan. Saat mengenalmu aku sudah berjanji hanya memberi air mata kebahagiaan dan sekarang aku melanggar janji tersebut." "Jangan bicara! Aku benci apa pun yang ada pada kamu!" sentak Sandra kasar. Rasa ingin mengamuk, ingin bunuh orang, rasa benci semua menjadi satu. Setiap helaan napas yang ia embuskan terus menyayat-nyayat perasaannya. Wanita itu menutup mata meresapi kesialan yang menimpa hidupnya, entah bagaimana dia kembali menata semua kehancuran ini. "Sayang...," tegur Auden pelan. Dia berusaha untuk mendekat walau Sandra memberi syarat agar jangan mendekat ke arahnya. Saat keduanya bertatapan dia masih belum percaya dengan apa yang terjadi. "Belasan tahun hidup b
MENGANDUNG KEKERASAN EKSTRIM. SKIP KALAU TAK KUAT BACA! ______Merasa ada yang kosong Ayla membuka mata dengan debaran jantung yang tak dapat ditahan.Seluruh ketakutan yang dia simpan sendirian selama ini akhirnya terjadi di depan. Dia menatap penuh ketakutan pada sangat majikan wanita yang entah sejak kapan sudah berdiri di depannya.Tak ada tatapan kelembutan di sana, tapi seorang iblis dengan sayap panjang mengepak yang siap melenyapkan nyawanya detik ini.Sandra menggepalkan tangan kuat, sebentar lagi jalang kecil ini akan hancur berkeping-keping di tangannya dan yang dia inginkan hanyalah memohon kematian secepatnya.Kali ini tidak ada ampun, terbayang di otak Sandra bagaiamana dua manusia hina ini bisa mengkhianati dirinya. Saling telanjang berbagi keringat bahkan sampai jadi anak.Selamanya dia akan terus teringat pengkhianatan ini, suaminya tega berselingkuh dengan pembantu mereka yang dia anggap seperti anak sendiri bahkan sampai hamil.Bagaimana mungkin dia akan melihat se
Sandra menatap tak percaya di depannya sambil memegang pipinya yang memanas. Ya, sebenarnya tamparan itu tak berarti apa-apa karena ada drama yang membuat jiwanya lebih sakit dari ini. "Mami nampar aku?" tanya Sandra tak percaya. Ibu mertua yang selalu lembut dan begitu sayang padanya mendadak jahat seperti ibu tiri hanya karena jalang kecil murahan tak layak hidup ini. "Kamu memang terluka, kecewa, kita semua merasakan itu. Mami juga, tapi jangan main kekerasan apalagi sama ibu hamil!" tegas Delisha. Membicarakan hamil membuat seluruh rasa sakit naik ke permukaan. Detik ini dia merasa gagal jadi manusia, merasa begitu hina hanya karena dia tak bisa hamil. "Jadi hanya karena aku tak bisa hamil Mami bela si jalang itu?" Sandra bukan orang lemah yang suka menangis, tapi entah kenapa kenyataan ini benar-benar memukulnya. Dia kalah telak. Kalah dari apa pun karena tak bisa hamil. Dengan tangan terkepal Sandra berbalik siap membunuh si jalang hina ini. "CUKUP!" teriak Delisha. Masi
Rasanya dia ingin jadi anak kecil yang bisa menangis guling-guling karena tidak mendapatkan mainan kesukaan. Auden hanya menatap ibunya dengan perasaan bersalah, sedih, menyesal, nelangsa. Ingin kembali menjadi Auden kecil yang bisa dielus-elus kepalanya saat terjatuh dari sepeda, setelah itu dibujuk dengan mainan favorit dan besoknya dia kembali bermain sepeda seolah semuanya tidak terjadi apa-apa. Tapi, ini adalah masalah orang dewasa yang tidak ada jalan keluarnya. Andai dia masih remaja yang bisa meminta teman-temannya untuk datang dan mereka melakukan hal nakal bersama menghilangkan perasaan sial ini, tapi Auden sadar lingkaran pertemanan saat dewasa semakin mengecil dan semua sibuk dengan urusan masing-masing. Rumah yang biasnya dia jadikan tempat berpulang sekarang telah roboh, rumah tempat dia menghilangkan penat telah menghilang. "Jalani semua ini, kamu bisa melewatinya." Delisha menepuk-nepuk dada putranya memberi pengertian jika dia bisa merasakan itu, walau tak ada ba
Auden selalu menjaga Sandra layaknya telur emas, seumur hidup mengenal wanita ini dia tidak pernah menyakiti wanita ini, bahkan berjanji untuk tidak pernah, walau janjinya dilanggar. Dan sekarang hidupnya akan dipenuhi dengan penyesalan dan terus mengutuk diri seumur hidup. Saat mendengar ada orang lain yang menyakiti wanitanya dengan sengaja tentu saja darahnya mendidih. Setiap kesakitan yang Sandra rasakan dia akan merasakan sakit dua kali lipat.Auden tahu dia juga telah bersikap brengsek dengan memperkosa orang lain, walau tanpa sengaja dan bertanggung jawab, tapi saat teman yang ternyata musuh dalam selimut ini menunjukkan taringnya dia ingin makan orang saja rasanya.Sial! Apa yang telah dia lewatkan selama ini?Bugh!!Bugh!!Bugh!!Tiga kali pukulan langsung melayang di wajah Karel. Laki-laki itu belum siap dengan apa yang terjadi membuatnya langsung terjatuh.Pekikan nyaring Sandra membuat seluruh pasang mata menatap ke arah mereka, dan Auden langsung menghajar Karel.Laki-la
Flashback kisah Sandra dan Karel. ___Senyum tak lepas dari bibirnya, capek sih, tapi ini adalah hari special baginya. "Terima kasih buat kalian yang sudah meluangkan waktu datang ke sini, aku senang sekali hari ini. Usia bertambah, kematangan juga bertambah, masalah orang dewasa juga akan menyerang dari berbagai sisi. Terima kasih kepada orang tuaku yang luar biasa, Moer dan Vader, kepada saudaraku tersayang yang tidak turut hadir karena sibuk kuliah, ah the one and only kekasih hati belahan jiwa yang tidak akan terpisahkan sampai mati." Sandra tersenyum sembari menatap satu per satu tamu undangan yang memenuhi hall, gadis itu melakukan blow kiss dari jauh pada kekasihnya dan Auden membalasnya. Masih tersenyum Sandra berdiri dengan percaya diri melihat semua para tamu undangan. Hari ini usianya genap 19 tahun, usia nanggung antara remaja atau dewasa. Gadis itu akhirnya bisa menghela napas lega setelah memberi sambutan sepatah kata, dan menit berikutnya diputar video perjalanann
"Apa-apaan kamu Auden?" pekik Delisha berlari melihat Auden yang sedang mengamuk. Ayla hanya menunduk sembari memungut piring pecah dan juga makanan yang tersebar di lantai. Entah sampai kapan dia harus makan hati seperti ini. "Aku hanya ingin istriku, di mana dia?" "Kamu sendiri yang bilang akan terima konsekuensi apa pun, jadi ini risiko yang harus kamu terima. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Begitu, bukan?" tanya Delisha. "No, Mami! Tidak bisa begini. Aku tidak akan sanggup jauh dari Sandra. Rasanya aku hancur saat teringat wajah kecewa dan benci itu. Aku tak sanggup dibenci istriku." Delisha menarik napas panjang. Kepalanya ikut sakit dengan kerumitan rumah tangga rumah tangga putranya. "Ayla, tolong ambilkan air dan bubur tadi lagi," pinta Delisha. Gadis lugu hanya menunduk, dan kembali menyiapkan makanan untuk laki-laki ini. Entahlah, dia bingung harus menganggap Auden itu seperti apa. Di satu sisi dia merasa bersalah telah jadi perusak rumah tangga orang, tapi
Delisha menemukan Ayla dalam keadaan mengenaskan. Gadis itu menghukum dirinya, padahal semua orang tahu tak ada yang benar-benar disalahkan di sini, tidak ada yang pernah mau berada di situasi sulit ini. Wanita itu memeluk tubuh ringkih gadis rapuh ini dan membawa dalam pelukannya walau seluruh tubuh Ayla basah. "Jangan menghukum diri kamu, Auden bisa mengatasi masalahnya. Fokus saja pada kandungan kamu," nasihat Delisha. Ayla mengangkat kepalanya dengan air mata penuh, sebenarnya dia sadar dikelilingi banyak orang baik, tapi terkadang Ayla merasa jika dia benar-benar sendiri di dunia ini, tak ada yang pernah mau dan mengerti di mana posisinya. "Aku mau pergi," bisik Ayla. Sebenarnya dia benar-benar mengatakan ini, rasanya ingin pergi sejauh mungkin dari sini, mencari kehidupan yang lebih baik walau tak ada yang benar-benar menjajikan. "Ayo, kemas." Ayla masih terduduk di lantai basah tersebut sambil memeluk lututnya. Menghela napas berat, tetap saja merasa sesak. Dia merasa ter