Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Bianca duduk di depan meja riasnya, mematut penampilannya di cermin sementara Junie menyisir rambutnya dan memberikan ia pijatan ringan di kepala. Mungkin karena Bianca sudah menghapus makeup di wajahnya dan hendak tidur, kantung matanya yang tertutup concealer sepanjang hari, menjadi sangat kentara di cermin. Ini memalukan. Bahkan di hari-hari ketika ia kerap berdebat dan berujung dipukul oleh Warren, penampilan Bianca tidak pernah seterpuruk ini. 'Haruskah aku pergi ke spa?' Bianca memikirkan solusi untuk tubuhnya yang terasa begitu tegang belakangan ini. Selama ia membiarkan Junie bermain dengan rambutnya, ia dikejutkan oleh dobrakan di pintu kamarnya. Untuk kesekian kalinya, pikir Bianca, sosok yang tidak tau sopan santun itu lagi-lagi mendobrak kamarnya. Bianca terkejut pada bunyi keras yang pria itu ciptakan, tapi tidak terkejut sama sekali kalau Gerald lah yang datang. "Junie, bisa kau tinggalkan kam
"Mengapa kau masih di sini?" adalah pertanyaan yang keluar dari bibir Bianca begitu ia memperhatikan Gerald menghampiri tempat tidurnya sambil menyeret bangku dari meja riasnya. "Aku adalah suamimu, bukankah adalah kewajaran kalau aku berada di sisimu ketika kau lemah tak berdaya seperti sekarang, istriku tercinta?" Jawaban Gerald lebih seperti sindiran, Bianca memijit hidungnya dengan kejengkelan. "Aku tidak tau kau adalah suami yang perhatian, aku mau menangis." "Jangan menangis. Kau tidak punya energi yang cukup untuk itu." Kendati suaranya seperti cebikan, Gerald mengatakan kebenaran. Bianca seharusnya tidur saja sekarang. Kenapa gadis itu malah terjaga dan mengajaknya berdebat? "Gerald Lagrave..." Bianca berucap sambil menatap kepada Gerald yang kini duduk di bangku yang dia bawa. Pria itu duduk di samping tempat tidurnya, bersilang kaki sambil memperhatikan Bianca. Sebuah buku berada di pangkuannya, hendak ia baca andai saja
Olliver sedang menuju kamar Bianca ketika ia menemukan Junie keluar dari kamar nonanya tersebut. Melihat kedatangan Olliver, Junie pun menyapanya dengan gestur hormat dan sopan. "Selamat pagi, tuan Olliver." "Hmm, selamat pagi. Di mana Bianca? Apa dia sudah bangun?" "Oh..., Miss. Bia masih beristirahat sekarang." "Haruskah aku membangunkannya?" Ide itu muncul di benak Olliver begitu saja. Ia membayangkan kalau Bianca akan sangat tersipu bila dibangunkan olehnya. "Maafkan aku, tuan Olliver." Junie segera membatasi langkah Olliver. "Aku tidak bermaksud melarangmu, tapi..., tuan Gerald mengatakan untuk tidak membiarkan siapa pun masuk." "Gerald?" "I-iya." "Apa Gerald di dalam?" "Begitulah." "Sejak kapan?" "Tadi malam." "Tadi...., malam? Apa Gerald sudah berada di sini sejak tadi malam? Dia..., tidur di sini?" "Oh..., uhh, begitulah." Olliver agak terkesiap setelah me
Menurut Gerald, dirinya yang menjaga Bianca ketika gadis itu jatuh sakit adalah sebuah kewajaran. Itu adalah tindak kemanusiaan, tidak lebih dan tidak kurang. Gerald tidak pernah menganggap kalau membantu Bianca adalah suatu aksi fenomenal yang perlu membuat seluruh anggota keluarganya, termasuk Erina, menjadi terpana. "Aku hanya membantu Bianca karena dia sakit malam itu. Aku tidak tau kenapa kalian bereaksi berlebihan." Gerald menyuarakan ketidak-nyamanannya setelah Melisa dan Olliver terus menggodanya mengenai topik yang sama. Demi Tuhan, tiga hari sudah berlalu, mereka tidak perlu begitu terpaku pada masalah sepele! "Masalahnya, kau yang 'membantu' orang lain adalah kelangkaan, kan? Hmmm, aku mencium aroma musim semi datang lebih awal untuk adikku." "Haruskah Ibu mempersiapkan kamar untuk cucu Ibu?" "Itu ide yang bagus, Ibu...," "Pfft..." Gerald terkekeh besar, "Kalian terlalu delusional, bukan? Cucu? Itu lelucon yang me
Hati Gerald terasa begitu lapang tat kala Bianca yang sempat meringkuk tak berdaya di dekapannya, kini telah berdiri dengan kedua kakinya sendiri, kembali memamerkan ekspresi arogan yang menjengkelkan dan kembali menciptakan permasalahan yang tidak perlu di sana-sini. Gerald merasa lega, setidaknya, ia tidak perlu membenci gadis itu dengan perasaan bersalah mencubit dadanya, ia tidak perlu merasa berdosa karena Bianca bukan gadis baik-baik yang pantas menerima simpatinya. Seperti pagi ini saja, tepat ketika ia kembali hadir di antara mereka, gadis itu langsung menciptakan masalah pada Erina. Dia membuat seolah-olah dirinya tak berdosa, dan membuat Erina seperti penjahat. Padahal, Erina bukan gadis yang seperti itu. Erina adalah malaikat dalam wujud manusia. Dia mungkin salah dalam cara penyampaian ucapannya, tapi itu tidak berarti dia berniat melukai Bianca dengan kata-katanya. 'Gadis itu benar-benar..., jika aku tidak ada di sini, apa dia akan membully Erina lagi?' Gerald membatin
Pesta makan malam untuk menyambut Warren Dawson sebagai bagian keluarga Lagrave akhirnya tiba. Seperti perjamuan untuk menyambut raja, meja makan panjang di ruang makan dipenuhi oleh beragam makanan mewah yang menggiurkan. Saliva Bianca berkumpul di mulutnya begitu ia memperhatikan satu-persatu menu dibariskan rapi ke atas meja oleh pelayan di sana. "Apa ada yang tidak kau sukai, Miss?" Junie bicara sambil memperhatikan nonanya yang hadir lebih jelita dari biasanya. Surai hitamnya yang panjang terjalin manis ke belakang, dihias oleh aksesoris pita berwarna biru, menyesuaikan warna gaun malam yang ia kenakan. Bibir ranumnya tersapu oleh warna merah muda tipis yang membuat wajahnya lebih natural dan muda, perona di pipinya, eyeshadow di matanya, Bianca sudah seperti mahakarya. Junie kagum pada karyanya, kagum pada keindahan Bianca yang mampu membuat bakat makeup Junie menjadi tidak sia-sia. "Semuanya sempurna, Junie. Aku sampai merinding." Ketika situasi berjalan terlalu baik, bukan
Hubungan Warren Dawson dan Roman Lagrave adalah hubungan simbiosis mutualisme. Mereka adalah dua orang yang bekerja sama demi memperoleh keuntungan besar bersama. Sebuah hubungan timbal-balik yang memberikan mereka keuntungan setara. Mereka mempunyai tujuan yang sama, dan buruknya, ego yang sama pula.Terima kasih pada ego mereka yang setinggi langit dan seluas samudera, berdiri di posisi yang setara adalah sebuah posisi yang hina bagi mereka. Warren dan Roman menginginkan dominasi di dalam hubungan kerja sama itu. Sebagai pengusaha naik daun yang mendobrak naik ke posisi atas, Warren ingin menunjukkan kalau dirinya adalah keberadaan luar biasa yang wajib ditakuti. Sementara itu, Roman adalah pebisnis lama yang sudah mempertahankan posisinya di puncak menara, ingin menunjukkan alasan mengapa ia berada di atas sana sejak lama.Meskipun sekarang mereka terikat dalam hubungan kekeluargaan, Warren dan Roman masih berusaha keras, secara implisit, menunjukkan sisi alpha mereka. Warren menca
Warren Dawson melenggang tenang mengikuti Bianca yang melangkah di hadapannya. Karena Warren meminta untuk berbicara empat mata dengan Bianca, Bianca pun membawa ayahnya tersebut ke kamarnya. Ke dalam ruangan yang mampu menyembunyikan mereka dari segala mata yang memandang. Setelah sampai di kamar Bianca juga, ketika pintu tertutup di belakang mereka dan menyisakan keheningan di udara, ketika Bianca berbalik menghadap ayahnya..., dan PLAKKK!!! Satu tamparan mendarat di pipi Bianca. Keras tamparannya memecah keheningan, membuat Bianca terhuyung mundur dengan telinga berdengung. Bianca sudah menduga ini akan terjadi, tapi sialan, ia masih tidak terbiasa dengan sakit pukulan ayahnya. "Siapa kau pikir dirimu sampai berani-berani menginterupsi ucapanku?" Warren menapak satu langkah ke hadapan Bianca, telunjuknya naik lagi dan menoyor kening puterinya. Satu kali, dua kali, sampai hatinya puas. "Saat aku sedang mengajar keluarga Lagrave untuk menghormatimu, kau malah menyelaku? Apa kau an