Share

Bab 7

Tak pernah bermimpi untuk memakai gaun pengantinnya. Menikah memang bukan option untuknya. Bahkan dalam plan B juga menikah tidak masuk daftar. 

Kemiskinan membuat Ayla takut untuk menikah, dia tak mau anaknya merasakan beban dan semua keterbatasan yang dia dapatkan sejak kecil bersama orang tuanya. 

Saat dihadapi kenyataan untuk memilih gaun pernikahan untuk dirinya sendiri, tentu saja Ayla akan memilih asal. Dia tak punya gaun impian seperti kebanyakan wanita. 

Auden terduduk di sofa krem sambil memijit kepalanya yang pening, menikah bersama gadis polos bodoh yang rumah tangganya di ujung tanduk. Pernikahan rahasia ini tidak ada yang pernah tahu. 

Masih dengan tubuh yang gemetar, Ayla hanya terdiam mematut di depan cermin. Menikah? Kepalanya terus berputar, di saat banyak wanita menangis harus dengan pernikahan yang dijalani, dia harus merasa nelangsa luar biasa. 

Gadis itu sengaja masuk ke dalam ruang ganti agar tak terus berhadapan dengan Auden yang terus mengeluarkan banyak kata yang merendahkan dirinya. Dia sadar hanya jadi butiran pasir di mata laki-laki itu. 

Sekarang Ayla bingung untuk keluar, sedangkan tadi Auden sudah memberi ultimatum agar jangan lama memilih gaun. Harusnya pria itu tak perlu repot-repot membawanya ke sini memilih gaun, bahkan menikah hanya memakai piyama juga dia tidak masalah. Pernikahan ini hanya sebatas perjanjian di atas kertas. 

"Kenapa lama sekali? Apa yang kau lakukan di dalam?" Dengan kasar Auden membuka tirai penghalang dan menatap nyalang pada gadis bodoh yang hanya mematung. Apa yang sebenarnya berada di dalam isi otaknya?

"Masih banyak hal yang harus kulakukan? Kenapa kau malah tidak melakukan apa-apa?" semprot pria itu. "Inilah orang miskin, sering melalaikan waktu," tambahnya. 

Tubuh Ayla mematung, rasanya seperti dia dikutuk jadi batu. 

Auden pergi lagi, gadis itu hanya bisa menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Dia memang tak tahu gaun apa yang akan dipilih. Ayla tak pernah punya bayangan sama sekali. 

"Cepat pakai saja gaun ini. Tak ada lagi acara lelet-lelet." Auden masih marah-marah, seorang petugas membawa gaun yang telah dipilih pria itu. Ayla hanya melongo, gaun ungu yang dipilihkan terlalu mewah untuknya yang jadi butiran debu di mata laki-laki itu. 

Sekarang Ayla lebih mematung, tapi saat dia berbalik dengan kaku Auden langsung menatapnya tajam. Dibantu petugas dia mencoba untuk memakai gaun tersebut. 

Gaun pengantin dengan off the shoulder ball gown berbahan tulle, menawan bersama detail bunga warna-warni lembut yang tersebar memenuhi bagian atas gaun hingga beberapa di bagian bawah. Warna ungu lembut menjadi dasar pemilihan warna gaun pengantinnya.

Tubuh kecilnya tenggelam dalam balutan gaun mewah tersebut, Ayla mencoba keluar ingin protes agar dipilihkan gaun yang sederhana saja. 

Saat sudah berada di hadapan Auden gadis itu hanya menunduk. 

"Sudah?" 

"I-ini berat." Gadis itu berkata jujur, Auden mendengkus. Tidak akan mendengarkan alasan apa pun. 

"Aku sudah tak punya banyak waktu.", 

"T-Tuan apa boleh ganti?" tanya Ayla dengan takut-takut sambil menggigit bibirnya. Sebentar lagi bibirnya berdarah, tapi Auden tak mendengar keluhan apa pun. Pria itu langsung menarik tangannya dan keluar dari butik. 

Detik ini Ayla merasa seperti Cinderella yang kabur karena diburu waktu. Tapi, anggap saja pria yang menariknya adalah ibu tiri yang kejam. Mulut Auden memang sangat jahat. 

"Kita akan menikah sekarang, tapi jangan terlalu banyak bermimpi yang jauh." 

Ayla hanya meremas gaun yang ia kenakan. Ini adalah kejadian aneh yang dialami olehnya, baru saja dia menandatangi surat perjanjian pra nikah, dan sebentar lagi dia akan punya status baru, walau semuanya berawal dari keterpaksaan. 

Auden melirik pada gadis kurus di sampingnya, tubuh kecilnya membuat dia tenggelam dalam gaun tersebut. Berbeda dengan istrinya yang punya tubuh semampai bak model, Sandra awalnya terjun ke dunia modeling dan melebarkan sayap ke akting. 

Andai mereka pasangan yang saling mencintai, tentu saja pernikahan ini adalah yang paling membahagiakan. Hari memorable yang takkan pernah dilupakan, sekarang hanya tersisa luka. 

"Kalau sampai Sandra tahu yang sebenarnya, aku yang akan membocorkan kepalamu!" Rahangnya mengetat, Ayla kian memeluk tubuh ringkihnya. Tentu saja dia tidak akan melakukan apa-apa, apalagi memberitahu yang sebenarnya. Dia tahu semua orang pasti akan menuduh dirinya sebagai penggoda. 

Keduanya tiba di sebuah gedung tinggi bagunan tua dengan arsitektur yang begitu indah. Ayla melongo sebentar mengagumi keindahan gedung tinggi di depannya. Saat bantingan pintu yang begitu keras kembali menyadarkan dia. 

Ternyata mereka sudah tiba di sebuah gereja. Keduanya melangkah bersama. Lirikan matanya menurun pada genggaman hangat tangan besar itu. 

Ayla mendongak menatap Auden yang mengangguk ke arahnya, wajahnya melunak tak ada tatapan penuh permusuhan dan mencemooh. Tumben sekali pria ini, apa di tempat suci jadi dia tobat? 

"Tetap jadi gadis manis di manapun kamu. Bahkan pernikahan ini selesai," bisik Auden membuat sang gadis menahan napas. Keduanya berjalan sepanjang lorong menuju altar, dia akan mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan, walau perjanjian yang mereka lakukan bisa saja membuat Tuhan marah. 

Keadaan dalam sepi, dengan bangku panjang yang berjejer rapi. Pemberkat sudah menunggu di atas altar. Ayla sedikit gugup detik ini, mengucapkan janji suci di hadapan majikannya. Mereka telah melukai banyak hati dengan pernikahan ini, pun kedua belah pihak banyak menanggung luka. 

"Hanya satu tahun." Ayla kembali mengingatkan dirinya jika luka yang ditanggung sekarang hanya berlangsung setahun, apa luka bisa sembuh? Atau luka yang dirasakan akan berakhir luka dalam? 

Auden bersikap begitu tenang, seolah dia adalah pria gentleman berbahagia yang meminang kekasih hatinya di hadapan Tuhan. 

Ayla tahu semua ini hanya sandiwara,  gadis itu sudah mengkhayal saat menikah suatu hari nanti dengan lelaki sederhana yang menerima dirinya. 

Keduanya berdiri berhadapan dengan  saling menggengam tangan untuk berucap janji di hadapan Tuhan. 

"Aku berjanji untuk membantumu mencintai hidup, menggenggammu dengan lembut untuk kesabaran karena itulah yang dibutuhkan cinta, untuk mengatakan kata-kata jika dibutuhkan dan berdiam jika ternyata kata-kata tak dibutuhkan lagi, dan untuk hidup di kehangatan hatimu yang aku sebut rumah." 

Auden begitu lugas mengucapkan kata-kata tadi yang membuat Ayla menduga jika itu adalah janji sumpah yang dia ucapkan untuk istrinya tercinta, laki-laki itu telah menodai janjinya. 

Ayla tertegun menatap sang majikan tanpa bisa membalas apa-apa, dia tak punya kata-kata karena Auden tidak mengajarkan apa-apa. Harusnya pria ini memberi catatan untuknya agar dia bisa menghafal terlebih dahulu. 

Ayla hanya menatap Auden seperti kambing congek, berharap pria itu bisa menolong dirinya. Keduanya masih berhadapan dengan tangan saling menggenggam. 

"Ucapkan apa saja," bisik Auden dengan aura penuh intimidasi yang membuat Ayla menelan ludah kasar. 

Dengan otak pas-pasan yang dia miliki, gadis itu menutup matanya dan mencoba menyebutkan mantra meniru ucapan Auden, dan sekiranya ucapan yang sering diucapkan para pengantin. 

"Saya akan mencintai suami saya dan akan selalu membuatnya bahagia. Akan setia kepadanya dalam pikiran, ucapan dan juga perbuatan. Akan menjadi seorang ibu yang baik dari anak-anak, akan menjadi seorang istri yang baik dan menaati petunjuknya dengan baik. Akan membina keluarga yang rukun dan juga bahagia di waktu senang dan di waktu susah." 

Hanya dengan sekali napas Ayla mengucapkan kata keramat tersebut dengan tubuh gemetaran, jantungnya kian berdegup kencang tidak akan menyangka bisa mengucapkan kata-kata tadi, walau kenyataan nanti tidak seperti itu. 

Auden tersenyum hangat ke arahnya, jantung gadis itu kian copot rasanya. Baru kali ini pria itu tersenyum hangat ke arahnya pun dengan senyuman tulus yang pertama kali dia tunjukkan. Benar-benar sulit dipercaya oleh akal sehatnya. 

"You may kiss the bride." 

CUP! 

Sebuah kecupan di keningnya yang meluluhkan semua ketakutannya selama ini. Gadis itu melotot, tapi tubuhnya kembali mematung, tidak menyangka dengan gerakan tiba-tiba tersebut. 

"Tetap jadi gadis manis jika ingin hidupmu tenang," ucap pria itu tenang penuh ancaman. Ayla hanya menelan ludah kasar, wajahnya dan juga sangat majikan begitu dekat. 

CUP! 

Kecupan itu kembali dilayangkan, Ayla kembali melotot. 

Keduanya kembali bertatapan.

"Istriku?" Auden tersenyum mengejek ke arahnya. Ayla bisa merasakan seluruh bulu kuduknya berdiri. Apa sekarang dia sudah menjadi istri orang? Majikannya sendiri?

Semoga semua ini hanya mimpi, karena dia belum siap. Apalagi kenyataan jika dia adalah penyebab kehancuran rumah tangga kedua majikannya. 

Oh Tuhan! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status