"Dari mana saja, kau Trista! Sudah beberapa hari aku mencarimu, ponselmu juga tidak bisa dihubungi."Tristan tidak menyangka jika Pamela sudah menunggunya di apatremen dan langsung menghamburkan semua kekesalannya begitu ia baru sampai. Jujur saja Tristan masih lelah untuk menanggapi kemurkaan wanitanya. Tristan memang sama sekali tidak memberi tahu perihal kepergiannya beberapa hari kemarin pada Pamela. Tristan sengaja karena dia juga tahu jika Pamela tidak menyukai Kimmy. Meskipun biasanya Pamela tidak pernah bermasalah dengan wanita-wanitanya yang lain tapi wanita itu memang memiliki naluri yang lebih tajam terhadap Kimmy."Jangan bilang kau keluar dengan wanita itu lagi!" curiga Pamela karena Tristan masih tak menghiraukan kekesalanya sama sekali."Sudah kubilang jangan cemburu padanya,"enteng Tristan masih berusaha tak terlalu menaggapi."Bahkan kau memberinya nama Princess,"cemooh Pamela. "Jangan pernah mengangkat telponku!"Trista lang
"Untung mereka akan segera pergi," gumam Jacline dari bilik kubikelnya.Kimmy hanya melirik sekilas pada Jacline yang masih sibuk mengetik sambil menghadap layar monitornya. Kimmy tahu jika yang dia maksud pasti Tristan dan Pamela karena memang tugas Jacline untuk mengurus semua perjalanannya."Apa ada yang perlu kubantu?" sebenarnya Kimmy juga penasaran mau kemana Tristan dan Pamela. Sebab jika melihat kesibukan Jacline sepertinya bukan untuk sekedar makan malam atau perjalanan keluar kota."Coba carikan beberapa referensi hotel di Tuscany, Pamela ingin menginap di hotel.""Tuscany?" ulang Kimmy agak bingung."Browsing saja di internet, karena aku sendiri juga belum pernah kesana," acuh Jacline yang segera kembali sibuk dengan kegiatanya sendiri.Kelihatannya Jacline sedang menyesuaikan jadwal penerbangan dan entah kenapa tiba-tiba Kimmy berpikir apa kira-kira Jacline tidak tahu mengenai perjalanan mereka kemarin."Sesering apa
Kimmy sedang duduk di balkon bersandar pada sisi bahu tunanganya ketika Tristan kembali dari toilet dengan lengan panjang kemejanya yang sudah ia gulung sampai ke siku."Aku akan keluar dengan Tristan untuk menemui beberapa rekan," Kata Hanif sambil menyelipkan rambut Kimmy ke belakang telinga."Kau boleh ikut." Kali ini Tristan yang bicara sambil berjalan untuk ikut duduk bergabung dengan mereka.Sebenarnya Kimmy ingin menolak tapi Hanif justru malah mengecup punggung tangannya. "Ikutlah," kata pria itu tanpa curiga sama sekali dengan keisengan Tristan untuk mempermainkannya."Aku akan cemas jika meninggalkanmu sendirian."Kimmy terpaksa mengangguk karena dia tidak mau juga menunjuk
Kimmy sudah mandi dan berganti pakaian ketika akhirnya Hanif pulang. Kimmy juga sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua."Maaf karena jadi mengabaikanmu seperti ini."Kimmy menggeleng, "Itu bukan dosa besar dan masih bisa di maafkan dengan menemaniku makan malam.""Kau benar-benar bisa membuat makanan?" Hanif langsung menarik Kimmy kedalam pelukannya dengan luar biasa bangga untuk mengoda wanitanya."Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Kimmy setelah mereka duduk di meja makan."Kuharap segera beres sebelum aku mengambil cuti untuk pernikahan kita." Bang Hanif meraih tangan Kimmy dari sebrang meja dan menggenggamnya."Apa maslahnya sangat serius?" Kimmy kembali bertanya karena feeling-nya mengatakan jika masalah Hanif memang belum betres."Aku tinggal menunggu persetujuan Tristan, jika dia mau bekerja sama dengan perusahaan rekanan mungkin akan lebih mudah.""Aku hanya bisa mendukungmu, Bang.""Itu sudah cukup." Hanif tersenyum." Aku juga berencana untuk mencari rekanan untuk memulai
Setelah tambahan cuti tiga hari, akhirnya Kimmy harus balik lagi ke Jakarta dengan penerbangan malam karen pagi dia sudah harus kembali bekerja. Kimmy membawa ponsel Tristan yang sengaja tidak pernah dia aktifkan sejak kemarin karena ia takut ketahuan bang Hanif. Kimmy berencana untuk segera mengembalikannya pada Tristan karena dia yakin Tristan juga tidak tahu jika ponsel tersebut tertinggal di kamarnya.Karena terjebak macet saat perjalanan dari bandara akhirnya Kimmy sudah sangat lelah ketika sampai di rumah, bahkan dia tidak sempat ikut makan malam dan langsung tidur setelah memberi kabar pada bang Hanif jika sudah sampai di rumah.Karena ini baru hari kamis Kimmy masih harus bekerja dua hari lagi. Sebenarnya pagi ini dia masih malas untuk bergerak karena entah kenapa sepertinya Kimmy memang capek. Setelah mandi dan berpakaian ia tidak lupa untuk sekalian membawa ponsel Tristan dan sedikit oleh-oleh untuk Jacline.Sesampainya di kantor ternyata Jacline malah
Mereka berdua masih duduk di sofa hanya diam tanpa ada yang mau bicara. Kimmy tidak tahu apa yang sedang di pikirkan Tristan, tapi ia benar-benar sudah tidak tahan. Bagaimanapun seharusnya Tristan bisa bersikap terbuka bukan malah menyeretnya pada masalah baru lagi seperti ini. Kimmy memang tidak siap jika harus melihat kehancuran hubungannya dengan bang Hanif tapi seperti ini dia juga lelah."Aku mau pulang," kata Kimmy setelah mereka hanya diam cukup lama."Akan kuantar." Tristan sudah bangkit lebih dulu."Tidak perlu aku bisa naik taksi."Tristan langsung berhenti untuk kembali menatap Kimmy yang kemudian ikut berdiri."Aku akan tetap mengantarmu,atau kau tidak akan ke mana-mana s
Kimmy langsung di ijinkan pulang karena memang dia sama sekali tidak mengalami cidera serius. Bang Hanif juga langsung balik ke Singapore sore harinya karena pekerjaanya juga sedang tidak bisa di wakilkan pada siappaun. Tiap kali memikirkan bang Hanif dan segala kebaikanya, rasanya kimmy memang tidak akan pernah rela kehilangan pria itu. Entah bagaimana dirinya bisa mengatasi semua ini nanti. Kimmy belum bisa berpikir, mungkin dia memang perlu waktu sampai akhirnya ia siap untuk bisa jujur dan menerima semua konsekuensinya.Kimmy tidak mau kehilangan bang Hanif dan tidak sanggup memikirkannya sekarang. Kimmy juga tidak pernah tahu bagaimana Tristan bisa membawanya kerumah sakit. Tapi jika bang Hanif juga memilih untuk tidak membahasnya Kimmy pun juga tidak akan pernah berani bertanya. Mungkin jika bukan karena Dokter meresepkan obat penenang untuknya beristirahat pasti malam itu Kimmy ju
Kimmy sudah hampir tertidur ketika mendengar suara berisik dari lantai bawah. Karena langsung teringat Tristan, Kimmy pun segera melompat turun dari tempat tidurnya, ia bergegas keluar untuk memeriksa. Benar saja dia terkejut melihat Tristan masih belum tidur dan malah hanya berdiri bingung di ruang tengah yang lampunya masih remang.Kimmy segera menyalakan lampu utama dan berjalan menghampiri Tristan."Kenapa kau belum tidur?""Aku haus dan Lapar."Tentu, bagaimana Kimmy sampai tidak terpikir jika sepertinya Tristan memang belum makan sejak pagi."Kemari akan kucarikan makanan untukmu." Kimmy menarik Tristan untuk berjalan ke dapur setelah kembali mematikan lampu ruang tengah dan ga