Esme langsung terbangun Ketika merasakan sebuah goncangan yang cukup besar yang datang dari pesawat yang Esme tumpangi. Esme akui bahwa ia akan merasa sangat takut Ketika berada di pesawat, Sebagian orang akan mengira ia akan takut pada ketinggian tetapi sebenarnya bukan itu yang Esme takutkan. Esme memejamkan matanya dan memegang erat kedua sisi tempat menaruh tangannya. Pesawat terus bergoncang selama kurang lebih 20 menit, dan setelah itu pesawat kembali normal.
Esme menghela nafas yang begitu Panjang setelah pesawat sudah berada di atas awan. Tidak ada yang mengetahui ketakutan Esme kecuali teman temannya. Bahkan Elanor dan Frederick pun tidak mengetahui kalau Esme takut berada di dalam pesawat terlebih terhadap goncangan yang cukup keras. Untung saja kursi penumpang yang diberikan oleh ticketing sangat jauh, sehingga TJ berada di kursi business class sedikit kebelakang sedangkan Esme lebih ke arah depan.
“Fear of high ?” tanya salah satu lelaki yang berada di sebelah kursi Esme
“Sorry, kau berbicara denganku ?” balas Esme
“Menurutmu, apakah ada orang lagi disebelahku ?” ucap laki laki itu tetap focus menatap Esme
“Ouh, aku tidak takut ketinggian.” Ucap Esme singkat dan tidak peduli lagi
“So ? Takut akan apa ?” tanya laki laki itu masih penasaran
“Goncangan besar.” Ucap Esme cuek
“my name Ric, you ?” tanya lelaki tersebut yang ingin berkenalan
“Lawrence.” Balas Esme dengan memberikan nama tengahnya
“Sorry, aku ingin beristirahat dulu.” lanjut Esme berusaha mengakhiri obrolan sedari tadi
“Yeah sure.” Balas lelaki itu tidak masalah dan mempersilahkan Esme
Esme segera mencari penutup matanya dan memejamkan matanya agar dapat beristirahat dengan tenang. Berbicara mengenai sosok laki laki yang duduk di kursi sebelah Esme, untung saja Esme diberikan business class sehingga jarak kursi tidak terlalu berdempet dengan Economic class. Dan sosok laki laki tidak terlalu bisa Esme teliti karena ia menggunakan kacamata hitam di dalam pesawat. Entah mengapa ia mengenakan kacamata hitam di dalam pesawat ditambah disaat malam hari, hanya orang kurang kerjaan saja yang seperti itu batin Esme.
Di lain sisi laki laki tersebut tersenyum Ketika lawan bicaranya memberikan Namanya yang ternyata adalah Lawrence. Ia akan menduga kalau Esme akan mengira dirinya pria aneh yang mengenakan kacamata hitam di kondisi seperti ini, well sebenarnya ia sengaja melakukan itu. Ketika ia menyadari bahwa perempuan yang ada di sebelahnya yang bernama Lawrence sudah tertidur, ia membuka kacamata hitamnya dan membaca sebuah dokumen penting yang ia simpan sedari tadi.
Setelah delapan jam perjalanan akhirnya Esme dibangunkan oleh salah satu pramugari karena saatnya untuk menyantap makanan pagi. Untuk pertama kalinya Esme dapat tertidur dengan begitu pulas di dalam pesawat. Esme langsung melihat beberapa hidangan yang sudah disajikan didepannya, Dan pas kebetulan Esme begitu lapar sehingga ia pun ingin langsung menyantapnya.
“Morning Lawrence.” Sapa laki laki itu lagi yang menghentikan sendok pertama Esme saat ingin masuk ke mulut
“Yes, Morning.” Ucap Esme sedikit kesal karena pagi pagi masih diganggu
Esme langsung membuang muka dan kembali focus kepada makanan yang sudah ada didepannya. Setelah melahap dua sendok makan, Esme memejamkan matanya dan begitu menikmati makanannya.
“Sepertinya enak jika melihat dari reaksimu.” Ucap laki laki itu masih ingin mengganggu Esme
‘Tidak bisakah laki laki ini tidak menggangu’ batin Esme kesal lalu menarik nafasnya dalam dalam sebelum membalas perkataan laki laki di sampingnya
“Kau bisa merasakannya ketika sudah dimakan.” Ucap Esme berharap agar laki laki berhenti berbicara dengannya
Esme melirik sedikit ke arah pria yang ada disebelahnya dan lagi dan lagi mendapati pria ini menggunakan kacamata hitam kembali. Esme tampak bingung dengan tingkat kewarasan dengan sosok laki laki yang ada disebelah Esme.
“Kau punya penyakit mata ?” tanya Esme yang akhirnya bertanya duluan
“Tidak, ada apa ?” tanya laki laki itu balik
“Kau selalu mengenakan kacamata hitam di malam dan pagi hari.” Ucap Esme logis
“Ehm—Mataku sedikit sensitive karena cahaya matahari.” Jelas laki laki itu memberikan alasan yang tidak cukup logis bagi Esme
“Aku baru mengerti matahari juga muncul di malam hari,” balas Esme mengejek secara halus dengan alasan yang diberikan
“Kemarin mataku sedikit bengkak jadi aku tidak ingin terlihat gimana gimana jadi mending pakai kacamata hitam saja.” Lanjut penjelasan laki laki itu menambahkan alasan lain
‘Alasan yang cukup konyol.’ Batin Esme
“Baiklah.” Ucap Esme kembali focus dengan makanannya.
Ketika Esme sudah selesai dengan hidangan makanan yang ada didepannya, Esme sedikit menyenderkan kepalanya karena merasa pegal. Dan tiba tiba TJ sedikit mengagetkannya dari arah belakang.
“Hei, bolehkan aku pinjam airpods mu ?” tanya TJ
“Sebentar,” ucap Esme mengambil airpods yang ia simpan di dalam tasnya
Lalu Esme memberikan airpods miliknya kepada TJ, walaupun niat awalnya ia ingin mendengar lagu. Esme sudah membuka aplikasi apple music tetapi TJ malah ingin meminjam airpodsnya. Esme menghela nafas berat dan mematikan kembali handphonenya, tapi tiba tiba ia melihat ada sebuah airpods yang diberikan oleh laki laki disebelahnya.
“Untuk apa ?” tanya Esme bingung
“Kau ingin mendengar music bukan ? tapi temanmu malah meminjamnya.” Ucap Laki laki itu yang sadar dan dapat membaca hati serta pikiran Esme
‘Jeli juga orang ini.’ Batin Esme
“Kau tidak memakainya ?” tanya Esme
“Tidak, kau pakailah saja.” Ucap laki laki itu
“Terimakasih,” ucap Esme dan menerima airpods yang diberikan oleh laki laki itu
Saat menerimanya Esme sempat melirik sedikit ke sebuah dokumen yang berada di atas mejanya. Jika melihat dari cover depannya sepertinya laki laki itu memiliki pekerjaan penting, seperti pekerjaan rahasia. Karena dilihat dari dokumennya saja sampai begitu rahasia dan terdapat kunci atau passwordnya terlebih dahulu.
‘Siapa laki laki ini ??’ batin Esme bertanya tanya
TO BE CONTINUED ----
____________________Terimakasih sudah membaca sampai sejauh ini. Jangan lupa untuk masukkan Novel Bet On Me ke dalam Libary kalian dengan klik tanda + ya. Dan jangan lupa juga untuk meninggalkan komentar untuk memberi semangat kepada Author juga Hehehe. Jika kalian berkenan, boleh di request a friend di F* author @Heiikez. Terimakasih
18 Jam perjalanan sudah ditempuh oleh Esme untuk sampai ke Macau. Esme meminum kopi yang sudah ia pesan sebelum pesawat landing. Esme juga sudah membereskan kembali beberapa perlengkapan yang dibutuhkan sebelumnya. Esme begitu menyukai bau wangi kopi oleh karena itu Esme salah satu pecinta kopi. “Coffee addicted ?” tanya laki laki itu yang masih saja tidak bisa berhenti menganggu Esme ’19 jam penerbangan dan tidak ada sedikitpun laki laki ini tidak berhenti bertanya’ batin Esme ngelus dada “Seperti yang kau lihat,” ucap Esme kembali meminum secangkir kopinya “Ada tujuan apa ke Macau ?” tanya laki laki itu sedikit penasaran “Having fun.” balas Esme sangat singkat “Berapa lama akan liburan di Macau ?” tanya laki laki itu terus memancing ‘Lord, sekarang dia menginterogasiku.’ Batin Esme “Masih tidak tahu,
Esme dan TJ diantar ke sebuah hotel bintang lima yang ada di kota Macau. Dan pas kebetulan Esme mendapat kamar yang cukup besar untuk dirinya sendiri, sama hal nya dengan TJ yang juga mendapat model kamar yang sama seperti Esme hanya berbeda beberapa lantai saja. Esme segera masuk ke kamarnya dan begitu pula dengan TJ yang berada tiga lantai diatas Esme. Ketika sudah sampai di depan ruang kamar Esme, Esme segera masuk menggunakan kartu access lalu mengunci pintunya. Seperti biasanya Esme akan mengecek ke seluruh ruangan jika terdapat penyudup suara atau kamera tersembunyi di dalam ruangan Esme. Ketika sudah mengecek ke seluruh ruangan Esme tidak mendapat kamera atau penyudup suara apapun dari kamar ini, dan disitulah Esme baru merebahkan tubuhnya di atas Kasur ukuran Queen size. Malam ini Esme harus datang ke sebuah club malam, tempat dimana ia akan bertemu dengan salah seorang lain yang sama sama menjadi incerannya. Dari informasi yang
Esme diantar untuk menuju ke sebuah ruangan VVIP yang letaknya begitu privasi dari di lantai dasar. Dan Esme tidak melihat banyak orang yang berlalu lalang di lantai VVIP ini, hanya wanita wanita yang memang bekerja di The Box Club saja. Mereka pun sudah didandan sedemikian rupa sampai harus mengenakan pakaian yang begitu terbuka seperti itu, Mungkin salah satu tempat yang akan Esme akan masuki adalah salah satu tempat yang sudah pernah ada orang yang berhubungan badan disitu. Charles mempersilahkan Esme untuk masuk terlebih dahulu ke sebuah ruangan yang begitu gelap, redup dan dingin. Entah ruangan ini bisa dibilang sebuah ruangan atau untuk bersantai atau lebih ke kamar tempat untuk berhubungan badan, karena sekilas Esme dapat melihat beberapa alat yang memang sering digunakan ketika sedang bermain. Di dalam hati Esme, ia sedikit takut jika Charles berani mengambil sesuatu yang sudah Esme jaga jaga. Walaupun Esme bisa saja menghajarnya sampai mati tetapi tet
Ketika sudah sampai di ruang kamar Hotel, Esme langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Esme menghabiskan banyak waktu berada di dalam kamar mandi dengan berendam dirinya di dalam bathup hotel bintang lima, sampai tiba tiba kegiatannya harus terhenti akibat bunyi bel pintu kamarnya yang berbunyi. Mau tidak mau, Esme harus keluar dari dalam bathup untuk membuka pintu dan mengetahui orang yang sudah menekan bel pintu kamarnya. Dan ketika sudah dibuka ternyata yang muncul di depan Esme sudah ada TJ yang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. "Kenapa lama sekali ?" tanya TJ yang langsung nyelonong masuk begitu saja ke dalam ruangan Esme Esme langsung menutup pintu dan langsung duduk di sebuah sofa yang sedikit berjauhan dengan TJ yang sudah lebih dulu duduk disana. "Ada apa datang kemari ?" tanya Esme langsung tanpa basa basi lagi "Bagaimana bisa kau mel
Esme langsung dibawa pergi oleh Charles entah kemana pagi pagi seperti ini, awalnya Esme mengira kalau orang bermain judi adalah di malam hari tetapi tidak disangka mereka berjudi di pagi hari. Esme yang sama sekali tidak bertanya atau berencana ingin mencari tau ia akan dibawa kemana setelah ini, Esme hanya diam saja di kursi penumpang disaat Charles begitu focus dengan jalanan yang ada di depannya. "Kenapa ya ? kau itu begitu berbeda dengan wanita yang akan selalu aku bawa ketika ingin ke Sixth Sense." ucap Charles memulai obrolan "Apa maksudmu aku berbeda ?" tanya Esme bingung "Aku tidak akan pernah melakukan hal ini sebelumnya kepada perempuan one night standku." ucap Charles 'Yak dia menganggapku wanita one night stand. Tidak salah juga sih perkataannya,' batin Esme merasa janggal ketika dirinya dianggap wanita one night stand "Kalau begitu, aku dengan rasa yang sa
Esme memandangi pemandangan luar dan dapat melihat Gedung Venetian Macau yang tidak akan lama lagi mereka akan sampai di dalam sana. Charles langsung menaruh kembali alat vape yang sempat ia gunakan sejak awal berangkat ke salah satu meja kecil yang ada di mobil limosin tersebut. Ia sedikit merapikan jasnya baru turun dari mobil limosin miliknya dan membuka pintu Esme untuk menyambutnya. Esme menerima uluran tangan Charles dan langsung masuk ke dalam Gedung Venetian Macau. Malam ini suasana begitu ramai dan begitu padat dengan banyak orang orang yang asik bermain banyak permainan judi di dalamnya. Tetapi Esme tidak diajak ke tempat yang ramai tersebut melainkan mereka malah berbelok ke arah kiri dan memasuki sebuah lorong yang begitu gelap hingga diujung dapat Esme lihat terdapat sebuah lift yang begitu menyilaukan mata karena lift tersebut begitu kekar dan dilapisi oleh warna emas yang terang berderang dicampur emas gelap. Tentu saja dijaga dengan penjagaan y
Akhirnya permainanya pun dimulai, berhubung urutan Esme adalah yang terakhir sehingga Esme dapat melihat lebih dulu mengenai permainan yang mereka semua mainkan di ruangan ini. Waktu terus berjalan dengan begitu cepat bagi Charles dan giliran akan terus berputar dan terus berjalan, Esme terus mendapati para wanita malam yang sudah dibawa harus dilepas dan diberikan kepada lawan mereka masing masing. Tapi dari wajah mereka semua, sama sekali tidak terlihat seperti wajah yang sedih, kesal ataupun wajah mesemnya. Tetapi berbeda dengan Charles yang terus menunjukkan wajah mesam, tajam dan terlebih ekspresi kesalnya. Yang lain sama sekali biasa saja dan tidak mempermasalahkan mereka menang atau kalah tetapi kenapa Charles harus menunjukkan ekspresi wajah yang seperti itu ? Setelah menunggu sekian lama akhirnya yang dinanti nanti oleh banyak orang pun tiba. Sekarang giliran Charles dan juga Four yang bermain, Esme sempat melirik ke arah Four dan juga Charles secara
Esme berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Four tetapi Four sama sekali tidak memberinya celah sedikitpun untuk melepaskan tautan tangan mereka. Sebenarnya Esme bisa saja melepaskan tautan tangan mereka dengan cara yang lebih kasar, tapi apa boleh buat karena sebelum Esme ingin melakukan hal tersebut tiba tiba seorang pelayan yang berpakaian cukup rapi dan sepertinya sudah cukup umur datang menghampiri mereka berdua. Esme hanya menampilkan senyum kakunya ketika pelayan tersebut sedang melihat ke arahnya dnegan tatapan yang sayu. “Buenas noches, señor Austin. La señora está en el comedor.” Ucap Pelayan itu memberi salam kepada Esme dan Four (Selamat malam Tuan Austin. Madame berada di ruang makan saat ini) Tapi detik selanjutnya Four sama sekali tidak membalas ucapan pelayan tersebut, Esme yang berada di sampingnya merasa shock sama sekali karena tidak mengira kalau ternyata bukan hanya sifat brengsek nya saja tetapi juga tid