Share

BOS AROGAN ITU TUNANGANKU
BOS AROGAN ITU TUNANGANKU
Penulis: INDRY

Chapter 1

"Ta-tapi Pak, kenapa beasiswa saya diputus?" tanya Eliza panik.

"Semua ini sudah keputusan Universitas, jadi saya tidak bisa membantu," ucap seorang kepala administrasi yang lalu pergi tanpa menghiraukannya lagi.

Eliza adalah seorang gadis miskin. Kini, ia terancam putus kuliah karena tidak mampu membayar biaya kuliahnya.

Selama ini, dirinya mengandalkan uang beasiswa untuk membiayai kuliah serta biaya hidupnya sehari-hari. Dengan beasiswa itu juga, Eliza dapat membantu sedikit biaya perawatan ayahnya yang sudah sakit parah dan hanya menjadi bunga ranjang selama ini.

Namun, kabar ini meruntuhkan impiannya. 

"Sayang sekali kalau kamu harus cuti," ujar seorang petugas administrasi kemahasiswaan yang sedang menginput data dan permohonan cuti Eliza.

"Seandainya Universitas mau berbelas kasih padaku selama satu tahun saja, pasti aku tidak akan cuti," lirih Eliza penuh sesal.

"Di zaman sekarang, yang beruang lah yang berkuasa. Kau harus punya kekuatan dari dalam untuk mendapat yang kau inginkan. Lagipula kau harus sadar diri jika memang tidak mampu. Jadi jangan salahkan keadaanmu lagi. Berjuanglah."

Kalimat wanita itu sangat pahit, namun Eliza menelannya tanpa melakukan protes. Selain itu, apa yang wanita itu katakanya memanglah sebuah fakta.

Eliza berjalan gontai, setelah mengurusi ijin cuti kuliah di semesternya yang keenam. Kini Eliza adalah pengangguran dan bukan seorang mahasiswa aktif lagi.

-------

Sudah beberapa minggu belakangan ini Eliza mencari pekerjaan sampingan. Namun keberuntungan belum berpihak padanya.

Hingga suatu saat ia mendengar seseorang yang sedang duduk dicafe berbicara mengenai lowongan magang yang dibayar di perusahaan milik keluarga kaya raya Barbarossa.

"Dua ribu lima ratus dollar hanya untuk karyawan magang? Perusahaan itu benar-benar gila," ucap salah seorang wanita disana.

"Benar, makanya aku sangat antusias dengan interviewku tadi. Tapi memang sangat banyak pesaingnya. Dan mereka sangat cantik dan juga berpengalaman."

"Kalau aku tidak bisa mendapatkan pekerjaannya, paling tidak aku mendapatkan direktur utamanya."

"Wow, kau sangat berani berharap," ucap seorang lainnya lalu diikuti gelak tawa mereka.

Eliza pun tidak buang waktu. Dia segera menyelesaikan makan siangnya dan bergegas pergi untuk melamar dan mengikuti proses walk in interview.

Sayangnya, karena penampilan Eliza yang sudah lusuh akibat terik matahari, seorang resepsionis pun mengusirnya.

"Bos sedang tidak ada di kantor. Lagi pula kau tidak akan diterima. Kau benar-benar meremehkan Bos kami. Beraninya kau datang dengan lusuh seperti itu," kecam resepsionis itu.

"Aku akan meminjam kamar mandi untuk berdandan, Bu," melas Eliza.

Tapi sayang, resepsionis itu tetap menolak keras.

"Kumohon, beri aku kesempatan. Jika aku tidak boleh ikut walk in interview, ijinkan aku menitipkan lamaran ini pada Anda."

Resepsionis yang angkuh itu beranjak dari tempatnya dan menghampiri Eliza. Ia menarik tangan Eliza dan mendorongnya keluar pintu dengan paksa.

Tubuh Eliza terhuyung hampir terjatuh, untung saja seseorang berhasil menangkapnya.

Sang resepsionis begitu terkejut setelah melihat pria yang menangkap tubuh Eliza. Ia sontak menutup mulutnya yang sedang mengaga dengan kedua telapak tangannya.

"Ada apa ini?" suara bariton yang sangat manly itu seketika membuat hati Eliza berdebar.

"Maaf, Bos. Hanya terjadi sedikit salah paham," jelas wanita resepsionis itu dan bergegas menolong Eliza yang jatuh dalam pelukan Reiz.

Eliza yang juga melihat Reiz menjadi sangat terpesona. Pria itu masih muda dan sangat tampan. Wajahnya terkesan dingin namun juga terlihat seperti pria baik-baik dalam waktu bersamaan.

Pria yang memakai setelan jas biru itu membuat dada Eliza semakin berdegup. Menyadari ini bukan saatnya terpesona, Eliza buru-buru merapikan penampilannya.

"Terima kasih, Bos sudah menolong saya."

Pria itu hanya menatap Eliza namun tidak menjawab apapun.

"Bos, mari silahkan masuk," ucap wanita resepsionis sambil membukakan pintu untuknya.

Reiz pun berlalu masuk melewati Eliza. Setelah pria itu dan resepsionis masuk, Eliza baru teringat tujuan awalnya, ia segera membuka pintu itu dan masuk, berlari mengejar Reiz.

Eliza berhasil menarik tangan Reiz yang akan masuk ke dalam lift. Resepsionis yang telat menyadari aksi Eliza langsung menyusul dan buru-buru menarik Eliza untuk mengusirnya kembali.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Reiz dengan mengerutkan keningnya. Memandang Eliza dengan tatapan aneh, menilai.

Namun Eliza yang tidak peduli mengenai penilaian Reiz, ia buru-buru menjelaskan, "Bos, aku ingin ikut walk in interview, namun wanita ini menolakku dan mengusirku. Bahkan aku tidak diberi waktu untuk memperbaiki penampilanku. Aku yakin kau adalah Bos yang bijak. Tolong beri aku kesempatan," ucap Eliza dengan cepat sebelum dirinya diusir kembali.

Eliza menangkupkan kedua tangannya memohon dengan wajah yang benar-benar memelas.

Reiz menatap wanita resepsionis itu yang terlihat salah tingkah.

"Apa benar kau mengusirnya?"

"Ma-maaf, Bos. Tapi saya yakin, Bos Vico tidak akan menyukai wanita yang lusuh seperti ini. Bos Vico adalah orang yang perfeksionis. Saya tidak mau dipecat karena melakukan kesalahan dengan membiarkannya menemui Bos Vico dengan penampilan seperti ini,"

"Cukup." Reiz tidak ingin mendengarkan penjelasan wanita itu lebih panjang lagi.

Hati reiz akhirnya terketuk, lalu ia meminta Eliza untuk ikut dengannya.

"Kau, ikutlah denganku."

Eliza langsung tampak senang dan sempat melompat-lompat kecil. Reiz yang melihatnya tersenyum dalam hatinya. Ia terhibur dengan tingkah Eliza yang masih polos.

Reiz memasuki lift dan diikuti oleh Eliza, mereka menuju ke lantai sepuluh. Lift terbuka tepat di ruangan milik Reiz.

Saat pintu ruangan itu terbuka, tampak sebuah ruangan yang sangat besar. Rasanya lebih mirip seperti rumah, karena terlihat nyaman dan mewah.

"Kau bisa menggunakan kamar mandiku disana, dan rapikan dirimu." Reiz menunjuk ke sudut ruangan itu, dimana ada walk in closet pribadinya disitu.

"Terima kasih, Bos," ucap Eliza dengan sedikit membungkuk memberikan hormat.

Muncul kekaguman yang luar biasa saat Eliza membuka pintu walk in closet milik pria itu. Benar-benar mewah dan disitu ada banyak barang berharga juga.

Terpampang beberapa arloji merek terkenal disana, seperti Rolex , Piguet, dan beberapa merek lainnya yang bahkan tidak familiar di telinga gadis miskin sepertinya.

"Aku harus cepat," ujar Eliza lalu mempercepat langkahnya menuju pintu kamar mandi.

Namun lagi-lagi Eliza tercengang. Kamar mandi itu sangat mewah dan lengkap. Ada bath up dan perlengkapan lainnya untuk berendam mewah.

Eliza mengerjapkan matanya untuk mengembalikan kesadaran. Ia langsung menyalakan kran airnya untuk mencuci wajahnya dan mengaplikasikan riasan yang sempat luntur karena keringatnya.

Setelah beberapa menit, Eliza sudah siap kembali keruangan Reiz. Terlihat pria itu sedang sibuk seperti mencari-cari sesuatu di rak besar ruangan itu.

"Bos, terima kasih. Saya sudah selesai merapikan diri."

"Baguslah. Kau bisa langsung keluar menemui wanita tadi untuk meminta giliran interview," jawab Reiz tanpa menatap Eliza.

"Baik."

Reiz benar-benar tidak menatap Eliza yang akan pergi dari ruangan itu. Pria itu malah semakin sibuk dan bergumam sendiri.

Eliza yang sudah siap membuka pintu pun menghentikan langkahnya. Ia memperhatikan pria yang menolongnya itu sedang berkcak pinggang seperti sedang sangat kebingungan.

Karena pria itu telah berbaik hati padanya, Eliza pun ingin berbalas budi dengan membantunya.

Eliza perlahan mendekati Reiz, dan berdiri di belakangnya. Dengan sopan dia berkata, "Bos, apa yang sedang membuat Anda kebingungan?"

Reiz yang terkejut karena mengira Eliza telah keluar itu sontak berbalik badan menatap Eliza.

Bukannya marah karena dikejutkan olehnya, Reiz justru terpesona.

Entah mengapa, ia merasa Eliza terlihat begitu cantik dan mempesona di matanya?

'Bagaimana bisa, seseorang berubah sangat cantik hanya dengan mencuci mukanya?' batin Reiz dalam hati. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status