Beranda / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 134. Butuh perjuangan

Share

Bab 134. Butuh perjuangan

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-20 04:54:16

"Ayo, Kak Najla... kita ke resort aja. Refreshing sebentar, ya? Biar lebih tenang hatimu."

Liam membuka pembicaraan sambil menuang teh hangat ke gelas Najla yang masih duduk di dekat Sheryn.

Najla tersenyum kecil, menggeleng pelan. "Nggak, Liam. Aku nggak ingin ke mana-mana. Rasanya... pengin sendiri aja dulu."

Keya yang duduk di sebelahnya menatap wajah kakakknya dengan lembut. “Tapi kamu nggak sendiri, Kak. Jangan murung terus. Ada kita di sini.”

Liam ikut menimpali. “Aku ngerti, kamu masih kaget. Tapi siapa tahu angin laut bisa bantu bikin hati adem.”

Najla menunduk. “Bukan tempatnya yang bikin aku adem, Liam... tapi pulangnya. Aku nggak tahu, bakal ada masalah apa lagi nanti. Bagaimana bisa aku melupakan begitus aja hanya dengan ke laut?"

Suasana jadi sepi sejenak. Hanya terdengar suara Sheryn yang berceloteh di lantai bermain dengan balok kayunya.

Liam berdiri, mengeluarkan ponselnya dari saku. "Aku telepon Mbak Ratna dulu, ya. Biar dia tahu kita batal ke resort."

Keya menoleh.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 137. Takut

    "Aku pergi duluh ya, Kak."Liam mengulurkan tangannya. Keya mencium punggung tangan suaminya dengan lembut."Salim sama Ayah, Cantik," kata Keya kepada putrinya yang masih balita. Gadis kecil itu menurut, lalu mengangkat tangan kecilnya, mengucapkan salam. Liam membungkuk, mencium pipinya dengan gemas.Belum juga beranjak ke pintu, Liam berbalik arah dan memeluk Keya dengan erat."Kak, ini kenapa sih kok lebay banget?" tanya Keya sambil terkikik pelan."Hati-hati kalau di rumah," bisik Liam, mencium kening istrinya."Kan sudah ada Bi Ira yang nemenin aku dari pagi sampai malam. Kenapa Kakak jadi khawatir?"Liam tersenyum, mengusap pipi Keya. Sejak kemarin, ada keresahan yang tak bisa ia jelaskan. Semalaman ia memeluk Keya seperti ingin menahan waktu. Ia tahu, ini hanya pelatihan satu bulan untuk guru di pesantren, tapi hatinya tidak bisa dibohongi. Ada kecemasan yang tumbuh.Ia masuk kembali ke rumah, menatap koper hitam di dekat pintu. Setelah memastikan semua sudah lengkap, ia menu

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 136. Resah

    "Bagaimana, Dik, sudah beres?" tanya Ratna yang pagi itu hendak berpamitan pergi bersama yang lain."Aku ngerasa sudah saja, Mbak," jawab Liam pelan. Liam seolah ragu menceritakan apa yang terjadi sebagai syarat Dania melepaskannya."Maksudnya?""Aku udah ngucapin talak ke dia." Liam menepuk-nepuk setang motornya yang masih panas karena baru saja diparkir."Xyukurlah kalau sudah beres, Dik," katanya lebih lembut."Sekali lagi jangan bilang ke Keya dulu ya, Mbak. Biar nanti surat cerainya sampai duluan. Aku yang bakal kasih dia kejutan." Senyum pahit mengembang di wajah Liam.Ratna mengangguk, menyimpan rahasia itu di dalam dadanya."Setidaknya kamu bisa lebih tenang setelah ini," katanya kemudian."Iya, dari kapan hari aku sempat bingung ngasih tahu Keya kalau aku sebentar lagi mau pergi. Untungnya sekarang ada Bi Ira yang nemani dia."Tepat saat itu Keya datang dari belakang. Tubuhnya ramping, dengan hijab instan yang dia pakai nampak cerah di wajahnya. Ratna langsung memeluknya era

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 135. Berkunjung

    Begitu mobil dibuka dan Keya turun. Sheryn berlari lebih dulu, langsung memeluk Neina yang sudah berdir menyambutnya.“Maaa!” teriaknya senang.Neina membalas pelukan cucunya sambil mencium pipi kecilnya berkali-kali. “Aduh, cucu Omah makin montok aja. Kayak lama nggak ketemu, ya?, padahal kan juga belum lama sejak Yangti meninggal. ""Dia kalau menyusu kuat dari bayi, Mi. Jadi pantas cepet gendut. Makannya juga nggak nolak. Terlebih di utinya dia terus dimanja dengan banyak makanan.""Masih suka ke sana kamu, Sayang?""Ya,..ya?" Gadis kecil itu mengangguk-angguk.Keya yang keceplosan, sekilas menatap Liam dengan tak enak hati. Padahal Liam hanya tersenyum, walau samar. Dia tahu, yang dikatakan 'ya,..ya,..' oleh Sheryn bukanlah untuknya.Keya mendekat ke Liam, memegang tangannya seolah sebagai permintaan maaf. Dan Liam membalasnya dengan genggaman hangat. Dia tahu, ada masa di mana dia harus siap bersinggungan dengan hal seperti itu.“Assalamualaikum,” ucap Liam sopan.“Waalaikumsalam

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 134. Butuh perjuangan

    "Ayo, Kak Najla... kita ke resort aja. Refreshing sebentar, ya? Biar lebih tenang hatimu."Liam membuka pembicaraan sambil menuang teh hangat ke gelas Najla yang masih duduk di dekat Sheryn.Najla tersenyum kecil, menggeleng pelan. "Nggak, Liam. Aku nggak ingin ke mana-mana. Rasanya... pengin sendiri aja dulu."Keya yang duduk di sebelahnya menatap wajah kakakknya dengan lembut. “Tapi kamu nggak sendiri, Kak. Jangan murung terus. Ada kita di sini.”Liam ikut menimpali. “Aku ngerti, kamu masih kaget. Tapi siapa tahu angin laut bisa bantu bikin hati adem.”Najla menunduk. “Bukan tempatnya yang bikin aku adem, Liam... tapi pulangnya. Aku nggak tahu, bakal ada masalah apa lagi nanti. Bagaimana bisa aku melupakan begitus aja hanya dengan ke laut?"Suasana jadi sepi sejenak. Hanya terdengar suara Sheryn yang berceloteh di lantai bermain dengan balok kayunya.Liam berdiri, mengeluarkan ponselnya dari saku. "Aku telepon Mbak Ratna dulu, ya. Biar dia tahu kita batal ke resort."Keya menoleh.

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 133. Dampak

    Hening.Keya dan Najla saling berpandangan. Jelas terasa ada sesuatu yang mengganjal."Kenapa ini?" tanya Liam, "ada rahasia ya?" "Enggak. Kita cuma,..." Akhirnya Keya merasa bersalah, kenapa dia tak bilang ke Liam duluh sebelum memberikan sesuatu ke keluarganya dari uang yang diberikan Liam."Kak, sebentar, aku tinggal ke dalam sama Kak Liam.. Titip Sheryn ya?""Iya, aku jagain. Lagian kapan lagi kita ngobrolnya. Iya kan, Cantik?"Gadis mungil itu menatap Najla lalu tersenyum, memberikan mainannya.Suara tawa kecil terdengar dari arah teras depan rumah. "Sheryn, jangan cubit pipi Tante Najla terus, ya ampun kamu nih!"Keya tersenyum mendengar candaan itu dari ruang tengah. "Kak, temani aku bicara sebentar," kata Keya setengah berbisik sambil melirik ke arah pintu depan. Liam mengangguk pelan.Mereka masuk ke kamar. Keya duduk di sisi ranjang, sedangkan Liam bersandar di dinding. Cahaya dari jendela membuat bayangan wajah Liam terlihat letih, tapi tetap hangat.Sementara Najla yang

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Ban 132. Tak sudi

    "Van, akhirnya pulang juga!"Suara Pak Bagus terdengar lantang begitu Evand turun dari motor matocnya yang berhenti di depan rumah.Evand mengangkat ranselnya, menyeringai lebar. "Namanya juga libur semesteran, Yah, masak di sana saja.""Habisnya kamu kerasan banget. Jarang pulan."Ibu-ibu tetangga yang sedang lewat menoleh sambil tersenyum. Salah satu di antara mereka berseru, "Anaknya Pak Bagus ya? Lho sudah ITS itu kan? Hebat, Mas! Semoga nanti bisa kayak Pak Liam, bisa menjadi anak desa yang membangun desanya dengan tehnologi."Evand menunduk sopan. "Terima kasih, Bu. Doa'akan sukses."Bu Marya sudah berdiri di teras dengan wajah berseri-seri. "Sejak mereka tahu kamu diterima tanpa tes, Van. Kamu jadi kebanggaan kampung ini sekarang. Bagaimanapun orang sini bilang, tak gampang masuk ITS. Semoga harapan mereka benar terwujud, Nak.""Aamiin... doain lancar terus, Bu," jawabnya, lalu mencium tangan sang ibu.Pak Bagus menepuk bahunya. "Sayang Nabil beda jalur, ya. Padahal kalian se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status