Share

Bab 2 Hubungan Rahasia

last update Last Updated: 2024-09-04 08:52:57

Tubuh Kenanga meluruh di dekat tempat tidur. Wanita itu membekap wajahnya dengan telapak tangan. Melihat keadaan sang istri yang syok, Dion mendekat. Dia menatap Risma dan memberi isyarat pada perempuan itu keluar dari kamar.

Sambil memberengut, Risma menurut. Sebelum keluar dari situ, Risma sempat melirik pada Kenanga sambil menyunggingkan senyum sinis. Puas sekali Risma melihat adik tirinya itu menangisi nasib.

Dion menyentuh pelan lengan Kenanga, tetapi lagi-lagi, Kenanga menepisnya. Dia merasa jijik melihat laki-laki yang selama setahun ini menjadi suaminya. Dion menarik napas panjang, lalu bersimpuh di depan sang istri.

"Aku tidak selingkuh dengan Risma, Sayang." Dion berkata lirih.

Dia tidak tahu harus memulai dari mana menjelaskan perihal hubungan rahasianya dengan Risma. Kenanga masih bergeming. Dia memeluk lututnya yang gemetar. Sedangkan air matanya kembali menetes ke pipi meskipun berulangkali dia seka.

"Kenanga, dengarkan penjelasanku dulu!" ucap Dion lagi.

Raut wajah Dion sendu dengan tatapan mata mengembun. Rasa sakit yang diberikan pada sang istri memang sangatlah dalam. Dion mengakui itu. Namun, ada alasan kuat dia harus melakukan hal menyakitkan itu.

Kenanga masih diam di posisi semula. Dadanya semakin sesak, bersamaan dengan air mata yang terus membasahi pipi. Sulit sekali menerima pengkhianatan ini.

"Kenanga!" Dion menyentuh lengan istrinya itu lagi. "Maafkan aku. Aku minta maaf telah menyakitimu, tapi aku harus menjel--"

"Pergi! Pergi, dari sini, Mas! Keluar!" teriak Kenanga sembari mendorong dada Dion sekuat tenaga.

Dion terjengkang dan buru-buru bangkit. Di depannya, Kenanga memberi tatapan nyalang sembari mengacungkan telunjuk tepat di muka Dion. Kenanga mengambil bantal lalu melemparnya ke segala arah.

Dia mengamuk di situ. Kenanga ingin menghancurkan seluruh isi kamar yang menjadi saksi sang suami berbagi kenikmatan dengan perempuan lain. Kamar yang juga menjadi saksi malam pertamanya dengan Dion dulu. Napas Kenanga tersengal menatap kasur yang sekarang tanpa seprei itu.

Sementara itu, Dion masih mematung menatap apa yang dilakukan istrinya. Kedua mata laki-laki itu pun berkaca-kaca. Dengan hati-hati, Dion mendekati Kenanga.

"Lakukan apa pun jika bisa membuatmu puas, Kenanga! Tapi dengarkan penjelasanku dulu!" ucap Dion masih berusaha meyakinkan hati istrinya.

Kenanga lantas berbalik dan menatapnya muak. "Apa kamu tidak dengar? Pergi dan tinggalkan kamar terkutuk ini! Aku muak melihatmu, Dion!" usirnya dengan suara datar.

"Kenanga ..."

"Apa kamu tuli atau tidak punya harga diri, hah?" bentak Kenanga emosi. Lantas dia pun tertawa sumbang. "Oh, Tuhan! Selain tak tahu malu, ternyata Engkau berikan aku suami yang tuli!" ucapnya lalu tertawa disertai derai air mata.

Dion menelan ludah berat mendengarnya. Bukan cacian itu yang membuatnya sedih. Melainkan sikapnya yang telah mendua, mengkhianati istri sebaik Kenanga. Bahkan, bukti pengkhianatan itu, sekarang tumbuh janin di rahim Risma. Istri sirinya!

"Cepat pergi sebelum aku teriak, Dion! Kamu mau ditangkap warga, lalu tubuhmu ditelanjangi dengan perempuan itu, diarak keliling komplek, hm?" Kembali Kenanga menyentak lamunan Dion.

Dion mengangguk pasrah. Langkahnya gontai keluar dari kamar. Kenanga menatapnya dengan hati semakin hancur bersamaan dengan rasa benci yang menggunung. Runtuh sudah harapan Kenanga membangun mahligai pernikahan sakinah mawadah warahmah bersama Dion.

Dion sempat menoleh pada Kenanga sebelum menutup pintu kamar dengan gerakan pelan. Langkahnya gontai menuruni anak tangga. Ternyata, Risma masih berada di ruang keluarga. Wanita hamil muda itu dengan santai menikmati sepotong apel hijau. Pandangan Risma tertuju pada layar televisi yang sedang menayangkan sebuah film romantis.

Dion mendengus kasar melihat kelakuan wanita itu. Lantas dia pun mendekat dan menarik tangan Risma. Risma mendongak setengah terkejut. Dia menatap protes pada suaminya.

"Apaan sih?

"Ayo, kita pulang!" ajak Dion sambil melirik ke arah anak tangga.

Risma tersenyum penuh arti. Senang rasanya melihat rumah tangga Kenanga di ambang kehancuran. Dengan begitu, dia bisa menguasai Dion seutuhnya. Keinginan Risma untuk menghancurkan Kenanga secara perlahan, kini mulai terlaksana. Dia pun mendapatkan jalan yang tepat, ketika Dion merespon cintanya.

"Kenapa sih, harus buru-buru? Padahal aku tidak apa-apa kalau kamu tidur di atas dengan Kenanga. Pasti kalian saling merindukan, kan, setelah hampir dua minggu tidak mendapatkan sentuhan Kenanga?" cerocos Risma ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

Dion meliriknya sekilas, kemudian menggeleng samar. Laki-laki itu segera menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan car port. Meskipun dalam hati berat meninggalkan Kenanga sendirian, tetapi Dion ingin memberi waktu pada wanita itu untuk sendiri.

Selama dalam perjalanan menuju apartemen mereka, Dion dan Risma lebih banyak diam. Tepatnya, Dion memilih tidak menanggapi ucapan Risma yang selalu menyebut nama Kenanga. Tidak bisa dipungkiri, dia sangat merindukan istri pertamanya itu. Terlebih, Kenanga adalah wanita yang dia nikahi karena cinta.

"Ayo, turun! Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan nanti!" ucap Dion setelah memarkir mobilnya di underground parking.

Risma menoleh sekilas, lalu mengikuti suaminya itu membuka pintu. Tiba-tiba, dada Risma berdebar takut. Takut Dion lebih memilih Kenanga daripada dirinya. Dion menarik tangan Risma untuk memasuki lift.

"Dion, apa yang akan kamu bicarakan?" tanya Risma mulai khawatir.

Dia takut jika Dion akan membicarakan perihal perceraian. Risma tidak ingin berpisah dengan laki-laki itu meskipun hanya sebatas istri kedua. Risma juga sadar, sangat sulit menyingkirkan Kenanga dari hati Dion, tetapi bukan tidak mungkin.

"Em, Risma, untuk sementara kamu jangan mendekati Kenanga dulu! Biar dia ada waktu menenangkan diri. Mungkin untuk beberapa hari aku tidak pulang, aku harus menemaninya. Kamu setuju, kan?" tanya Dion dengan tatapan memohon.

Tidak ada lagi yang bisa Risma lakukan selain menyetujui. Meskipun di dalam hati sebenarnya tidak rela jika Dion lebih banyak menghabiskan waktu dengan Kenanga.

"Baik, aku setuju. Tapi kamu jangan lupa keberadaan anak kita, Dion!"

"Aku tidak akan pernah melupakannya. Karena dia darah dagingku, cinta kita. Aku hanya ingin membuat Kenanga tenang."

"Apa kamu tidak ingin menceraikan Kenanga supaya kita bisa seutuhnya bersama?" tanya Risma sambil mengarahkan telapak tangan Dion ke perutnya yang masih rata.

Dion tercekat mendengar pertanyaan tidak disangka itu. Namun, dia memang harus mengambil sebuah keputusan yang tentu berat diterima oleh kedua istrinya itu.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Ekstra Part Terakhir

    Kenanga tersenyum tulus. “Tentu aku ridha dan bahagia, Kak,” jawabnya, lalu mendongak menatap Devano. “Kita lanjutkan hidup ini dengan saling memaafkan dan menjadi keluarga, ya, Sayang!” lanjut Kenanga sambil mengusap lengan Devano dengan lembut. Dion bisa melihat tatapan penuh cinta Kenanga pada Devano. Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan cemburu yang masih bercokol di hati menyaksikan kebahagiaan Kenanga dan Devano. Namun, berkali-kali Dion menyadarkan diri jika membiarkan rasa cemburu itu sesuatu yang salah. Kenanga benar, mereka harus melanjutkan hidup dengan pasangan masing-masing. Seketika, Devano mengangguk menyetujui ucapan istrinya. “Tentu saja. Tidak mungkin kita musuhan terus, apalagi ada Carla di antara keluarga ini, kan? Katakan padaku, Yon, kapan kalian menikah. Kami yang siapkan tempat resepsinya.” “Em, biar Risma yang menentukan, Dev,” jawab Dion sembari menatap Risma. “Aku tidak ingin pesta mewah, lebih baik uangnya untuk keperluan Carla nanti,” ucap Risma s

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Ekstra Part 2

    Tiba-tiba perasaan takut itu memenuhi relung hati Kenanga. Dia menunduk, menatap Dzevad yang masih menyusu. Sedangkan Mbak Ayu masih berdiri di ambang pintu menunggu perintah dari bosnya. Dia juga ikut sedih jika Carla dibawa pergi oleh orang tua kandungnya.Pasalnya, kehadiran Carla di dalam keluarga kecil Devano, menjadi hiburan tersendiri. Terlebih ketika Dzevad belum lahir. Merawat Carla dari usia bayi, tentu menimbulkan kedekatan batin pada Devano dan Kenanga. Itu juga yang dirasakan para ART.Mereka juga menganggap Carla seperti anak sendiri, tanpa memandang masa lalu orang tua bocah itu. Bahkan, Devano dan Kenanga dengan bangga memajang foto keluarga bersama Carla di dalamnya.“Apa yang harus kulakukan, Mbak?” tanya Kenanga lirih.Momen ini cepat atau lambat pasti terjadi. Namun, Kenanga tidak menyangka jika mereka datang begitu cepat. Rasanya Kenanga belum siap kehilangan Carla. Dan mungkin tidak pernah siap.“Bu, mungkin mereka hanya ingin melihat baby Dzevad. Rasanya tidak m

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Ekstra Part 1

    "Carla pas ulang tahun nanti minta kado apa, Sayang?” tanya Kenanga sambil mengusap rambut putri cantiknya.Beberapa hari lagi, usia Carla tepat tiga tahun. Bocah berwajah cantik itu menatap polos pada Kenanga, lalu jari telunjuknya mengetuk dagu dengan gerakan ala orang dewasa yang sedang berpikir.Melihat tingkah lucu Carla, Kenanga tertawa kecil, kemudian memeluk bocah itu. Seperti biasa, Carla selalu menghadiahi ciuman gemas di pipi setiap mendapat pelukan dari mamanya.Sejenak, senyum Kenanga memudar ketika teringat sesuatu. Hari ini Risma mendapat kebebasan bersyarat dari tahanan. Sedangkan Dion justru sudah bebas beberapa Minggu yang lalu. Itu artinya? Kenanga menggeleng tanpa sadar jika mengingat keberadaan Carla. Ya, sesuai perjanjian dulu, Dion dan Risma bisa mengambil Carla kapan pun setelah mereka bebas.Namun, hari ini menjelang ulang tahun yang ke-3 Carla, Kenanga akan kehilangan anak asuhnya itu. Ada rasa takut dan tidak rela Carla pergi dari kehidupan mereka. Kenanga

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 72 Tamat

    “Tunggu, Sayang!” pinta Devano ketika melihat Kenanga bersiap kembali turun.Devano meraih tangan Kenanga dan memintanya duduk di sisi tempat tidur. Laki-laki itu mengambil sesuatu dari dalam laci nakas sebelah kiri ranjang. Lantas dia ikut duduk di samping Kenanga.Pandangan Kenanga tertuju pada kotak berwarna biru navy di pangkuan Devano. Tidak ingin istrinya penasaran terlalu lama, Devano membuka kotak itu.Ternyata isinya satu set perhiasan emas putih dan sebuah display key mobil mewah. Devano meraih tangan Kenanga dan meletakkan kotak perhiasan itu di sana.“Ini hadiah pernikahan dariku, kamu yang simpan. Kamu nyonya rumah ini, jadi, mulai sekarang jangan canggung lagi!”Kedua mata Kenanga berkaca-kaca. Tidak hanya diperlakukan seperti ratu, tetapi dimanjakan dengan berbagai kemewahan dari Devano.“Aku akan mengikuti semua aturan kepala keluarga di rumah ini, selagi itu benar. Kuharap ini adalah pernikahan terakhir kita, Mas,” ucap Kenanga, lalu memeluk erat Devano.Di bahu Kenan

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 71 Pernikahan Impian (Menjelang Tamat)

    Langkah Risma diikuti oleh tatapan sendu Kenanga. Wanita itu mengusap matanya yang memanas. Devano merangkul bahu sang istri dengan perasaan bersalah.“Maafkan aku, Sayang,” ucap laki-laki itu lirih.“Aku tidak mempermasalahkan itu, Mas. Cuma merasa aneh saja, kenapa dia langsung menganggapmu special someone?” tanya Kenanga bingung.Memang aneh, jika Risma tidak mengenali Kenanga. Namun, justru merasa begitu dekat dengan Devano. Padahal, dulu Risma sangat membenci Kenanga dan selalu membuat ulah dengan Devano.“Aku juga merasa aneh.” Devano melirik sekitar, kemudian mengajak Kenanga memasuki mobil.Dia tidak ingin Risma kembali melihatnya dan membuat ulah. Sesampai di dalam mobil, Devano tidak juga menjalankan mobilnya. Namun, dia justru menatap ke arah bangunan rumah sakit jiwa itu.“Aku harus mencari cara supaya mendapatkan informasi detail mengenai Risma.”Kenanga langsung menoleh pada suaminya. “Maksud Mas apa?” tanya wanita itu heran.“Sayang, apakah kamu tidak melihat kejanggala

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 70 Kejanggalan

    Deburan ombak di laut lepas sana yang tanpa henti, seolah ikut mengiringi kebahagiaan dua orang di atas tempat tidur itu. Seperti biasa, Devano selalu memuja setiap inci tubuh Kenanga dengan hati-hati. Dia perlakukan Kenanga begitu lembut. Itulah janji Devano, dia memang ingin memperlakukan Kenanga layaknya ratu hingga wanita itu melupakan semua rasa sakit yang pernah ada. Kenanga tersenyum dan sesekali memejamkan mata, ketika ciuman Devano menghujani wajah lembabnya. Udara di sekitar pantai memang dingin kala malam hari. Namun, tidak bagi pasangan suami istri itu. Tubuh mereka justru basah oleh keringat. Devano menyingkirkan anak rambut Kenanga yang terjuntai ke pelipis, lalu mencium kening wanita itu. “Terima kasih, ya, Mas,” ucap Kenanga dengan tatapan dalam. Sebelah tangan Kenanga memeluk bahu tegap Devano. Keduanya saling pandang penuh cinta dan sesekali balas tersenyum. Devano sedikit menoleh, melirik jam digital di atas nakas. Laki-laki itu terkekeh pelan menyadari waktu s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status