Share

5. Personal Secretary

Syahla menghentakkan kakinya keras. Ia dongkol bukan main atas penuturan bos angkuhnya barusan.

Bisa-bisanya si gay itu mengejek bentuk tubuhnya. Pakai sok ngatur untuk tak berpakaian ketat. Tak tau saja ia bahwa tubuh langsing inilah yang membuat barisan para mantan sukar move on darinya.

Oh- betapa sombongnya gadis ini.

Satu panggilan masuk menghiasi layar ponselnya.

My Bf♡

Syahla berdecak sebelum memutuskan untuk menerima panggilan itu.

"Sayang, maaf aku baru sempat memberi kabar. Semalam terlalu lelah mengurus beberapa berkas dari klien. Bahkan aku sampai rumah jam 11 malam dan langsung tertidur. Kamu tau kan klienku yang ini ribetnya minta ampun? Jadi, cukup menguras waktu, tenaga, dan pikiranku."

"Seberapa hebat klienmu hingga berhasil mengusirku dari pikiranmu?" sungut Syahla minta penjelasan.

"Sayang, please. Jangan marah dulu, tadi--"

"Kamu pikir aku tak lelah menunggu kabar darimu yang katanya akan menjemputku jam 7 malam di rumah Alexa? Setelah 1 jam lamanya menunggu kamu malah seenaknya bilang ada meeting dengan klien saat itu juga. What the hell, Dude?! Kalau memang ada meeting aku memaklumi, tapi please bilang di awal agar aku tak perlu menunggu jemputanmu."

"Sayang, meetingnya dadakan dan di luar kendaliku. Kamu juga paham kan, perusahaan ini aku rintis untuk masa depan kita. Jadi tak mungkin aku memutuskan sepihak perjanjian kontrak dengan klien ini."

"Terus saja beralasan demi masa depan kita. Hubungan yang panjang salah satunya berawal dari jalinan komunikasi. Tapi kalau kamu sibuk dengan perusahaan yang katanya atas nama kita berdua itu, dari mana komunikasi baik itu bisa terjalin, Nic?"

Lama tak ada jawaban. Dan Syahla tetap keukeuh dengan keterdiamannya sebelum kekasihnya bicara lagi.

"Ya, aku salah. Aku takkan mengulanginya lagi. Aku minta maaf, Sayang."

Begitulah, dari pada bertengkar dengan ibu negara, minta maaf adalah opsi satu-satunya bagi pria.

Syahla menghembuskan napas kasar, "Hm."

"Uhm, sepertinya moodmu kurang baik pagi ini. Ada yang mau diceritakan? Tentang bos barumu yang gay itu mungkin?"

"Tidak."

Ah- wanita dan moodnya memang menyebalkan.

"Okay. Selamat bekerja, Sayang. Aku hari ini akan ke kantor papa. Mengurus peralihan dana yang kemarin sempat terkendala satu dan lain hal. Have a nice day, Honey. I love you."

"Hm."

Kekasih Syahla mengumpat dalam diam di balik telepon, "Hanya itu?"

"Hm."

"Sayang?" rayunya manja, mencoba mendapat sedikit perhatian dari sang belahan jiwa.

"Apa?"

"I love you-nya mana?"

"I love you too."

Setelahnya sambungan terputus. Ya lagian, sejak semalam mengabari ada meeting dadakan, pria itu tak memberinya kabar hingga hari ini. Sudah hampir jam 11 siang baru menelepon.

Syahla tau, kekasihnya itu tak biasa tidur molor hinga lebih dari 10 jam dalam satu waktu. Tapi entah apa yang dibicarakan klien semalam sampai-sampai bisa sekebo ini dirinya.

Personal Secretary.

Huh, balik pada jabatan itu lagi.

Tiba-tiba ide jahil terlintas di kepalanya untuk memberi sedikit pelajaran pada Jeff. Lihat saja, akan seperti apa reaksi pria itu nanti.

****

"Sial! Sial! Brengsek! Dia pikir dia siapa bisa seenaknya tanam cabut dana di perusahaanku?! Kalau ketemu lagi akan kugorok lehernya hidup-hidup. Tak sudi aku mengizinkan bedebah itu menginjakkan kaki atau bahkan namanya turut mampang di Leonardo Group!"

"Bos, tenang dulu. Semua bisa dibicarakan baik-baik."

"Apanya yang baik-baik, sialan?! Dia sudah dua kali tanam cabut seenaknya di perusahaanku. Sudah kuberi kesempatan kedua ternyata ujungnya tetap dia cabut kembali suntikan dananya. Memang kurang ajar! Investor brengsek! Beraninya bermain-main denganku."

Jeff memasuki ruangannya dengan amarah di ubun-ubun. Siapapun yang ia lihat di koridor tadi, semuanya dilahap habis. Bahkan ada satu OB yang hampir terjungkal di tangga gara-gara ia tak sengaja menatap Jeff lalu diintimidasi CEO yang terkenal gay itu.

Sepulang dari makan siang bersama Marco, ia mendapat laporan bahwa salah satu investor besar di Leonardo Group mencabut suntikan dananya. Ini sudah kali kedua investor tersebut melakukan hal serupa. Tak heran bila Jeff yang basic-nya mudah tersulut langsung mendidih kepalanya bagai disiram kobaran api langsung dari neraka.

Marco pun sudah berkali-kali kena semprot akibat mencoba menenangkan Jeff. Yah, meski ia termasuk asisten yang kurang ajar terhadap bosnya, namun Marco tetaplah bawahan yang akan ciut nyalinya bila Jeff sudah dikuasai setan seperti sekarang ini. Marah-marah pada semua orang yang ditemuinya.

Omong-omong, Jeff tak melihat Syahla ditempatnya. Kemana wanita itu?

"Mana Syahla?"

Bosnya ini bodoh atau apa? Jelas-jelas sedari tadi Marco bersamanya, mana ia tau perginya si kutilang itu.

"Tidak tau, Bos. Uhm, memangnya kenapa?"

Jeff duduk di kursi kebesarannya lalu memijit kepalanya, "Bisa-bisanya wanita itu membiarkan investor bedebah tadi pergi begitu saja."

Lah?

"Maaf, menurutku hal ini di luar kendali Syahla, Bos. Karena--"

"Lalu apa yang di dalam kendalinya, hah? Ia sekretaris pribadiku, seharusnya ia tau hal itu. Kalau tau bakal begini, baiknya langsung kutonjok saja wajah si bedebah dan tak perlu menyetujui perjanjian ulangnya dulu."

Dia yang salah, ngomelnya ke semua makhluk. Batin Marco geram.

"Bos, tenangkan dirimu. Masih banyak investor yang bersedia menyuntikkan dananya ke Leonardo Group. Siapa yang tak kenal salah satu perusahaan properti terbesar di negara ini? Dan lagi pula, perkara uang yang investor itu cabut tak sebanding dengan harta yang kamu miliki, bukan?"

Tanpa diduga, Jeff malah menyentak laporan pencabutan dana yang ia terima dari karyawannya. Hal itu sontak membuat Marco terbelalak kaget.

Asisten gesrek itu masih berdiri di tempatnya. Mana berani ia duduk kalau Jeff sedang dalam mode setan begini.

"Bodoh! Aku tak mempermasalahkan uang yang bedebah itu cabut. Seluruh hartaku bahkan mampu membeli bisnis keluarganya hingga 7 turunan mendatang."

Ah- ya, selain mantan hypersex dan bermulut pedas, bos Marco ini juga sosok yang besar kepala.

"Yang jadi masalah adalah, bagian keuangan sudah memplotkan seluruh dana investor untuk proyek-proyek besar mendatang. Kalau satu dicabut, maka harus memplotkan ulang segala dana yang masuk sehingga menghambat kecepatan waktu pengerjaan proyek yang sedang berlangsung."

Jika untuk urusan perusahaan, CEO kondang satu ini tak perlu diragukan lagi kejeniusannya.

"Pergilah. Jemput aku nanti pukul 5 sore. Tinggalkan aku sendiri!" titah Jeff final yang langsung dituruti asistennya.

Ia mencoba memejamkan mata, merefresh sejenak pikirannya yang kacau. Tak mendapat hasil, pria itu masuk ke ruang pribadinya lalu merebahkan diri di ranjang.

Gemericik air kran yang mengucur mengusiknya. Jeff ingat sebelum makan siang tadi, ia sudah mematikan air kran di kamar mandi. Lalu sekarang?

Jeff melangkah lesu ke kamar mandi di sudut ruangan. Belum juga menginjakkan kaki di lantai yang basah, ia dikejutkan dengan panorama di dalamnya.

Seorang wanita tanpa busana tengah berkutat dengan busa di kepalanya. Wanita itu berdiri di bawah shower mati seraya memejamkan mata. Ia tak menyadari bahwa tubuh telanjangnya menjadi santapan pria hidung belang yang tak lain adalah bosnya sendiri.

Dan akibat aktivitas mandi di siang bolong itu, sesuatu yang telah lama tertidur mulai beranjak bangun di balik wadahnya yang ketat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status