Home / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 2 Mencoba Menggodanya

Share

Bab 2 Mencoba Menggodanya

Author: Simbaradiffa
last update Last Updated: 2024-06-22 16:35:59

Fiona yang sedang berada di lantai dua, tiba-tiba dikejutkan oleh suara seseorang yang ada di belakangnya.

"Apa kau sedang menyebar pesona?" kata William, membuat Fiona terkejut.

"Hah! Kau membuatku terkejut! Bagaimana jika aku terjatuh dari atas balkon ini?!" teriak Fiona dengan suara nyaring.

Gadis itu benar-benar terkejut setengah mati karena dia sedang berusaha untuk meraih salah satu buah anggur yang menjalar di atas balkon. Tubuhnya tidak bisa menggapainya, sehingga Fiona mencoba naik ke atas kursi demi meraih buah anggur kesukaannya. Meskipun Fiona sudah memakan beberapa buah anggur itu langsung dari pohonnya, dia ingin meraih buah yang lebih tinggi dan lebih besar.

William sama sekali tidak peduli dengan kata-kata Fiona. "Turun!" perintahnya, menyuruh Fiona untuk turun dari atas kursi.

William, yang sebelumnya memperhatikan Fiona dari balik CCTV, sangat dikejutkan dengan tingkah istrinya yang seperti anak kecil. Meskipun William tahu bahwa istrinya masih sangat muda, ia khawatir gadis itu akan terjatuh. Sebelumnya, Fiona mencoba mengendap-endap seperti pencuri untuk mencuri buah anggur dan memakannya langsung dari pohon tanpa memperdulikan risiko jatuh dari balkon.

Belum lagi pakaian seksi Fiona yang bisa saja terlihat dari lantai bawah oleh penjaga yang ada di sekeliling rumah Stefanus Thene. Hal itu membuat William datang untuk menyuruhnya turun.

William bisa saja menyuruh pembantunya untuk menegur Fiona, tetapi pria itu lebih tertarik untuk menyuruhnya turun dengan caranya sendiri.

Fiona dengan wajah cemberut, menatap ke arah buah anggur yang hampir saja bisa dimakan olehnya jika tidak dikejutkan William. Dengan terpaksa, Fiona hendak turun dari atas balkon. Matanya membulat saat melihat ketinggian dari atas, membuat kakinya gemetar dan kehilangan keseimbangan.

"Ah…" Fiona teriak dengan mata terpejam dan bersiap untuk merasakan tubuhnya yang akan terjatuh.

Pluk!

Fiona terjatuh ke dalam pangkuan William yang duduk di kursi roda.

Gadis itu masih saja terpejam dengan detak jantung yang berdebar kencang, merasakan seperti ada sesuatu yang aneh saat terjatuh dari ketinggian. Fiona mengira jika dirinya terjatuh, tetapi tidak merasakan sakit sedikitpun.

"Berapa lama lagi kamu akan terus berada di atas pangkuanku?" bisik William di telinga Fiona.

Tubuh Fiona menegang, dan dia membuka matanya melihat tubuhnya sendiri yang ternyata tidak terjatuh ke bawah melainkan ke atas pangkuan William. Dengan refleks, Fiona hendak berdiri, tetapi karena kakinya belum benar-benar tertatah dengan benar, Fiona malah kembali terduduk di atas pangkuan William.

Mata William menyipit saat tubuhnya harus tertimpa dengan begitu keras oleh tubuh Fiona.

"Ah! Maaf-maaf, aku tidak sengaja," kata Fiona lalu kembali berdiri dari atas tubuh William.

Wajah William tampak tidak bersahabat, menatap Fiona dengan tajam. "Masuk!" William menyuruh Fiona untuk masuk.

"Untuk apa aku masuk? Apa kau sudah tidak sabar untuk melakukan malam pertama kita?" Fiona berucap dengan nada suara yang berubah. Suaranya seperti dibuat-buat agar terdengar lembut layaknya wanita murahan yang sedang berusaha menggoda mangsanya.

"Berbicaralah dengan benar!" William menyuruh Fiona berbicara dengan nada yang sebenarnya. Saat Fiona meminta maaf, suaranya begitu lembut dan mampu menggetarkan hati William. Selain wajahnya yang cantik, suaranya pun begitu enak untuk didengar, tidak seperti yang digunakan saat ini.

"Kau menyukai suaraku?" Fiona berucap dengan suara aslinya sambil berjalan mendekati William. Saat langkah kakinya hanya tinggal dua langkah lagi, Fiona memutar tubuhnya sambil tersenyum.

William berdecak melihat tingkah Fiona yang terus berusaha menggoda dirinya. Fiona terus berputar sampai kepalanya terasa pusing. Fiona berniat menggoda William dengan gerakan yang biasanya dilakukannya saat berolahraga, seperti gerakan pole dance. Namun, karena tidak ada tiang yang biasa digunakannya, dia hanya berputar seperti orang yang sedang menari.

Akibat beberapa kali berputar dengan gaya menggairahkan, Fiona kehilangan keseimbangan tubuhnya, menyebabkan tubuhnya terhuyung ke depan.

"Ah!"

Brughh…

Fiona terjatuh dan berlutut tepat di kaki William yang berada di depannya, membuat setengah tubuh Fiona berada di kursi roda yang diduduki William. Wajah Fiona hampir saja menyentuh bagian lain jika pria itu tidak menahan pundak Fiona.

Fiona mendongak sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. "Hehe! Maaf-maaf, aku tidak sengaja, lantainya sangat licin!" Fiona berucap sambil hendak berdiri. Saat tangannya berusaha menahan kursi, kursi roda yang diduduki William sedikit bergeser. Fiona lagi-lagi menjatuhkan tubuhnya.

William berdecak kesal dan langsung mengangkat tubuh Fiona ke atas kursi rodanya. William begitu mudahnya mengangkat Fiona, walaupun duduk di kursi roda. Tangan William begitu kuat mengangkat Fiona, membuat gadis itu cukup terkejut dengan tindakan William yang membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Ah!" Fiona terkejut saat tubuhnya tiba-tiba dilempar ke atas ranjang.

"Kau, jangan kurang ajar, ya!" ucap Fiona sambil menunjuk William, dengan satu tangan lagi menutupi tubuhnya.

William mengabaikan perkataan Fiona, padahal dia sendiri yang sejak tadi terus bersikap menggoda. "Ganti bajumu."

"Hah! Untuk apa aku mengganti bajuku? Apa kau ingin aku…” Fiona menatap William dengan gaya duduk dalam pose tunduk, sengaja dibuat-buat untuk mencoba menggoda William. Fiona tersenyum dengan begitu imut. Mungkin jika William tidak lumpuh dan tidak duduk di kursi roda, tingkah Fiona yang seperti ini akan membuatnya diterkam langsung oleh William, yang kini sedang meremas kedua tangannya, mulai kesal dengan tingkah Fiona yang terus berusaha menggodanya.

'Ck, gadis ini benar-benar minta diberi hukuman!’ William berucap dalam hati.

"Kau tidak perlu repot-repot menggodaku, karena aku sama sekali tidak tertarik!" William berkata dengan datar, lalu kembali berbicara. "Ganti bajumu, walaupun aku tidak tertarik padamu, jangan merendahkan dirimu sendiri!" William berucap dengan begitu dingin lalu segera pergi dari hadapan Fiona.

"Sial! Mana mungkin dia tidak tertarik padaku? Tapi ini cukup bagus untukku.” Fiona berbicara sendirian. Fiona segera berdiri untuk mengganti pakaiannya, dan masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam di air hangat.

Setengah jam kemudian, Fiona baru saja selesai keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang telah lengkap. Fiona mengenakan jeans pendek dan t-shirt.

William, yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya di atas meja kerjanya, tak sengaja melihat Fiona yang melintasinya begitu saja. William langsung menutup dokumennya.

"Siapkan air hangat untukku," kata William sambil melihat ke arah Fiona yang kini menoleh ke arahnya.

"Hah! Apa?" Fiona berpura-pura tidak mendengar dengan jelas perkataan William.

"Kau harus memandikan suamimu ini!" ucap William dengan datar.

Dengan kedua matanya yang terbelalak, Fiona tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Pria itu baru saja memintanya untuk memandikannya, membuat Fiona cukup terkejut.

"Apa kau sudah tidak waras? Aku tidak mau melakukannya," jawab Fiona dengan nada tegas, menolak permintaan William tanpa ragu.

“Kamu harus memandikanku! Kau istriku sekarang,” balas William.

Fiona memutar kedua bola matanya. "Ya, aku tahu, sekarang aku telah menjadi istrimu! Tetapi menikah denganmu tidak berarti aku harus menuruti pada keinginan anehmu itu," katanya dengan sinis.

"Ini bukan tentang keinginan aneh, ini tentang tanggung jawabmu sebagai istriku! Sekarang siapkan air hangat,” desaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
gatot ya fi g bisa godain suami yg tak diinginkan......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 97 Suamiku

    Tangannya gemetar saat menekan nama kontak yang disimpannya sebagai “Suamiku.” Nessa belum mengganti nama yang ditulis Dawson.Panggilan tersambung.“Dawson… tolong aku...” bisiknya, hampir menangis.Tapi yang menjawab bukan suara Dawson.“Halo?” suara wanita terdengar di seberang telepon.Nessa membeku.Suara itu sangat asing, tapi cukup untuk menusuk dadanya. Ia tidak menjawab. Dadanya sesak, napasnya terhenti.Sudah cukup lama Dawson tidak pulang. Sudah cukup lama ia tidak tahu apa yang sebenarnya pria itu lakukan di luar sana.Dan kini, saat ia dalam bahaya, telepon Dawson dijawab oleh wanita lain. Kini ia menemukan jawabannya. Nessa tersenyum getir lalu mematikan sambungan teleponnya.“Dawson...” gumamnya sekali lagi, nyaris tanpa suara.Di saat ia masih terpaku, satu dari pria itu kembali menariknya. Kali ini lebih kasar. “Sudah cukup main ponselnya!”Nessa teranjat kaget dan langsung berteriak, mencoba melarikan diri, tapi salah satu dari mereka berhasil menangkapnya dan mend

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 96 Desiran Napas Pelan

    Suasana hening, hanya suara detik jam dan desiran napas pelan yang mengisi ruangan.Nessa masih berada dalam pelukan Dawson, tubuhnya menegang meski perlahan mulai terbiasa dengan kehangatan yang menyelimuti punggungnya. Ia bisa merasakan detak jantung pria itu tenang, stabil—tidak seperti miliknya yang kacau.Dengan suara pelan, Nessa berusaha tenang. “Apa kau datang untuk tidur di sebelahku?” katanya. Dawson tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap wajah Nessa yang separuh masih tertutup rambut, kemudian menyelipkan beberapa helai rambut itu ke belakang telinga gadis itu. Sentuhan itu pelan, tapi membuat tubuh Nessa seolah dialiri listrik halus.“Aku tidak datang hanya untuk tidur di sebelahmu,” ucap Dawson tenang.Nessa mengerutkan alis.“Aku kembali ... karena aku ingin melihatmu,” lanjutnya.Nessa tersenyum sinis. “Bicaramu bisa membuat orang salah paham.”Dawson mendekat, wajahnya hanya sejengkal dari wajah Nessa. Matanya tidak lepas dari mata gadis itu. Tatapannya serius, tak

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 95 Kau Merindukanku

    Tak lama kemudian. Suara kecil terdengar dari mikrofon di telinga masing-masing.“Mobil boks target terlihat. Melewati jalur yang kita rencanakan,” lapor Max dengan nada cepat namun tenang.Dawson mengangguk meski tak terlihat. “Jaga posisi. Tunggu aba-aba.”Mobil boks berwarna abu-abu itu melaju pelan di jalanan rusak, tak menyadari bahwa di sekelilingnya, empat pria bersenjata lengkap tengah menunggu saat yang tepat.“Target dalam jangkauan,” gumam Ethan dari atap.“Siap di belakang,” ucap David pelan.Dawson menempelkan punggungnya pada dinding dan mengatur napas. Wajahnya datar, tapi matanya penuh fokus. Ia menatap bayangan kendaraan itu yang perlahan semakin dekat.“Tiga detik lagi,” bisik Max.“Dua…”“Satu.”Dan misi rahasia pun dimulai.Dawson dan David berhasil membuat ban mobil boks itu kempes. Ketika dua pria dari dalam kendaraan turun untuk memeriksa, keduanya langsung bergerak.Dawson menangkup mulut pria pertama dan menghantamkan sikunya ke leher. Dugg! Tubuh pria itu

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 94 Wajahnya Nyaris Bersentuhan

    Keduanya terdiam sejenak. Hanya suara napas Dawson yang berat dan aroma wine samar yang memenuhi ruang di antara mereka.Nessa ingin segera bangkit, tapi tangan Dawson kini melingkar di punggungnya, menahannya agar tidak pergi. Wajahnya nyaris bersentuhan dengan wajah Dawson. Mata pria itu terpejam, tapi bibirnya bergerak pelan, menggumamkan kata-kata yang membuat Nessa terdiam.“Jangan pergi…”Nessa menahan napasnya.Dia tahu Dawson mabuk. Tapi suara itu terdengar begitu tulus.Tangannya yang hendak mendorong dada Dawson perlahan melemah. Ia hanya bisa menatap wajahnya yang terlihat tenang. Begitu berbeda dari sosok Dawson yang biasanya dingin dan mengintimidasi.Nessa menggeleng kecil, lalu menepuk pipi Dawson pelan. “Kau mabuk, Dawson. Lepaskan.”Pria itu menggumam tak jelas, tapi pelukannya melemah. Dalam hitungan detik, ia tertidur lebih dalam, napasnya mulai stabil.Dengan hati-hati, Nessa melepaskan diri dari pelukannya dan bangkit dari sofa. Ia menarik napas panjang, menatap p

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 93 Bibirnya Menyentuh Jari

    Nessa terlonjak kaget dengan kedatangan Dawson tiba-tiba berdiri di sampingnya, tubuhnya reflek mundur. Tumit heels-nya terpeleset sedikit, membuat keseimbangannya goyah. Tas kecilnya jatuh ke lantai, mengeluarkan bunyi nyaring.Belum sempat Nessa terjatuh, Dawson sudah maju dan merangkul pinggangnya untuk mencegahnya jatuh membuat mata mereka saling bertatapan untuk sejenak.“Kenapa mengejutkanku begitu?!” seru Nessa sambil mendorong dada Dawson dengan kesal, membuat pelukannya lepas.Dawson tetap tenang, tapi matanya turun naik menelusuri penampilan Nessa. Dress hitam yang membentuk lekuk tubuhnya. “Dari mana saja kau?” tanyanya sekali lagi.Nessa memutar bola matanya, malas menjawab. Ia membungkuk untuk mengambil tasnya, lalu berdiri dan hendak membuka pintu kamar.Namun sebelum tangannya menyentuh gagang, Dawson bergerak cepat dan menyudutkannya ke dinding di sebelah pintu. Tubuhnya menekan Nessa, menahan ruang gerak gadis itu. Tangan Dawson bertumpu di sisi samping tubuh Nessa,

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 92 Gerakan Tubuhnya

    Di sisi kiri area taman kampus, tiga mahasiswi berdiri memperhatikan Nessa. Tatapan mereka tajam, menilai dengan sinis. Salah satunya bahkan melipat tangan di dada sambil menyipitkan mata.Nessa melihat mereka. Tapi seperti biasa, dia tidak peduli. Dia hanya berjalan melewati mereka dengan kepala tegak.Sampai satu kalimat bernada racun terdengar jelas di telinganya.“Dari mana lagi kalau bukan hasil jual diri?”Langkah Nessa berhenti. Ia berbalik perlahan dan menatap ketiganya dengan tatapan tajam.Mulutnya sudah hampir terbuka, ingin membalas perkataannya. Namun, suara orang yang memanggilnya membuat Nessa mengurungkan niatnya.“Nessa!"Suaranya nyaring, seorang gadis berambut panjang bergelombang menghampiri Nessa sambil melambaikan tangan.Wajahnya terlihat manis, dia adalah Evelyn—sahabatnya sejak semester pertama kuliah. Nessa segera menoleh dan menyambut Evelyn dengan senyum. Evelyn meraih tangannya dan menariknya menjauh dari tiga gadis tadi tanpa menoleh sekalipun.“Jangan

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 91 Jangan Main-main

    Air menyambutnya dingin, tapi ia tidak peduli. Matanya menyorot ke dasar kolam, tapi sebelum ia bisa meraih tubuh Nessa. Tawa gadis itu pecah di dekatnya.Nessa muncul ke permukaan, tertawa terbahak-bahak. “HAH! Kena kau!”Dawson terengah, dan menyadari Nessa berenang ke sisinya sambil terkekeh. “Kolamnya dangkal, bodoh! Lihat, aku bisa berdiri!”Wajah Dawson menyatu antara lega, marah, dan malu.“Kau pura-pura tenggelam?” suaranya datar, nyaris tak percaya.“Lihat siapa yang panik!” Nessa masih tertawa, lalu menyiramkan air ke wajah Dawson.Dawson menyeka air dari wajahnya dan menatap Nessa dengan tajam. “Kau pikir ini lucu?”“Lucu sekali,” jawab Nessa santai, menjauh darinya.Dawson menyusul. “Kau pikir kau bisa main-main denganku?”“Aku cuma membalas ciuman tadi,” sahutnya, senyum lebar di wajah Nessa.Tanpa peringatan, Dawson menarik tangannya. Nessa hampir jatuh lagi, tapi Dawson menahannya. Kini mereka kembali dekat, napasnya bersinggungan.“Kau suka bermain-main ternyata, baga

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 90 Pria Mesum

    Pada sore hari, Nessa baru saja pulang dari kampus. Sudah beberapa hari ia tidak mengikuti mata kuliah, membuat beberapa tugasnya tertinggal. Biasanya ia tidak terlalu peduli dengan hal semacam itu, tapi kali ini Nessa tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Ia ingin fokus belajar kembali. Ia tidak ingin uang pamannya yang telah membiayai sekolahnya terbuang sia-sia.Sejak kemarin, ia sudah diperbolehkan kembali ke rumahnya setelah Nick memberitahunya bahwa Dawson mengizinkannya pulang. Meski begitu, ia belum juga bertemu dengan pria itu—bahkan hingga sekarang."Ahh!" Nessa berteriak kaget ketika mendapati seseorang sedang duduk santai di dalam kamarnya, membaca buku diary miliknya."Kau?! Kenapa kau ada di sini!" tanyanya panik sambil berjalan cepat mendekat dan menyambar buku dari tangan Dawson.Dawson hanya mendengus kecil. Dengan cepat, ia menarik pergelangan tangan Nessa hingga gadis itu terduduk di atas pangkuannya."Hei! Lepaskan! Apa yang kau lakukan di sini?" serunya, mencoba me

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 89 Menariknya keatas Ranjang

    Dawson semakin mendekat, Nessa menjerit kecil lalu berlari tergesa ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu. Jantungnya masih berpacu cepat. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu kayu, mencoba menenangkan diri dari rasa takut dan marah yang bercampur aduk.Di luar, Dawson hanya tersenyum tipis. Dia membiarkan gadis itu bersembunyi dan kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. Pundaknya terasa berat setelah semalaman membereskan beberapa masalah. Tak butuh waktu lama akhirnya ia kembali tertidur, napasnya perlahan menjadi teratur.Waktu berlalu. Nessa baru keluar dari kamar mandi setelah merasa aman. Ia berjalan pelan, lalu berhenti di sisi ranjang saat melihat Dawson tertidur dengan pulas, memperhatikan pria itu yang tidur tanpa beban seolah dunia ini hanya miliknya seorang.‘Tampan, tetapi menjengkelkan,’ pikir Nessa dalam hati.Dengan pelan, ia melangkah ke arah pintu dan mencoba membukanya—namun pintu itu terkunci. Nessa mengerutkan kening. Ia memutar kenopnya beberapa kali, tapi t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status