Share

04. Cinderella Satu Malam

"Atas nama Laisa Putri Senja?"

Suara Laisa tercekat di tenggorokan usai petugas resempsionis membacakan data dirinya.

Mencoba peruntungan dengan nama sendiri, katanya?! Sialan, itu semua hanya sandirwara. Skenario tentang menggantikan dirinya yang dipaksa datang oleh Tuan Lesmana adalah bual. Reina memang mendaftarkan Laisa untuk berpartisipasi dalam acara perjodohan.

Kalau sudah terlanjur begini Laisa harus bagaimana? Pulang dan memarahi Reina? Yang benar saja! Perempuan itu tak akan merasa bersalah. 

"Nona?" petugas resepsionis menuntut jawaban, "Apakah Anda Laisa Putri Senja?" ulangnya.

Antrian panjang di belakang Laisa mulai bersungut kesal. Di sisi lain tiga orang petugas keamanan bertubuh kekar mulai mendekat. Dengan segenap ragu, ia menganggukkan kepala, "I-iya."

"Ada masalah apa?" salah satu petugas keamanan bersuara garang, membuat Laisa terkesiap.

"Tolong antarkan Nona Laisa ke kursi nomor 39," petugas resepsionis menjawab tenang latas menatap lagi kepada Laisa, "Setelah sambutan baru boleh berkeliling menikmati pesta," jelasnya sambil memberi kertas berisi tata tertib acara.

Laisa langsung diarahkan lekas pergi agar tidak semakin menumpuk antrian, ia dikelilingi tiga petugas keamanan menuju tempat duduknya. 

Dari meja resepsionis, Laisa diajak masuk ke ruang utama mansion milik keluarga Salomon. Bangunan klasik dengan arsitektur nuansa Eropa tahun 1800-an. Dilengkapi pilar-pilar raksasa berlapiskan marmer dengan corak emas.

Laisa tidak habis dibuat terpana ketika ubin-ubin kaca yang ia pijak ternyata memuat berbagai jenis ikan hias. Meliuk ke sana kemari menyombongkan harganya yang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Dan andai boleh dijabarkan, tiap-tiap atribut yang ada di dalam bangunan ini bisa lima atau enam kali lebih mahal dari kamar kosnya.

Bayangkan saja jika benar-benar ada satu perempuan yang berhasil menaklukkan hati bocah bernama Nada, bukan main imbalannya. Laisa bahkan sudah sujud syukur meski terpilih sebagai pembantu saja, apalagi sampai jadi istrinya Tuan Muda(?). Pantas saja sejak tadi para perempuan saling sinis dan adu pesona.

Reina benar, pesta pencarian calon istri ini tinggi peminat. Apalagi dengan iming-iming tanpa memandang bibit, bebet, dan bobot dari pihak perempuan. Tentu ini menjadi kesempatan emas bagi para guru dan janda yang sudah tamat mengurus anak-anak. Siapa yang tidak ingin kaya raya dalam satu malam?

Laisa dipersilahkan duduk ketika sang pembawa acara mulai meraih mikrophonenya, "Hadirin yang berbahagia. Terima kasih banyak atas antusiasme dan minat yang sangat tinggi terhadap pesta pencarian calon istri yang digelar oleh keluarga Salomon. Tepuk tangan yang meriah untuk kita semua..."

Gegap gempita tepuk tangan sontak bersahutan. Tidak seperti Laisa yang serba mendadak, agaknya perempuan-perempuan itu sudah sangat siap menyambut susunan acara. Bahkan beberapa di antaranya tampak tidak sabaran.

"Baiklah, selagi jam masih menunjukkan pukul delapan belas, langsung saja kita sambut Nyonya besar keluarga Salomon, Kim Sarang. Waktu dan tempat kami persilahkan."

Wanita dengan pakaian Hanbok naik ke atas panggung. Bahkan tanpa menjelaskan identitas kebangsaannya sekalipun, mereka semua tahu kebudayaan yang ia junjung. Dengan wajah berseri dibumbui senyum, wanita itu naik ke atas panggung.

"Selamat petang semua," sapanya lugas, rupanya wanita itu lebih dari mahir berbahasa Indonesia, "Saya yakin nona-nona sekalian sempat membaca sekilas tentang tata tertib pesta, tapi pada kesempatan ini saya akan memaparkannya sekali lagi agar tidak terjadi kesalahan makna."

Suaranya yang lembut itu mendiamkan seisi ruangan, membuat semua orang langsung membaca maksud dari selembar kertas yang mereka terima.

"Kami menggelar acara ini sampai pukul dua belas malam, dan melibatkan lima puluh anak perempuan. Mereka secara alami dan natural membaur di tengah pesta, oleh karenanya kami tidak menyediakan minuman keras dan hanya menyajikan makanan khas anak-anak," jelasnya.

"Dan kami harap nona-nona sekalian tidak mengumpat atau mengeluarkan kata-kata kasar lainnya, sebab sebagaimana yang sudah kami tuliskan juga... pesta ini merekam seluruh aktifitas fisik maupun suara. Apakah ada pertanyaan?"

Perempuan dengan pakaian modis yang duduk paling depan langsung mengacungkan tangan, "Boleh tanya nama?" dia langsung bertanya tanpa basa-basi panjang.

Wanita itu menanggapi dengan senyum teduhnya. Menunjukkan kelas sosial yang memang berada jauh di atas sana, "Tentu saja. Tapi kami tidak bisa menjamin kebenarannya. Bagaimanapun mereka hanya anak-anak."

Intinya, menemukan satu Nada di antara lima puluh anak perempuan tidaklah mudah. Wanita bernama Kim Sarang itu pasti mempertimbangkan segala kemungkinan. Tidak ada yang tahu meski Nada yang asli ternyata tidak keluar.

Mereka boleh jadi tidak berniat menemukan calon istri sungguhan, kan? Siapa yang tahu kalau ternyata acara ini hanya bagian dari strategi marketing belaka?

Boleh jadi (ini hanya dugaan Laisa), mereka hendak mengeluarkan produk fashion baru dengan taget market perempuan dan anak-anak. Acara perjodohan macam ini bisa menjadi headline bombastis yang menarik minat masyarakat. Cukup dengan modal pesta dan makan-makan, untungnya bisa kembali milyaran.

"Bagaimana kalau malam ini tidak ada yang berhasil merebut hati si anak? Apa itu berarti semua kandidat gugur begitu saja? Bagaimana bisa kita merebut hati mereka hanya dengan waktu beberapa jam?" perempuan lain di bagian tengah ikut mengajukan pertanyaan.

Kim Sarang selalu memberikan respon senyuman sebelum menjawab, "Menarik. Tentu kami mempertimbangkan untuk mengadakan pesta lagi. Secara resmi, kami sendiri yang akan mengirim undangan kepada wali yang bertanggung jawab atas nona-nona yang hadir malam ini."

"Dan bagaimana kami bisa tahu kalau acara ini bukan settingan? Bisa saja kalian sudah menyiapkan satu perempuan paling potensial untuk menang, kan?" timpal perempuan lain tanpa perlu mengacungkan tangan.

"Kami merekam seluruh aktifitas, Nona. Kandidat yang lolos akan kami umumkan secara terbuka, dan dipublikasikan secara resmi alasannya terpilih sebagai istri Tuan Muda Salomon. Apa ada pertanyaan lagi?"

Hening. Para perempuan sepertinya tidak perlu khawatir akan adanya kecurangan dalam proses seleksi. Sekali lagi Kim Sarang tersenyum tipis, "Baiklah, kalau begitu... selamat menikmati."

Dalam hitungan menit, dua ratus lebih tamu undangan berpencar ke sana kemari. Mereka berebut menghampiri anak-anak kecil yang asik bermain. Bersikap ramah sambil melengkungkan senyum semanis mungkin. 

Sementara Laisa, apa yang perempuan itu lakukan pasca menyadari ia dijebak mengikuti acara ini?

Tidak ada pilihan lain. Ia mengatur rencana sambil memandangi ikan-ikan yang bermain di bawah ubin. Kalau mau dipikir lebih jernih, tujuannya datang ke pesta hanya untuk menikmati kemewahan, kan? Yangmana artinya, dia bisa hanya berkeliling dan menikmati sekitar.

Mengambil beberapa gambar, mencoba camilan, dan pulang. Itu adalah rencana terbaik alih-alih memikirkan amarahnya pada Reina. Paling tidak, dengan begitu ia bisa menikmati pesta sebagai Cinderella dalam satu malam. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status