Share

BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)
BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)
Author: Devi Citra

1

Author: Devi Citra
last update Last Updated: 2025-05-24 10:09:09

Mutia Ayunda, seorang wanita berusia 27 tahun. Ayu adalah panggilannya. Ayu sudah menikah sejak umur 22 tahun dan sekarang usia pernikahannya menginjak lima tahun. Meskipun sudah memasuki tahun kelima, Ayu dan suaminya belum dikaruniai anak. Hal itu membuat Ayu harus selalu sabar menghadapi pertanyaan dari orang-orang, tak terkecuali mertuanya yang juga kerap mencemoohnya karena belum hamil.

David Nugraha, seorang pria tampan dan mapan berusia 32 tahun, adalah suami dari Mutia Ayunda.

David merupakan teman dari kakak Ayu yang bernama Leo. Mereka bersahabat sejak SMA hingga sekarang. Tidak hanya David dan Leo, tetapi juga Akmal, yang kini menjadi asisten Leo, kakak dari Ayu.

Dari persahabatan merekalah akhirnya David yang sering mengunjungi Leo di rumah bertemu Ayu.

---

Setiap rumah tangga pasti memiliki cobaan, begitu pun dengan Ayu dan David. Jika dilihat dari kacamata biasa, semuanya terlihat sempurna—yang satu cantik, yang lain tampan dan mapan. Ayu memiliki usaha kafe sendiri, sedangkan suaminya, David, adalah seorang pengusaha. Ditambah lagi, keduanya berasal dari keluarga berada. Sungguh sempurna, bukan? Namun, tidak bagi Ayu dan David, karena mereka belum juga dikaruniai anak.

Sebenarnya mereka masih bisa bersabar menunggu. Namun, omongan orang-orang sekitar yang terus mempertanyakan keberadaan anak membuat mereka lelah. Apalagi sekarang mertua Ayu sudah mulai terhasut oleh ucapan saudara dan teman-temannya yang selalu memamerkan cucu mereka.

Seperti malam ini, seusai makan malam di keluarga Nugraha, yang terdiri dari David, Ibu David, dan Ayu. Mereka duduk di ruang keluarga. Ibu David, yang disapa Ibu Ratih, mulai membahas soal kehamilan.

“Kamu sudah telat datang bulan belum, Yu, bulan ini?” tanya Bu Ratih.

“Belum, Bu. Sekarang malah lagi datang bulan,” jawab Ayu sambil terpaksa tersenyum.

“Duh, gimana sih... ini sudah lima tahun loh. Ibu sudah pengin punya cucu. Apalagi anak Ibu cuma David. Kalau bukan dari kalian, dari siapa lagi?” ucap Bu Ratih sambil menggerutu.

“Sabar ya, Bu. Nanti kalau sudah dipercaya, Ibu pasti punya cucu,” sahut David santai.

“Pokoknya Ibu nggak mau tahu. Bulan depan kalau Ayu belum hamil, kamu nikah saja lagi. Ibu akan carikan yang berkualitas,” ucap Bu Ratih tak terbantahkan sambil melenggang pergi.

---

Malam semakin larut. Di sebuah kamar bernuansa abu-abu itu terjadi keheningan setelah beberapa jam lalu sempat terjadi perdebatan kecil antara ibu dan anak.

“Sayang, maafkan Ibu, ya. Jangan kamu ambil hati kata-kata yang tadi,” ucap David memecah keheningan.

“Aku nggak apa-apa, Mas. Memang aku belum bisa kasih kamu keturunan. Selagi kamu masih mendukungku dan di sampingku, aku akan tetap bertahan, Mas,” kata Ayunda sambil mengulas senyum.

Percayalah, di balik senyum yang ditampilkan Ayunda, tersimpan beban yang berat.

Apakah dia bisa terus bertahan dengan omongan orang-orang sekitar, apalagi kini mertua yang dulu begitu menyayanginya kini mulai menjauh dan berkata sinis?

Semoga Ayunda bisa selalu sabar.

“Mas akan selalu ada di samping kamu, Sayang. Kalaupun nantinya tidak ada anak di antara kita, kita bisa adopsi,” kata David menenangkan. Kata-kata itu mungkin yang membuat Ayunda masih mampu bertahan.

“Iya, Mas... Terima kasih dan maafkan aku,” sesal Ayunda.

“Sudah, Sayang. Nggak apa-apa,” ucap David sambil mendekap erat tubuh istrinya dengan penuh kasih.

---

Sudah beberapa hari sejak ucapan sang mertua yang menyuruh David menikah lagi. Hal itu membuat Ayu merasa dilema. Terlebih karena ibu mertuanya terus mendesaknya untuk mengizinkan David menikah lagi.

Dan mungkin ini akan Ayu bicarakan kembali dengan suaminya. Ya, dia harus ikhlas menerima segala konsekuensinya. Walaupun berat menjalaninya, mungkin ini yang terbaik untuk semua.

Ayunda telah mempertimbangkan ucapan mertuanya dan menyuruh David menikah lagi karena ia telah diperiksa oleh dokter dan hasilnya menunjukkan bahwa kemungkinannya untuk hamil sangatlah kecil. Dulu, Ayu sempat jatuh dari tangga dan membentur perutnya.

---

Malam ini Ayunda tengah menunggu suaminya pulang. Ia duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi—atau mungkin sebenarnya, televisilah yang menontonnya.

“Sayang, kamu belum tidur?” sapa David yang baru saja pulang kerja saat melihat istrinya duduk.

“Aku menunggumu, Mas,” jawab Ayu.

“Kan sudah Mas bilang, nggak usah nunggu. Mas pulang larut, Mas nggak mau kamu sakit,” ucap David.

“Iya, Mas. Tapi ini ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu. Mas sudah makan belum?” tanya Ayu lagi.

“Mas sudah makan tadi di kantor. Ya sudah, kalau mau ngomong, Mas bersih-bersih dulu, ya,” ucap David sambil menggandeng tangan istrinya menuju kamar.

“Iya, Mas. Aku siapkan pakaian kamu dulu,” jawab Ayunda.

---

Kini, sepasang suami istri itu tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Keduanya terdiam. Belum ada yang membuka suara.

“Mas...” panggil Ayunda memecah keheningan.

“Iya, Sayang. Kamu mau bicara apa?” jawab David.

“Aku... siap dimadu,” ucap Ayunda dengan menahan sesak di dada.

“Kamu ngomong apa, sih? Aku nggak mau nyakitin kamu. Aku tahu, meskipun mulut kamu mengatakan siap, tapi hati kamu tidak, kan? Sudahlah, kita sudah bahas ini sebelumnya. Aku akan sabar menunggu,” ujar David sambil merangkul istrinya.

“Tapi Mas, hasil pemeriksaan dokter... kemungkinan untuk aku hamil sangat kecil,” ucap Ayunda sambil menyerahkan amplop berisi keterangan dari rumah sakit.

“Aku juga ingin punya anak, Mas. Aku mengizinkan kamu menikah lagi. Bukankah nanti jika kamu punya anak, itu juga akan jadi anakku,” lanjut Ayunda.

“Apa kamu yakin dengan keputusanmu, Sayang?” tanya David.

“Aku ikhlas, Mas, selagi kau adil memperlakukan kami nanti,” jawab Ayunda dengan senyum yang ditepis.

Percayalah, di balik senyum yang ditepiskannya, tersimpan luka dan sesak. Kecewa pada dirinya sendiri karena merasa tak bisa membahagiakan suaminya.

Walaupun suaminya selalu membelanya di depan sang ibu, Ayunda tahu bahwa suaminya juga sangat ingin memiliki seorang anak. Ia sering memergoki David merenung sendirian di ruang kerjanya, setelah perdebatan dengan ibunya.

Mungkin David juga kecewa padanya, hanya saja tak pernah diungkapkan.

Maka dari itu, Ayunda memutuskan untuk siap dimadu.

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)    40

    Menemukan KedamaianSeiring berjalannya waktu, kehidupan Ayunda dan Akmal semakin berkembang. Setelah menikah, mereka fokus membangun keluarga kecil mereka yang bahagia. Yuda tumbuh menjadi anak yang ceria dan sehat, sementara Aluna semakin pintar dan aktif, membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka berdua. Namun, meskipun segala sesuatunya berjalan dengan baik, mereka sadar bahwa hidup ini tidak pernah benar-benar sempurna tanpa adanya perjuangan yang terus-menerus.Ayunda kini telah melupakan semua luka yang pernah ditinggalkan oleh masa lalunya, meskipun sesekali kenangan tentang David dan perceraiannya datang menghampiri. Ia merasa lega karena akhirnya bisa memaafkan dirinya sendiri, dan lebih dari itu, ia merasa bahagia dengan kehidupan barunya bersama Akmal dan anak-anak mereka. Semua yang telah terjadi, baik yang menyakitkan maupun yang membahagiakan, telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat.Akmal, yang dulu selalu terkesan dengan keteguhan hati Ayunda, semakin meny

  • BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)    39

    Sore itu, Akmal dan Ayunda duduk di ruang keluarga mereka yang nyaman. Yuda dan Aluna bermain puzzle di lantai, tertawa bersama saat salah satu potongan tidak cocok. Ayunda menyandarkan tubuhnya di bahu Akmal, menikmati suasana damai."Mas, pernah nggak terpikir kalau hidup kita akhirnya bisa setenang ini?" tanya Ayunda sambil memandang anak-anak mereka.Akmal tersenyum kecil, mengusap lembut rambut istrinya. "Dulu aku nggak pernah membayangkan. Tapi aku selalu berharap. Dan ternyata, doa-doa kita akhirnya terkabul."Mereka terdiam sejenak, menikmati kehangatan suasana. Di luar, hujan mulai turun, menambah kesan tenang pada sore itu.Hari-hari mereka selalu diisi dengan rutinitas sederhana namun penuh makna. Setiap pagi, Ayunda bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Akmal biasanya membantu menyiapkan Yuda ke sekolah, sementara Aluna masih asyik terlelap.“Ayah, hari ini aku mau bawa gambar dinosaurusku ke sekolah. Guruku suka banget sama dinosaurus!” seru Yuda dengan antusias.“B

  • BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)    38

    Masa Depan yang Penuh HarapanWaktu terus berlalu, dan keluarga kecil Akmal serta Ayunda semakin harmonis. Kehadiran Yuda, si kecil yang kini mulai aktif berbicara dan belajar banyak hal, menjadi pusat kebahagiaan mereka. Ayunda yang sedang hamil anak kedua tetap terlihat anggun dan sibuk dengan bisnisnya yang semakin berkembang. Sementara itu, Akmal semakin sukses dalam pekerjaannya sebagai konsultan keuangan, dan keuletannya membantu keluarga mereka hidup lebih nyaman.Setiap pagi, Ayunda dan Akmal memiliki kebiasaan sarapan bersama di meja makan. Yuda, meski masih kecil, selalu ingin ikut membantu. Misalnya, ia sering membawa piring kecil ke meja atau mencoba menuang susu ke gelasnya sendiri.“Mas, lihat deh. Anak kita sudah pintar banget,” ujar Ayunda sambil tersenyum melihat Yuda yang bersemangat.“Pintar kayak siapa dulu?” jawab Akmal menggoda.Mereka tertawa bersama, menikmati kehangatan pagi sebelum memulai aktivitas masing-masing. Ayunda sering bekerja dari rumah sambil menga

  • BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)    37

    Setelah resmi menikah, Akmal dan Ayunda memulai babak baru dalam kehidupan mereka sebagai pasangan suami istri. Pernikahan yang sederhana namun penuh makna itu menjadi titik balik untuk keduanya. Kehidupan mereka kini lebih harmonis, meski ada beberapa hal yang harus mereka sesuaikan, terutama peran masing-masing dalam mengasuh Yuda dan membangun rumah tangga yang bahagia.Akmal yang kini bekerja sebagai konsultan keuangan memutuskan untuk lebih banyak bekerja dari rumah agar bisa membantu Ayunda merawat Yuda. Sementara itu, Ayunda yang memiliki usaha kecil-kecilan di bidang fashion memilih untuk memperluas bisnisnya melalui platform online.Suatu pagi, Ayunda sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Akmal, yang baru saja selesai mengerjakan laporan untuk kliennya, menghampiri Yuda yang sedang bermain di ruang tengah."Yuda, mau sarapan apa hari ini? Bubur ayam atau roti?" tanya Akmal sambil menggendong putranya."Roti, papah," jawab Yuda dengan senyum polosnya.Ayunda melirik ke ara

  • BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)    36

    Ayunda yang saat ini sedang bersantai bersama Lisa di ruang tengah di kejutkan dengan datangnya seseorang yang sudah tidak asing bagi Ayunda."Ayu, tolong mamah Ay!" seru Bu Ratih dari luar berlari menghampiri Ayunda. Yah seseorang itu adalah Bu Ratih, mantan mertua dari Ayunda."Mamah" ucap Ayunda terkejut sambil berdiri dari duduknya begitupun dengan Lisa."Tolong Ay, David di bawa polisi karena melakukan tabrak lari" ujar Bu Ratih sambil menangis."Tabrak lari! Apa mas David yang menabrak Bella?" Ayunda lebih terkejut lagi setelah mendengar sesuatu kebetulan yang sama."Iya Ay, tolong mamah Ayu!" ucap Bu Ratih lirih."Maaf mah, Ayunda tidak bisa melakukan apa-apa, mamah bisa minta kepada pihak keluarga Bella untuk meminta keringanan" Tutur Ayunda.''Mamah sudah memintanya tapi pihak keluarga Bella tidak mau, mereka tetap meminta dengan hukuman penjara seumur hidup. Lalu mamah harus bagaimana Ay, mamah tidak punya apa-apa lagi, hanya David yang mamah harapkan tapi dia harus mendekam

  • BERBAGI CINTA (Bertahan atau Pergi)    35

    "Tidak usah berterima kasih, ini memang sudah tugas kami untuk menjagamu" jawab Leo menghampiri adik dan istrinya."Ayo kita masuk, kita lihat kamar baby boy dulu" ajak Lisa kemudian.Semuanya berkumpul di ruang tengah, setelah menempatkan putra Ayunda di ranjang kecilnya yang sudah di hias sedemikian rupa."Siapa nama putra kamu Ayy?" tanya Lisa pada Ayunda."Yuda Pradana" jawab Ayunda."Nama yang bagus" ucap Leo yang diangguki oleh semuanya."Yuda. Ayu dan David?" tanya Akmal dengan menatap Ayunda."Maksud aku, bukan gitu mas" Ayunda menjawab dengan tidak enak hati."Aku tidak masalah, hanya sebuah nama" ucap Akmal sambil menepiskan senyumnya.Ting tongTing tongTerdengar suara bel di rumah Leo ketika mereka sedang berkumpul. Pintu di bukakan oleh bibi Yani, asisten rumah tangga yang bekerja di kediaman Leo."Siapa bi?" tanya Leo pada bibi ketika bibi Yani menghampirinya di ruang tengah."Itu katanya mau ketemu sama mbak Ayunda, namanya Bella" ucap Bibi Yani memberitahu."Baik bi,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status