Share

3. Pesta Jalang

Jacob De Gama Sota. Ialah sosok penting nan utama dibalik pesta jalang ini. Pria yang usianya sudah masuk kepala tiga itu mendekap hangat 2 sahabat karibnya sejak SMA.

Dekapan ala pria tentunya.

"Gila memang, 3 tahun di London, pulang kemari langsung membangun club malam semeriah ini."

"Tampaknya makin sukses saja dengan ternak pelacur yang kamu budidaya di sana hingga lupa untuk kembali ke negara asalmu, Man."

"Ucapanmu memang tak berubah sejak dulu, Jeff. Selalu asal-asalan sesuai yang terlintas di kepalamu," Jacob terkekeh lantas melanjutkan kalimatnya.

"Well, dari pada membudidaya, aku lebih suka menyebutnya menikmati. C'mon, hidup cuma sekali, Man. Lestarikan dan syukuri saja apa yang ada di dunia. Oh- betapa banyak pahala yang kudapat dari Tuhan untuk itu."

Oh, dasar pria sinting!

"Apa melestarikan dan mensyukuri yang kamu maksud adalah menjadi maniak seks?"

"Alright."

"Cih, mana ada melakukan maksiat tapi dapat pahala? Bangun dari tidurmu bodoh, ini bukan negeri dongeng!"

Setelah mengatakannya, Jeff kembali meneguk tequila yang dituangkan bartender. Entah sudah berapa banyak gelas sloki yang ia habiskan malam ini.

"Bagaimana bisa kamu menyewa jalang-jalang ini sementara dari info yang kudapat kamu tiba di sini baru 2 hari lalu?"

"C'mon aku punya harta, tahta, anak buah sedemikian banyak, dan koneksi yang luas tentunya. Menyewa wanita-wanita pekerja seks komersial seperti mereka bukan suatu hal sulit bagiku," jawabnya angkuh yang malah mendapat tatapan sinis dari Aldric.

"Untuk apa punya harta dan tahta kalau tak punya wanita?"

"Memangnya kamu punya, huh? Sudah masuk kepala tiga juga nyatanya masih belum ada tanda-tanda untuk berumah tangga," Jeff menimpali perkataan Aldric, agaknya ia membela Jacob di sini.

"Setidaknya aku punya kekasih, sialan! Memangnya kamu yang masih bergelut dengan impotenmu itu?!"

Sarkas Aldric tak kalah sengit dari Jeff. Kawan impotennya ini memang suka asal jeplak kalau bicara. Padahal Aldric diketahui telah memiliki pasangan yang memang tak ia tunjukkan secara berlebihan di circle pertemanannya. Maklum bila Jeffrin tergelak mendengarnya.

"Go to hell, Al! Aku--"

"Kalian banyak bacot! Sudahi obrolan tak berguna ini. Baiknya nikmati saja jalang-jalang yang belum kebagian job di sofa sebelah bartender sana. Mereka kubayar untuk membuat tamu undanganku bahagia."

Keduanya mengikuti arah mata Jacob. Benar saja, sekumpulan wanita seksi tengah bergoyang mengikuti irama seraya memperlihatkan paha mulus serta buah dada bagian atas mereka yang menyembul.

"Al, Jeff."

Keduanya menyahut bersamaan, mengikuti arah pandang Jacob yang terpaku pada seorang pria di ambang pintu.

Tubuh jangkungnya langsung menjadi santapan para jalang yang sudah stay di pintu masuk. Seketika aura kemaskulinitasan pria itu langsung turun kasta manakala ia merespon sentuhan-sentuhan wanita dengan tak kalah sensualnya.

Namun lain di mata Jeff.

Cih, pria ini pasti murahan. Terlihat dari caranya merespon jalang yang begitu norak di mata Jeff.

"Namanya Nicholas. Direktur utama NS Group, anak perusahaan milik Petra Group, ayahnya. Pria dengan sejuta pesona yang dilirik banyak wanita di luar sana. Sayang sekali ia bukan tipikal player seperti kita."

Aldric mengerutkan kening, "Why?"

"Kudengar sebentar lagi ia akan lanjut ke jenjang serius dengan kekasihnya. Entahlah, padahal usianya masih 5 tahun bawahku. Tapi terburu-buru membangun rumah tangga."

"Setidaknya ia tak membangun habitat pelestarian jalang sepertimu, Jac," kata Jeff.

"Well, kurasa pilihan menikah lebih baik ketimbang hobi buka segel perawan tapi tak ada status hubungan."

"Sialan! Mulut kalian berdua memang sama pedasnya!" Umpat Jacob diikuti gelak tawanya. "Sudahlah, aku akan menghampiri Nicholas. Kalian berdua masuklah ke ruang VVIP yang telah kusiapkan, nanti akan ada satu jalang yang memandu kalian menunjukkan ruangannya."

Tak berselang lama setelah menghilangnya Jacob dari pandangan Aldric dan Jeffrin, seorang wanita menghampiri keduanya sambil menenteng kunci kamar VVIP yang dimaksud.

Keduanya disambut hangat tatkala di depan pintu kamar VVIP masing-masing berdiri seorang jalang cantik. Ah, tidak-tidak, luar biasa cantik bagi Jeff.

Ia bukan orang awam di tempat seperti ini. Tatapan serta sentuhan dari si jalang menandakan betapa mahalnya palacur yang direkomendasikan Jacob untuknya ini. Lagi pula, mana mungkin si billioner itu memberikan barang murah kepada sahabat-sahabatnya?

C'mon, bukan perkara cantik, sexy, atau seberapa hebat permainannya, tapi pertanyaannya hanya satu. Mampukah pelacur senior ini membangunkan milik Jeffrin yang didiagnosa impoten sejak 2 tahun lalu?

****

Pukul 7 pagi Jeffrin terbangun dari tidurnya. Merasakan pegal sana-sini sehabis adegan mantap-mantap semalam.

Ah sial! Mantap-mantap apanya?! Dasarnya impoten ya impoten, tetap saja jhonynya loyo sekalipun Jacob menyuguhkan pelacur terbaik yang pria itu punya.

Anyway, Jeff berhasil mengusir jalang laknat yang semalam menggodanya habis-habisan. Mau bagaimana lagi? Bila simbiosis mutualisme tak kunjung ia temukan, untuk apa ia membiarkan jalang itu menikmati dirinya? Toh ia tak merasa beruntung sama sekali. Yang ada tubuhnya remuk lantaran tertidur di lantai secara tak sadar akibat pengaruh alkohol dosis tinggi yang disuguhkan si jalang.

Pemandangan pertama kali yang ia tangkap saat buka pintu kamar VVIP adalah Jacob, Aldric, dan Marco si asisten gesreknya itu.

"Wih ngeri. Sepertinya ada yang berhasil buang benih tuh semalam."

Jeff berdecak mendengar ucapan Jacob.

"Aku tidak yakin si Bos berhasil membuang kecebong kadaluwarsanya. Bahkan meski Tuan Jacob memberinya jalang kelas atas sekalipun."

Oh- betapa kurang ajarnya asisten CEO satu ini.

"Benarkah begitu kawanku? Apa impotenmu tak akan sembuh bila belum masuk ke lubang jalan tol milik si Elena itu?"

"Siapa Elena?"

"Tuan Jacob tak tau?"

Jacob menggeleng. "Tiga tahun di London, aku tak yakin bisa tau semua kabar terbaru kedua CEO brengsek ini. Yang kutau hanya Jeff yang kini jadi impoten tapi entah apa alasannya."

"Wanita itu adalah jalang terakhir yang Bos Jeff cicip tepatnya 2 tahun lalu."

Setelah mengatakannya, Marco dihadiahi pelototan tajam dari Jeff. Berani-beraninya asisten satu itu membocorkan aibnya tanpa seizinnya.

"Oh, baik-baik. Sepertinya Boss Jeff ingin aku menjelaskan padamu lebih lanjut, Tuan Jacob."

Haha, kurang ajar!

"Elena adalah istri seorang saudagar kaya di Norwich. Jalang itu- ah bukan, wanita itu adalah simpanan Bos Jeff selama berbulan-bulan ketika ia sedang menyelesaikan studi magisternya di sini," Marco mengalihkan pandangan ketika mata Jeff menghunusnya dalam-dalam. "Singkatnya, perselingkuhan Bos Jeff dan Elena diketahui suami wanita itu, bahkan kepergok ketika keduanya melakukan pergulatan panas di apartemen Elena sendiri yang dibeli oleh suaminya."

"What the fuck?!"

Umpatan keterkejutan Jacob berbanding terbalik dengan gelak tawa Aldric. Entahlah, pria berambut cepak itu rasanya ingin tertawa bahkan meski sudah puluhan kali mendengarnya.

"Seorang Jeff menjadikan istri orang sebagai simpanannya?"

"Memang begitulah adanya Jac. Marco benar, pria tolol ini sungguh tak modal dengan meniduri istri orang di apartemen suami dari simpanannya. Bahahaha."

"Dan apa kamu mau tau yang terjadi selanjutnya, Tuan Jac?"

"Apa?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status