"Kamu sungguh tidak apa-apa sekarang?" tanya Sandra penuh kekhawatiran. Ayla hanya bisa mengangguk dengan perasaan bersalah penuh. Dia sedang memotong buah untuk sarapan mereka, Sandra menyiapkan roti untuk suaminya. Kembali menjalani rutinitas sebagai seorang pembantu walau dengan status yang berbeda. Sandra mempertanyakan jika dia sudah sembuh dari sakitnya.Fisiknya mungkin baik-baik, tapi luka yang ditorehkan Auden tidak akan sembuh begitu saja, mungkin juga tidak akan ada penawar luka. Pria brengsek yang tega memperkosanya hingga hamil, mengajaknya menikah kontrak selama satu tahun, setelah ini semuanya selesai. Mungkin nyawa Ayla sedang digadai dan sekarang menghitung mundur satu tahun ke depan. "Nanti Moer akan datang." Kepala Ayla terangkat saat mendengar Moer, seorang wanita cantik yang begitu keibuan, lembut, dan begitu berwibawa. Dia selalu merasa terlindungi saat berada di sekitar Nyonya besar. "Moer akan mengajak kamu belanja," tambah Sandra. Perasaan haru membuat Ay
Sekarang Ayla bingung akan benar-benar mengorbankan temannya yang tak berdosa atau membiarkan semuanya terbongkar? Saat kenyataan terkuak, dia akan selalu berada di posisi yang lemah dan salah. Jika Ivo yang tak bersalah dan tak berdosa terlibat saat terkuak dia bisa meminimalisir kemungkinan terusir dari rumah ini, karena hamil dari kekasihnya bukan dari sang majikan. Tanpa sadar tangannya meremas kertas itu hingga lusuh dan tak berbentuk lagi, Ayla menendang-nendang kakinya ke lantai, tak punya langkah pasti. Kebanyakan memikirkan siapa yang menjadi kambing hitam membuat perutnya bergejolak, rasa ingin muntah begitu besar. Kembali berbaring untuk menghilangkan rasa mual yang belum juga reda, dengan menelan ludahnya berkali-kali. Ayla bangun lebih pagi dari biasanya, dia akan menyiapkan sarapan pada kedua majikan seperti biasanya. Semalaman dia tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan semua kemungkinan dan tak ada kesimpulan yang pasti tentang apa yang harus dia lakukan. "H
(MENGANDUNG MUATAN DEWASA) ____Setelah mengantarkan sang istri ke lokasi syuting Auden kembali untuk mengerjai sang pembantu. Bukan, kalian terlalu berpikir jauh. Sebagai rasa tanggung jawab pada gadis bodoh itu dia akan mengantarkan Ayla ke dokter untuk meminta obat pereda mual, gadis itu tak boleh terus-terusan muntah setiap hari yang membuat Sandra curiga. Ayla sedang berada di dapur mengemas dan membersihkan makanan untuk satu minggu ke depan, dia sedang memikirkan akan membuat menu apa untuk makan siang. Auden hanya melihat dari kejauhan tubuh mungil itu mondar-mandir di dapur. Terkadang rasa bencinya pada gadis bodoh itu memuncak tanpa sebab, gadis itu hadir untuk menghancurkan pernikahan indahnya bersama Sandra. Saat melihat tatapan polos dan juga bloon yang gadis itu tunjukan membuatnya sadar jika dia tidak bersalah, tapi dirinya yang menyeret si pembantu dalam pusaran masalah. "Masih mual?" Suara Auden tiba-tiba yang mengejutkannya membuat pegangan di tangannya terjatu
Ayla seolah tak punya hak untuk marah, hanya bisa menahan semua emosi yang bergejolak dan menelannya, sepahait apa pun itu. Tahu harga dirinya hanya sebatas keset kaki di mata Auden dia tak bisa marah saat pria itu sudah memerintahnya membuat salad buah. Auden bersikap seolah tak terjadi apa-apa, padahal Ayla sudah telanjang bulat dan begitu pasrah agar tubuhnya dimiliki pun langsung tak minat. Ya, harusnya dia sadar jika tubuhnya kurus kering seperti ranting berjalan, dibandingkan dengan tubuh Sandra yang semuanya dirawat. Gadis itu menggigit bibirnya menyadari apa yang dia lakukan. Ayla sedang mengupas buah pear sedangkan Auden mencuci anggur. Gadis itu juga penasaran apa yang pria ini pikirkan soal penemuan nomor Ivo. Walau masih merasa terluka tapi dia tak terlalu takut seperti sebelumnya, bahkan kali ini dia merasa nyaman? Mengintip malu-malu melalui bulu mata lentiknya pria matang di sampingnya yang sangat sempurna, tapi juga sangat brengsek di saat bersamaan. "Sebenarnya
"Apa yang kalian lakukan?" murka Sandra menatap berang pada kedua manusia yang telah basah.Ayla hanya bisa menunduk dengan perasaan bersalah yang menguasai dadanya. Hanya memainkan jari-jari kakinya di bawah, tak sanggup membayangkan lebih jauh jika semua rahasia yang telah disimpan rapat akan terkuak."Tidak ada apa-apa, Sayang. Ayo, mandi. Bajuku basah semua.""Tak biasanya kamu cuci mobil di rumah, biasanya selalu di car wash." Sandra masih tak puas hati dengan jawaban yang diberikan sang suami, tapi Auden sudah memeluk pinggang sang istri posesif sambil mencium rambutnya wangi, lembut dan terawat tersebut."Kenapa pulang cepat?" tanya Auden berbisik dan terus mengendus-endus leher sang istri, sangat merindukan istrinya juga perasaan bersalah yang bersarang di hatinya. Bagaimanapun Sandra tidak boleh tahu apa yang terjadi, sampai kapanpun. Auden rela menukar nyawanya demi sang istri.Ayla hanya menatap dari kejauhan dua majikannya masuk dalam ruangan kembali bersikap mesra dan ter
Delisha mengundang Ayla untuk menginap di rumahnya. Sandra mengizinkan karena wanita itu sedang syuting di luar kota selama beberapa hari. Sebenarnya Ayla merasa tak enak hati, tapi memikirkan jika hanya menghabiskan waktu bersama Auden lebih baik dia menghindar. Delisha sudah menunjuk sebuah kamar kosong untuknya. Sang gadis masuk ke dalam kamar untuk meletakkan pakaian miliknya, bahkan Delisha memaksa untuk membawa pakaian satu koper karena Ayla akan menginap selama tiga hari. Kamarnya rapi dan terlihat sudah lama tidak ditinggali, terlihat seperti kamar bujang. Ayla merebahkan tubuh sebentar karena merasa lelah, gadis itu menutup mata bertanya-tanya hidup seperti apa yang sedang dia jalani ini. Ketukan di pintu kembali menyadarkannya, bergegas bangkit dari ranjang dan berjalan membuka pintu. "Ayo, minum teh bersama," ajak Delisha. Ayla selalu merasa tak enak hati pada wanita cantik ini, dia begitu baik. Tidak hanya rupanya yang seperti malaikat, tapi hatinya juga seperti mal
"T-tuan." Ayla berujar gugup. Masih kesulitan bernapas tapi Auden seolah tak memberi ruang padanya. Pelukan itu kian mengetat."Panggil Paduka.""P-Paduka." Panggilan penuh keraguan tapi juga terdengar polos di saat bersamaan membuat Auden berkali-kali harus mengumpat.Ayla tahu seharusnya ini tak terjadi pose intim seperti ini, gadis itu menggigit bibir kuat tak bisa membayangkan perasaan Sandra. Sebagai sesama perempuan Ayla seperti bisa merasakan kehancuran sang majikan wanita. Pada akhirnya dia tetap salah, jadi perusak rumah tangga orang lain.Saat Auden melonggarkan sedikit pelukan itu Ayla mendongak, mengagumi ketampanan sang majikan. Jika anak mereka laki-laki akan tampan seperti ayahnya?Dengan cepat Ayla menggeleng, mengenyah segala pikiran aneh yang terlintas di kepalanya.Keduanya terdiam keadaan mendadak sunyi, hanya mendengar suara degupan jantung yang bertalu-talu.Saling menatap seolah menyampaikan resah dan kesah. Auden menunduk. Menahan degupan jantung yang hampir co
Ayla hanya menatap polos pada sang majikan yang sedang menggendong tubuhnya menuju kamar. Masih dengan gemas Auden memukul bokong Ayla berkali-kali membuat gadis itu menggigit bibir kuat. Tentu saja dia tidak akan berani protes, dan akan menerima apa saja hukuman yang Auden beri padanya. Membuka pintu dengan kakinya dan kembali menutup, dengan sedikit kasar Auden meletakkan Ayla di atas ranjang. "Kamu harus dihukum!" desis Auden. Sejujurnya dia menikmati semua kebersamaan ini, tapi tahu semuanya hanya semu. Ayla seolah sedang mencuri milik orang, dan dia harus bersembunyi dari ketakutan jangan sampai ketahuan. Menelan ludahnya dengan susah payah Ayla masih menatap sang majikan yang menatapnya dengan tatapan yang menggelap karena gairah.Ayla teringat wajah cantik sang majikan wanita yang akan kecewa luar biasa tahu kenyataan ini. Suamimu menghamili pembantu sendiri, apa tidak ada berita yang lebih menyakitkan dari ini? Gadis itu bisa memposisikan dirinya jadi wanita yang tersakit