Beranda / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 14 Lingerie Berbahan Satin

Share

Bab 14 Lingerie Berbahan Satin

Penulis: Simbaradiffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-11 09:02:24

Alvaro berdiri dari kursinya dengan kasar tanpa sepatah kata lagi, Alvaro meninggalkan meja dengan langkah cepat, membuat seluruh kantin bertanya-tanya.

Fiona terdiam, dia masih terkejut dengan kemarahan Alvaro. Juwita, yang awalnya merasa kesal hanya tersenyum sinis. Dia memandangi Fiona sejenak sebelum ikut pergi dengan sikap sombong. Anggota OSIS lainnya mengikuti langkah Juwita, meninggalkan meja yang sekarang kosong.

Fiona masih berdiri di tempatnya, menatap uang yang ada di atas meja.

“Fiona, duduklah! Kamu telah berhasil membuat mereka pergi,” ujar Maya yang duduk terlebih dahulu di bangku tersebut.

“Ngapain kalian lihat-lihat!? Mau aku keluarkan mata kalian,” teriak Fiona dengan keras, menatap ke semua siswa yang melihat ke arahnya.

Fiona menghela napas lalu ikut duduk dengan kesal, mengabaikan kejadian sebelumnya. Mereka memesan makanan.

Saat mereka sedang asyik makan sambil berbicara, tiba-tiba Sintia berjalan mendekati meja mereka dengan gugup tetapi memiliki keberanian
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
pasti c Fiona yg pake mobil biru nih diskors dari sekolah mlh ikut balap liar weeey Williams istrimu tuh di iket j diranjang biar diem dirumah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 104 Mencintaimu

    Beberapa hari kemudian. William dan Fiona merasakan kehancuran. Dunia mereka runtuh.Pencarian terus dilakukan. Dan akhirnya, sebuah nama mencuat sebagai dalang dari penculikan Ezra ternyata adalah Zayver adik tiri William. Setelah kematian Azalea pada saat itu, Zayver menyalahkan Ezra. Ia tak bisa menerima kematian kekasihnya itu, dan dalam obsesi balas dendam, ia menculik Ezra dan menjualnya ke jaringan perdagangan manusia.Beberapa tahun setelah penculikan…Penyelidikan membuahkan hasil—Zayver tertangkap. Tapi sayangnya, Ezra tak ditemukan. Zayver mengatakan bahwa anak itu sudah meninggal, namun tak ada jasad, tak ada bukti.Fiona menolak untuk percaya.Meski bertahun-tahun berlalu, dan usia Ezra kini seharusnya sudah beranjak dewasa, mereka tidak pernah berhenti mencari. Tidak pernah berhenti berharap.****[Kembali ke masa kini.]Fiona menatap suaminya dengan mata berkaca. “Aku tahu ini mungkin terdengar gila ... tapi hatiku mengenali anakku sendiri.”William memegang tangann

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 103 Semua Menjadi Gelap.

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah tirai kamar, menciptakan pola cahaya di lantai kayu. Nessa terbangun dengan kepala berat, mengingat kejadian semalam yang masih membekas. Namun, suasana pagi ini terasa berbeda. Dawson kini terlihat lebih hangat.“Pagi,” sapa Dawson sambil menyodorkan secangkir teh.Nessa menerima cangkir itu. “Terima kasih,” jawabnya pelan.Dawson duduk di kursi samping Nessa, menatap ke arahnya. “Aku bisa mengantarmu ke kampus hari ini,” ucapnya.Nessa menggeleng pelan. “Hari ini aku tidak ada kelas,” jawabnya.Dawson mengernyit, matanya menelusuri pakaian rapi yang dikenakan Nessa. “Tapi kau sudah berpakaian rapi. Mau ke mana?”Nessa menarik napas dalam-dalam. “Aku bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Hari ini aku berniat mengundurkan diri.”Dawson terdiam sejenak, lalu bertanya, “Untuk apa kau bekerja? Bukankah aku sudah bilang, kau tidak perlu memikirkan hutang itu lagi?”“Sebelum kamu mengetahui utang itu, aku sudah bekerja. Aku ingin menyel

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 102 Terjebak Dalam Rasa

    Satu langkah di belakangnya, Nessa terus menatap sekeliling.Bukan ini yang dia bayangkan. Ketika pria itu memintanya menjadi pacar pura-pura untuk satu malam, ia mengira akan dibawa ke restoran mewah, seperti duduk berdampingan dengan gaya formalitas, dan selesai. Namun, ternyata dia malah mengajaknya ke klub malam.Nessa menarik tangannya untuk berhenti.“Tunggu. Ini bukan restoran.”Nada suaranya curiga, bahkan sedikit dingin.Pria itu menoleh santai. “Ya, bukan. Tapi aku tidak pernah bilang aku akan membawamu ke restoran.”“Kau mau apa? Jangan bilang—”“Kau berpikir aku akan berbuat yang tidak-tidak?” ucapnya menyela dan tersenyum sinis. “Kalau aku punya niat buruk, aku tidak akan repot-repot membuatmu berpura-pura jadi pacarku.”Nessa mengernyit. “Kau tetap saja menyebalkan.”“Kau harus berhenti memanggilku begitu … mulai sekarang,” katanya cepat. “Setidaknya malam ini, saat di depan teman-temanku, panggil aku dengan benar—namaku Ethan.”“Terserah. Tapi aku tetap tidak mau masuk

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 101 Karena Sentuhan Itu

    Nessa terdiam, sama sekali tidak marah dengan Dawson yang tiba-tiba menciumnya. Dawson yang tidak mendapatkan penolakan dari istrinya, kembali mencium Nessa lebih dalam lagi.Suasana di dalam kamar tiba-tiba berubah menjadi hangat yang menggantung di udara, tetapi di sela-sela ciuman mereka. Ponsel Dawson berdering keras, memecah suasana. Ia segera menghentikan ciuman itu dan menoleh ke arah nakes, tempat ponselnya diletakkan.Dawson segera bangkit dari atas ranjang dan menjauh. Nessa tetap di tempat. Ia menggigit bibirnya sendiri. Jantungnya masih berdetak cepat. Ia hampir terbawa arus perasaannya.Dari kejauhan, terdengar suara Dawson berbicara lewat telepon, tapi terlalu pelan untuk didengar jelas.“Ya, aku mengerti. Aku akan mengurusnya malam ini...” “Tidak. Jangan lakukan apa pun sebelum aku tiba.”Nessa akhirnya membalikkan badannya ke sisi lain, menarik selimut dan memejamkan mata.Beberapa saat kemudian, Dawson kembali. Ia melihat istrinya sudah tertidur, napasnya teratur.

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 100 Sudah Mengecup Bibirnya

    Salah satu dari mereka—yang paling depan—menatap Nessa dari ujung rambut sampai ke kaki, lalu menyeringai.“Apa aku tidak salah lihat? Jangan-jangan kamu sudah jatuh miskin, sampai kerja di tempat seperti ini?”Nessa menarik napas panjang. Menahan semua amarah yang sudah menggelegak di tenggorokannya. Ia mencoba menatap mereka dengan tenang dan berkata, “Apa ada yang ingin dipesan? Kalau tidak, silakan pergi. Anda menghalangi pelanggan lain.”Jawabannya itu seperti cambukan yang menghantam harga diri ketiganya. Salah satu dari mereka melangkah maju, hendak membalas dengan sindiran lain, tapi suara dingin menghentikannya. “Cukup.”Suara itu berasal dari pria menyebalkan yang sejak tadi berada di samping Nessa. Mereka semua menoleh ke arahnya.Tatapan matanya tajam, dingin, tanpa senyum sedikitpun.“Jika tidak ingin membeli apa pun, silakan pergi dari sini. Atau kalian harus membayar kerugian minuman yang kalian buat jatuh.”Gadis-gadis itu tampak tidak percaya. Salah satunya mencoba

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 99 Sepasang Tangan Kokoh

    Pria itu—dengan jas hitam dan mata tajam—tersenyum melihat siapa yang baru saja masuk dan melamar kerja di tempat itu.“Wow … kita bertemu lagi lebih cepat dari yang kukira.”Nessa langsung memutar bola matanya. Dalam hati, ia menghela napas panjang. ‘Harusnya aku curiga kenapa tempat ini terasa kurang bersahabat sejak masuk.’Ia menoleh pelan ke arah sumber suara, dan benar saja—pria menyebalkan dari lampu merah itu. Pria yang hampir menabraknya. Pria yang sekarang duduk santai sambil menikmati kopinya, seperti sedang menonton pertunjukan yang menghibur.“Kenapa kau ada di sini?” tanya Nessa malas, suaranya datar.Pria itu menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, masih dengan senyum mengganggu di wajahnya. “Kebetulan. Ini kafe favoritku. Aku sering mampir ke sini setelah jam kantor.”“Dan kebetulan aku melamar kerja di tempat yang salah,” gumam Nessa pelan, lebih untuk dirinya sendiri.“Tidak salah, kok. Bahkan menurutku… ini sangat menarik, kita bisa bertemu setiap hari,” jawab pria i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status