Share

4. Body Shaming

"Dan apa kamu mau tau yang terjadi selanjutnya, Tuan Jac?"

"Apa?"

Marco menyeringai. "Boss Jeff dihajar habis-habisan oleh suami Elena hingga wajahnya luluh lantah tak berbentuk. Bahkan pada saat kejadian, suami Elena ini membawa bodyguard yang tentunya turut memukuli Tuan Jeff membabi buta. Makian dan todongan pistol juga diberikan oleh suami Elena. Agaknya ia sudah mengendus perselingkuhan istrinya sebelum memutuskan menyusul Elena kemari dan mengungkap aksi perselingkuhan berkedok mencari gelar."

"Wait, biar kutambahkan," Aldric tak mau kalah. "Entah bagian mana yang kena pukul paling berat, yang pasti akibat peristiwa itu Jeff mengalami gangguan alat vital yang katanya menurunkan kinerja bagian tersebut. Itu berdasarkan sumber medis. Sementara keterdiaman Jeff selama 3 bulan pasca kejadian, psikiaternya mengungkapkan bahwa Jeff impoten lantaran merasa trauma yang cukup mendalam akibat kekerasan yang ia alami."

"Ah ya, jangan salahkan aku yang tak ada bersamanya saat itu. Aku ditugaskan Boss Jeff untuk mengontrol material baru di proyek yang sedang berlangsung. Ia bilang ada meeting penting dengan rekan bisnisnya, ternyata meeting penting dengan lubang si Elena."

Ah, tolong ingatkan ketiga CEO di sana bahwa Marco memiliki mulut pedas macam akun lambe gosip di media sosial.

"What the..., oh my gosh! Aku tak tau lagi bagaimana caranya berkata-kata."

Keterkejutan Jacob berakhir dengan wajah cengo tak habis pikir akan peristiwa naas yang menimpa Jeff. Ia memijat keningnya sejenak.

Sementara Jeff ingin sekali menenggak racun agar bisa pergi dari sana saat ini juga sebelum mencekik asistennya lebih dulu.

"Bagus, nistakan aku saja terus. Beginikah caramu meminta tanda tanganku, Marco?"

Sang asisten mengernyit. "Tanda tanganmu? Untuk apa?"

"Untuk menandatangani surat pengunduran dirimu."

Alias pemecatan.

"Bos lupa atau bagaimana? Tuan Besar tidak akan mempercayakan siapapun untuk menjadi asisten pribadi putranya kalau bukan berasal dari keturunan Gerry Abraham, ayahku. Yang semasa bujang juga menjadi asisten pribadi Tuan Besar."

"Jangan merasa sok penting, sialan!"

"Ampun Bos, bukan begitu. Tapi memang Tuan Besar Carlos hanya akan menerima keturunan Gerry Abraham sebagai orang kepercayaan perusahaan Leonardo Group. So, pecat saja aku kalau kamu berani menentang perintah ayahmu, Bos."

Berani-beraninya makhluk pluto satu ini! Jeff menggeram marah dalam hati.

"Apa kamu barusan mengancamku, Marco?!"

"Tidak Bos. Sama sekali tidak," cengirnya di ujung kalimat. "Aku hanya mengopsi guna memberimu pilihan antara mempertahankan aku atau mengurus segala keperluanmu seorang diri."

Sedari perdebatan antara bos dan asisten itu bermula, Aldric dan Jacob yang menyaksikannya hanya terkikik. Keduanya mundur dari pertandingan adu bacot itu. Sedikit menjauhi arena agar tak kena semprot.

"Hei, Al. Menurutmu siapa yang akan menang?" Jacob memulai.

"Jeff si tak terkalahkan dari segi bacotan sejak zaman sekolah dulu," Aldric berasumsi penuh yakin.

"Mari bertaruh. Aku yakin Marco akan memenangkan perdebatan konyol ini, mengingat ia punya kekuatan internal. Bersekutu dengan Carlos Leonardo."

"Meski ia menduduki tahta tertinggi sebelum Jeff, tapi Carlos hanyalah pria tua yang sudah lemah kekuatannya, Jac."

"Kamu lupa? Meski kadang bermulut cabai rawit, tapi Jeff akan menjelma menjadi boneka teddy bear di depan pria tua yang kamu maksud itu, bodoh! Bisa apa ia kalau tanpa kekuasaan dari ayahnya?"

"Kalau begitu, aku menerima taruhanmu. Aku mengopsi Jeff menjadi juaranya kali ini."

"1000 euro secara cuma-cuma untukmu jika Jeff menang, Al. Begitu pula sebaliknya."

Aldric menjabat tangan Jacob yang mengambang di udara, "Deal."

Dan keduanya asik menyaksikan perdebatan antara bos dan asisten itu. Siapapun pemenangnya, biarlah itu menjadi urusan Aldric dan Jacob.

****

"Selamat pagi, Tuan. Ah, sepertinya kurang dari satu jam hari akan siang. Tapi tak apa, saya masih setia menanti Anda hari ini sekalipun Tuan datang ke kantor sore nanti atau bahkan tidak sama sekali."

Syahla tersenyum simpul. Manis sekali. Melirik jam tangannya yang telah condong ke angka 11. Dan bosnya ini baru saja tiba di kantor.

Sungguh prestasi yang mengagumkan.

"Siapa yang mengajarimu bersikap kurang ajar padaku, hm?"

Syahla menautkan kedua alisnya. "Saya tidak merasa begitu, Tuan. Saya hanya berkata sesungguhnya, bahwa mau jam berapapun Tuan tiba, saya akan siap menunggu. Bahkan meski kemarin Tuan meminta saya datang pagi-pagi sekali untuk menyiapkan materi presentasi yang akan dipaparkan bersama Ruitten Corporate, saya tetap menurutinya walaupun saya harus menunggu 5 jam lamanya seperti tadi," ujarnya telak disertai senyuman tulus di akhir.

Oh- bukan tulus. Itu senyuman terpaksa. Memangnya bawahan bisa apa kalau tidak menuruti kemauan bosnya yang seenak jidat?

"Apa-apaan senyumanmu itu? Kamu meledekku?"

"Maaf, Tuan. Senyuman saya tulus dan dalam dari hati. Ikhlas seperti matahari menyinari bumi meski bumi memilih bulan untuk membersamai."

Apa-apaan wanita ini? Apa ia pikir Jeff adalah bocah SD yang harus diajari keterkaitan matahari, bulan, bumi? Huh, selain punya body flat, Syahla juga punya otak konslet. Begitu pikir Jeff.

"Apa kamu barusan berpuisi?"

"Tidak, saya berpidato."

Benar-benar konslet.

"Yayaya, pidato yang bagus. Cukup membuatku terkesan," ujar Jeff bertepuk tangan seraya menyuguhkan seringaian andalannya yang konon kata para jalangnya dulu, mampu membuat hati wanita manapun meleleh bak mentega dipanaskan.

"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Jeff yang terhormat," Syahla menunduk sebentar sebagai rasa hormat. "Jadi, bagaimana kelanjutan tugas yang Tuan bebankan pada saya kemarin? Berikut saya bawa berkas-berkasnya disertai kerangka utuh yang telah siap untuk dipresentasikan."

"Letakkan di situ!"

Shit! Dada telur ayam itu lagi.

Berkas yang semula Syahla dekap di dadanya kini berpindah ke atas meja Jeff. Sehingga baju press body milik Syahla mencetak jelas bentuk serta ukuran buah dadanya.

Dada telur ayam. Begitulah sebutan yang Jeff dengar dari Marco beberapa hari lalu. CEO ini betul-betul terkontaminasi bahasa vulgar dan frontal asistennya.

PERSONAL SECRETARY OF CEO

Netra Jeff menangkap tulisan besar pada berkas paling atas yang Syahla berikan. Aw, shit man! Mimpi apa ia kemarin-kemarin bisa memiliki asisten bertubuh papan selancar macam Syahla.

"Keluarlah. Kamu bisa melanjutkan kegiatanmu yang lain atau membantu pekerjaan karyawan lain bila mau. Sementara aku akan mengecek kerangka presentasi yang kamu buat."

"Baik, Tuan. Saya permisi."

Belum juga mendorong pintu ruang kerja CEO, suara Jeff menginterupsi Syahla.

"Hei, Syahla."

Jeff berdiri dari kursi kebesarannya.

Sang sekretaris berbalik badan. "Ya?"

"Tak usah berlenggak-lenggok jalanmu itu. Mau kamu buat-buat seseksi apapun, bokong teposmu takkan pernah berhasil menggodaku. Dan satu lagi, jangan memakai pakaian ketat besok-besok. Mataku pedih jika tiap hari harus berpapasan dengan dada minimu itu."

Setelah mengatakannya, Jeff melenggang memasuki ruang pribadinya lantas menutup pintu cukup keras.

Sementara Syahla menatap cengo bosnya yang kini hilang dibalik pintu. Ia masih syok terhadap apa yang barusan ia dengar.

Bokong tepos? Dada mini?

Sialan! Memang ia pikir seperkasa apa dirinya sampai-sampai berani body shaming terhadap aset Syahla?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status