Share

7. Menginap

Author: HANINA
last update Last Updated: 2021-03-08 13:42:02

"Oh ya, bagaimana kalau ngobrolnya kita terusin di rumah gue, kayaknya nggak cukup waktu kalau di terusin disini. Nginep ya … di rumah Gue?"

"Nginep?" Danu dan Karin kompak menjawab bersamaan.

"Iya, nginep. Kenapa reaksi kalian berdua aneh? Kayak udah janjian gitu." Risa mengerutkan keningnya.

"N-nggak gitu, Ris. Gue cuma ada urusan sama temen." Karin tergagap.

"Temen yang lebih penting dari gue? Setelah dua tahun nggak pernah bertemu? Lagian elo singgle, pasti nggak ada janji sama cowok, kan?" Risa memasang wajah kecewa.

"Eh, itu …." Karin melirik Danu.

"Sayang, Mas ke kantor sekarang, ya? Mas, nggak ikutan urusan wanita." Danu mengelus pundak Risa dan setengah berlari keluar dari kafetaria hotel.

"Em … iya deh, gue nginep di rumah elo nanti malam." Karin tidak punya pilihan lain.

"Ye … gitu dong, bff." Risa melompat girang.

'Hh, elo yang ngundang gue ke rumah elo, Ris. Jangan salahkan kalau suami elo nyuri kesempatan buat bermesraan sama gue.' Karin tersenyum mengejek. Ia sedang menyusun rencana untuk mencari cara agar nanti malam ia bisa memadu kasih dengan suami sahabatnya.

"Kok bengong, ayo Rin. Taksinya udah siap di depan."

"Eh iya, ayo."

***

Sesampainya di rumah Risa. Bunyi dentingan notif ponsel berbunyi beberapa kali, menandakan banyaknya pesan yang masuk.

"Kenapa nggak dibuka, Rin? Siapa tahu penting." Risa heran karena Karin seolah tak terganggu dengan notif pesan yang berbunyi beberapa kali.

"Ah, paling notif grup olshop, nawarin barang. Biarin aja, sekarang kan tanggal tua. Nggak boleh khilaf belanja." dusta Karin, padahal ia sangat yakin notif itu dari Danu.

"Oh, ya udah, aku ambilin minum dulu, ya?"

Sepeninggal Risa. Karin buru-buru membuka notif pesan yang terkirim padanya.

Danu:

[Sayang, tolak aja, ajakan Risa untuk nginep.]

[Cari alasan, Yang.]

[Bisa bahaya, Mas nggak tahu cara ngadepin kalian berdua kalau sampai beneran nginep.]

[Mas, bisa nggak tahan untuk ….]

[Hubungan kita bisa terbongkar.]

[Sayang.]

[Yang.]

[P]

[Telat, Risanya ngotot. Aku nggak bisa nolak. Lagian aku kangen sama Mas. Curi waktu ah, biar bisa anuan sama Mas. 😁😁 ] Send.

Setelah membalas pesan dari Danu, Karin segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sebelum Risa bertanya yang macam-macam kepadanya.

"Kenapa ketawa-ketawa sendiri? Kek sedang menang lotre." Risa datang membawa nampan yang berisikan aneka camilan dan dua gelas minuman dingin.

"Ah, enggak kok, cuma inget kenangan kita dulu waktu sekolah."

"Sebelum kita terusin ngobrolnya minum dulu gih, cobain juga kuenya. Itu hasil gue uprek di dapur, alias diy, hehehe."

"Em … enak kok. Nggak pernah mengecewakan. Selalu enak, kue buatan elo. Karin mengunyah bolu kukus buatan Risa. "Ngomong-ngomong, rumah elo bagus juga ya, Ris? Gue kira minimalis yang bikin sumpek. Nyatanya nyaman dan elegan.

"Biasa aja, Rin. Yah … walaupun tak semewah rumah Papa, tapi cukup nyaman, kok. Mas Danu telah bekerja cukup keras untuk mencukupi kebutuhan kami tanpa menerima bantuan apa pun dari Papa. Gue cukup bangga dengan kerja kerasnya."

"Ceile … yang bucin." Berbanding terbalik dengan ucapan mulutnya, sebenarnya Karin sangat cemburu dan iri kepada Risa. 'Seharusnya gue yang nikmatin ini semua, bukan elo, Ris.' batin Karin.

***

Malam harinya, Risa menyiapkan banyak menu makanan untuk menyambut kehadiran Karin setelah dua tahun mereka tidak pernah bertemu. Sebagian ia masak sendiri dengan dibantu Karin dan sebagian lagi ia pesan dari penjual makanan onlinè.

"Tinggal nunggu Mas Danu pulang." Risa merapikan bajunya yang sedikit kusut.

"Emang nggak lembur?" celetuk Karin tanpa sadar.

"Nggak, kan tahu elo disini. Eh, kok elo tahu kalau mas Danu suka lembu? Padahal gue belum cerita."

"Eh … nebak aja, sih." Karin terlihat gugup.

"Kirain," Risa tersenyum. "Singkron, nggak? Baju dan make up gue." Risa memutar badannya.

"Ng …?"

Tipe rumah minimalis yang menyatukan ruang tamu dan ruang makan yang hanya dibatasi rak buku menjadikan suara mobil Danu yang berhenti di halaman rumah terdengar jelas oleh Risa dan Karin.

"Akhirnya yang ditunggu udah pulang." Risa berjalan keluar diikuti Karin dibelakangnya.

"Mas, pulang …." Sudah menjadi kebiasaan Danu ketika sampai di rumah akan mengatakan kalimat yang sama kepada Risa.

"Udah pulang, Mas." Risa dan Karin menjawab bersamaan. Lagi-lagi mereka bertiga kembali berpandangan dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.

BERSAMBUNG.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mimah Sirian
pekak kali bukan peka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BROKEN (INDONESIA)    99. Selamanya Bahagia

    Delapan belas tahun telah berlalu, tapi pernikahan kedua Danu dan Risa semakin romantis. Walaupun umur keduanya tidak lagi muda. Seperti saat ini, di taman belakang saat sore hari, Danu dan Risa menghabiskan waktu bersama pada hari sabtu, minggu atau hari libur lainnya. Mereka akan duduk berdua sambil berpelukan dan bercerita keseharian mereka ketika tidak bersama. Danu akan bercerita keadaan kantor beserta permasalahannya dan Risa bercerita tentang keadaan rumah dan Satria. Bocah bule yang ditemukan di depan pintu yayasan sosial milik Risa itu kini tumbuh sebagai remaja tampan dan sangat aktif. Dingin di luar tapi sangat cerewet di saat-saat tertentu. Seperti saat ini, remaja tampan itu sudah menggoda kedua orang tua angkatnya dengan bercie-cie ria. "Astaga, kalian, mataku ternodai." goda Satria yang tiba-tiba muncul lalu mengolok kemesraan Danu dan Risa. "Kamu juga gitu, nanti, kalau udah ketemu cewek yang kamu suka." jawab Danu yang belum mau melepaskan pinggang istrinya. "Ish …

  • BROKEN (INDONESIA)    98. Akhir Bahagia

    Hati Danu seakan ingin melompat dari dalam dadanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, takut jika yang dilihatnya adalah halusinasi. Dengan mencubit kulit di lengannya, laki-lski itu memastikan jika yang dilihatnya adalah kenyataan. "Mas Danu," panggil Risa lirih. "Mas." "Eh iya," Danu terlonjak dengan panggilan Risa. Ia bangun dari ranjang lalu mendekati Risa. "Sayang," Danu menangkup wajah Risa yang malam ini terlihat sangat cantik dengan sentuhan make-up minimalis. "Malam ini …?" Risa menganggukkan kepalanya yang disambut senyum lebar dari bibir tipisnya Danu. "Maaf, telah membuat Mas, menunggu lama." "Tidak apa, Mas rela menunggumu." Danu langsung memèluk tubuhnya Risa dengan erat sambil mengècupi puncak kepalanya. Ia menarik kedua tongkat yang menyangga tubuhnya Risa lalu mengangkat tubuh mungil itu ke atas rànjang. Dengan pelan-pelan, Danu membaringkan tubuh istrinya. Pandangan mereka bertemu, Risa tersipu malu ketika suaminya menatapnya dengan lekat. Tatapan mata itu

  • BROKEN (INDONESIA)    97. Mas Danu

    Risa kaget, ia tentu merasakan tonjolan itu. Ia juga paham jika Danu sedang terangsang. Salahnya, ia tergesa-gesa sehingga tidak sengaja terpeleset lalu mengakibatkan insiden yang tidak diinginkannya. "M-maaf," ucap Risa dengan malu-malu. Sebenarnya sudah satu bulan yang lalu ia sudah membuka hatinya untuk menerima kehadiran Danu seutuhnya sebagai seorang suami. Dirinya pun sudah siap jika suatu saat, Danu meminta haknya. Namun ia malu untuk mengatakannya, ketulusan Danu dan perhatiannya selama ini. Dapat Risa rasakan jika tidak pura-pura atau dibuat-buat. Ia juga bisa melihat, tatapan penuh cinta dari Danu selaku ditujukan padanya ketika mereka berhadapan. Jujur, ia sedikit minder dengan keadaan fisiknya yang cacat, yang hanya mempunyai satu kaki. "Oh, tidak apa, kamu baik-baik saja, sayang. Eh … R-ris," mulut Danu selaku gatal untuk memanggil istri tercintanya itu dengan sebutan sayang. "A-aku baik-baik saja, Dan." Risa tak kalah canggung. Posisi mereka dan keadaan dirinya yang ha

  • BROKEN (INDONESIA)    96. Insiden Manis

    "Dan," panggil Risa setelah mendengar nama Karin. Saat ini mereka sedang berada di ruang makan untuk sarapan. "Ris, Karin, meninggal tadi malam di rumah sakit pusat rehabilitasi penyakit AIDS." jelas Danu, yang tahu jika Risa penasaran dengan panggilan telepon yang baru dijawabnya dan menyebutkan nama Karin. "Sebaiknya kamu cuti untuk menghadiri proses pemakamannya Karin. Bagaimanapun, dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupmu." ucap Risa tulus. "Ris, kamu …?" "Aku sudah memaafkannya, aku pikir, semua sudah takdir dari Tuhan." "Terima kasih, Ris." Danu tidak menyangka, Risa akan begitu mudah memaafkan kesalahan Karin yang begitu besar padanya di masa lampau. Hati wanita itu sangat baik."Aku tidak bisa ikut, kondisiku yang begini, tidak memungkinkan dan tidak ada yang mengurus Satria.""Benar, sebaiknya, kamu di rumah, jagain Satria." Danu pikir, keputusan itu sudah tepat demi kebaikan semua. "Sudah, sana cepat berangkat sebelum jalanan ramai, daripada terjebak macet nanti.

  • BROKEN (INDONESIA)    95. Berita Duka

    "Bagaimana bisa?" Risa terperangah mendengar pengakuan dosa dari Karin. Seketika dadanya terasa sesak, Papa yang sangat dicintainya meninggal gara-gara mantan madunya."Maafkan aku, Ris, aku ….""Katakan padaku, bagaimana, Papa, bisa meninggal?" titah Risa."Setelah kelahiran Satria, Mas Danu, mulai menjauhiku. Dia memutuskan untuk meninggalkanku demi Satria. Ia merasa bersalah dengan keadaan Satria yang mengidap penyakit gagal jantung. Mas Danu merasa, semua karena kesalahannya. Sewaktu, kamu, mengandung, Mas Danu tidak memperhatikanmu karena sibuk mengurusku. Ia ingin menebus kesalahannya dengan merawat Satria dan meninggalkanku.""Aku yang sudah terbiasa mendapatkan perhatian dan uang jajan darinya. Merasa

  • BROKEN (INDONESIA)    94. Memohon Pengampunan

    Mereka saling berpandangan.Danu mengerjap beberapa kali karena tidak percaya melihat kehadiran Karin di depan matanya. Mantan istri sirinya yang dulu terlihat sangat cantik dan sèksi itu sekarang terlihat layu. Karin memakai kaos dan celana training panjang yang menutupi seluruh lekuk tubuhnya. Pakaian ketat yang sudah menjadi ciri khasnya tak terlihat hari ini. Mukanya kusam tanpa make up, kulitnya tampak kering tidak seperti dulu yang terlihat glowing dan terawat."Mas Danu ….""K-karin."Karin langsung bersimpuh dihadapan Danu."Ada apa? Jangan begini, malu dilihat orang." Danu beringsut mundur ke belakang."Mas, Mas Danu, tolong aku." tangis Karin mulai pecah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status