“Kalian emang mau kemana sih?” tanya Amora penuh curiga saat melihat sang suami dan dua pria sableng lainnya itu berpakaian rapi di malam hari.“Nganter Gerry, katanya ada sesuatu yang harus dia urus di sini,” jawab Thomas sambil melingkarkan jam rolex di pergelangan tangannya.“Kamu gak ada niatan macem-macem kan?” Amora langsung memandang sang suami dengan sinis.“Ini bukan waktunya kamu cemburu, Sayang. Di sini gak ada klab malam atau sejenisnya, cuman ada pasar malem yang katanya baru besok malem mulai buka,” jawab Thomas, dan segera mengecup singkat bibir sang istri sebelum wanita itu kembali mengucapkan hal-hal negatif kepadanya.Kejadian yang hampir sama pun terjadi di kamar lainnya, tepatnya di kamar Gerry dan Kia. Kia merasa ada yang sedang suaminya sembunyikan kepadanya, karena Gerry yang biasa mageran tiba-tiba memberitahukan dirinya bahwa dia dan kedua sahabatnya akan keluar malam itu.“Aa sebenernya mau kemana sih? Kalau emang mau ke rumah Pak Kades, kenapa gak ajak Pak R
Perubahan hormon ibu hamil,membuat sifat gadis itu jadi banyak berubah, perempuan yang biasa giat bekerja itu jadi tiba-tiba saja jadi malas bekerja, jangankan bekerja, mandi pagi saja malas, karena setiap kali badannya tersentuh airnya, rasa mual pasti datang mendera. Bukan hanya itu saja, moodnya sangat mudah berubah, rasa bahagia dan sedih seperti hanya terpisah sehelai benang. Pagi ini contohnya, Gerry begitu terkejut saat mendengar suara isak tangis dari balik selimut yang masih membungkus tubuh sang istri. Dia menangis seperti seorang istri yang teraniaya, sama persis dengan para aktris di sinetron azab.“Kamu kenapa? Mual?” tanya Gerry dengan lembut dan penuh kasih. Sungguh, Kia pun bingung dengan dirinya sendiri, hanya karena mengingat drama romantis yang ia tonton semalam saja sudah membuat dirinya seperti seorang istri yang tidak dicintai, karena sikap Gerry yang tidak seromantis aktor-aktor dalam drama itu.“Kamu kenapa, aku tanya? Atau mau apa?” Gerry masih bersabar men
Lagi dan lagi pria itu kembali mengerang kuat di detik-detik terakhir saat baru saja ia akan memulai kegiatan haram penuh kenikmatan dengan perempuan yang ia temui di club."Kenapa sih?" tanya wanitanya, yang bingung saat tiba-tiba saja pria yang baru akan mencumbunya terlihat berniat meninggalkan dirinya."Gue gak minat sama elo. Liat aja, gak bangun," ujarnya, sembari memperlihatkan miliknya dengan tak berakhlak."Kok bisa? Bukannya tadi udah on. Emang aku kurang apa?" Wanita itu memaksa. Karena bagaimana bisa dia ditinggal begitu saja saat sedang berada di puncak gairah?Dan apa alasannya tadi?Gak minat?Helo ....Bentuk tubuhnya yang bak gitar spanyol hasil karya dokte
Awal Mula Takdir BekerjaDua tahun lalu…Rasanya Gery mulai bosan dengan pembahasan ini, pembahasan yang terus berulang dari waktu ke waktu, bahkan sekarang pembahasan itu mulai sering terdengar dari mulut sang kekasih."Bisa gak kita gak bahas ini terus?" ucapnya dengan nada kesal."Dan bisa gak kamu pertimbangkan usulan aku?" balas perempuan cantik bernama Gitsa. "Ini demi kita, demi masa depan kita," ucapnya mengiba."Demi kita?" Dengan sinis dia mengulang ucapan sang kekasih. "Kita apa kamu?""Please, Ger. Jangan kayak gini. Jangan nyudutin aku kayak gitu!" Gitsa mulai mengeluarkan air mata.Dia pun s
Hari pergantian umur adalah satu momen yang begitu ditunggu banyak orang, tak terkecuali gadis cantik bernama Zaskia. Sejak pagi gadis berusia 20 tahun itu terus saja menyunggingkan senyum saat membaca ucapan selamat yang masuk ke akun WhatsApp-nya."Kalau lagi makan simpen dulu hape kamu. Ketauan Ibu bisa marah dia," ujar Bapak."Kan mumpung gak ada Ibu, Pak. Lagian boleh lah setahun sekali aku makan sambil mainin hape. Orang lagi ulang tahun mah, bebas Pak," ujar gadis cantik itu seraya memamerkan rentetan giginya yang rapi."Kamu ulang tahun hari ini?" Bapak tua itu terlihat kaget."Iya, Pak. Hari ini aku 20 tahun. Udah 20 tahun Pak!" Serunya dengan riang.Tapi tidak dengan pria bernama Kusdi itu, meski wajahnya memancarka
Pening, itulah yang pertama kali Kia rasa saat membuka matanya hingga ia harus memegang kepalanya kuat-kuat. Sepertinya ini masih dalam mimpinya, pikir Kia ketika melihat seorang pria tampan duduk bersandar sambil melipat tangan di dada dengan kedua matanya terpejam. Dia lah bosnya, sang pemilik kafe tempatnya bekerja. Jadi ini pastilah mimpi, karena tak mungkin bosnya itu ada dalam kamarnya.Eh, tunggu!Ini bukan kamar tidur di kontakannya, kamar bernuansa putih dengan aroma menenangkan ini begitu asing di ingatan Kia. Jadi sekarang dia ada dimana?Cepat-cepat Kia bangun dari tidurnya tanpa aba-aba, dan itu membuat sekujur tubuhnya seperti dialiri sengatan listrik yang cukup menyakitkan terutama di bagian kakinya. Jadi ruang tidur ini adalah sebuah ruang rawat inap rumah sakit.
Belum sampai Gery mengiyakan apalagi menjelaskan perihal yang terjadi, pintu kamar rawat inap diketuk, diiringi ucapan salam.“Waalaikumsalam,” jawab Kia dan Gery hampir bersamaan.“Itu suara ibu saya, Pak.” Sambil tersenyum senang. “Bu, masuk, Bu!” panggil gadis itu dengan senyum yang masih melekat di bibirnya.“Biar saya yang buka pintunya!” ucap Gery saat melihat sang pasien akan beranjak turun.Seorang wanita yang tidak terlalu tua berdiri di depan pintu kamar dengan sebuah kantong plastic putih di tangan kirinya.“Punten, Mas. Ini kamarnya Zaskia?” tanya ibu itu dengan logat Sunda yang khas. Matanya nampak sembab.&nb
Gery meminta izin untuk keluar sebentar kepada kedua wanita yang saat itu sedang menikmati makan siang mereka, “saya izin keluar dulu, mungkin nanti sore atau malam saya balik lagi. Ada yang harus saya urus sebentar,” ucapnya dengan sopan.“Iya, istirahat aja yang cukup, jangan sampe nak Gery ikut sakit juga,” jawab ibu dengan nada khawatir. “jangan khawatirin Kia, denger kan kata dokter tadi kalau besok Kia udah boleh pulang, jadi sekarang nak Gery pulang aja, ya! Jangan terlalu tergesa-gesa. Karena biasanya yang tergesa-gesa itu kurang baik hasilnya, wanita itu cuma butuh tindakan nyata tanpa perlu banyak ungkapan kata. Ngerti kan maksud ibu?” lanjut Ibu sambil menepuk-nepuk lengan Gery.Gery dengan bodohnya malah mengangguk seolah menyetujui semua nasihat yang keluar dari mulut wanita tua itu, meskipun sebetulnya tak ada yang bisa dia simpulkan dari nasihat tersebut. Dan segera dia meninggalkan kamar pasien tersebut.Selang satu jam sejak kepergian Gerr