Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 172. Terlena

Share

Bab 172. Terlena

Author: HaniHadi_LTF
last update Huling Na-update: 2025-08-02 19:37:42

"Hey!" Dania melambaikan tangannya, menyipitkan mata menahan silau matahari siang di pesisir pantai WBL. Seorang pria dengan tubuh tak seberapa tinggi, semampai, berjalan menghampirinya sambil tersenyum lebar.

"Apa kabar, Dania?" sapanya hangat. Ia langsung mengembangkan tangannya, dan Dania pun, tanpa sadar, sudah berada dalam pelukannya. Dekapan itu tak terlalu lama, tapi cukup membuat Dania diam terpaku. Tinggi tubuh mereka yang hampir sejajar membuat mata mereka langsung bertemu-dan tiba-tiba, bibir Angga menyentuh bibirnya. Lembut. Singkat. Tapi cukup untuk menghantam jantung Dania.

Dania terkesiap. Itu adalah ciuman yang menurutnya sebagai ciuman pertama orang yang dengan penuh hasrat padanya.

Sekujur tubuhnya seolah disengat kejutan listrik. Tangannya mengepal di sisi tubuh, ingin menolak-tapi juga tak bisa. Getaran yang menjalar dari bibir ke dadanya membuat dirinya bingung antara marah atau terpana. Terlebih lagi, ini datang dari seorang Angga, pria yang sudah dikenal sangat
HaniHadi_LTF

Terimakasih, berkat do'a kalian aku pulang. Adik aku cedera ringan setelah citiscan. Maaf,bab sebelumnya acak. Aku gk bawa laptop. Satu hal aku pingin cerita untuk pembacaku. Novel aku ini terinspirasi dari citra polisi Indonesia yang buruk.. Namun saat kemarin aku mengurus BPJS yang bisa berlaku jika dapat surat kepolisian, aku bertemu AIPTU ACH.SAIFUSIN di LAKA POLRES LAMONGAN JATIM. Masih muda, wajah tandas mengigatkan pada Nabil di novelku. Dia menangani dengan cepat TANPA MEMUNGUT BIAYA. Padahal aku udah ketar ketir karna dengar cerita orang. Semoga dia tetap menjadi pribadi seperti itu dan ditiru polisi lain.

| 4
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 174 Mereka akrab?

    Angga segera mendaratkan ciumannya di bibir Dania, dan Dania juga menyambutnya. Dengan sekali sibak, disibaknya kerudung Dania. Dania pun tak ingat lagi untuk apa kerudung itu dia pakai. Kesukaannya menonton video porno, namun hasratnya yang tak pernah terpenuhi, kini membuatnya tak sadar akan harga sebuah kerudung bagi seorang wanita muslimah yang memakainya."Terima kasih, Sayang. Kau benar-benar hebat. Kamu bisa mengimbangi permainanku," kata Angga setelah hasratnya terpenuhi.Dania tersenyum sambil masih memeluk Angga. Apa yang selama ini hanya sebuah angan, kini telah dinikmatinya dengan puas. Angga memang tipe cowok yang pandai bermain cinta. Tak heran jika kemudian dia bisa memuaskan Dania yang dalam kondisi haus."Sekarang masih sakit, nanti kalau diulang, malah akan jadi nikmat. Kalau gak percaya, nanti bisa lagi," bujuk Angga lagi saat melihat Dania yang meringis saat menggerakkan tubuh bawahnya.Tak lama mereka pun terbuai kembali dalam hubungan yang terlarang. Sampai tida

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 174, Ikan Salmon

    “Aku lega sih, tapi tetap waswas,” gumam Keya sambil membetulkan kerudungnya yang tertiup angin.Liam melirik ke arah perempuan yang duduk di sebelahnya, di dalam mobil. “Aku juga. Tapi kan udah pasti kamu nggak hamil. Itu kabar bagus, kan? Aku sudah khawatir aja kalau perut kamu dibela lagi. Belum lagi kalau ingat saat kamu tak sadarkan diri duluh." Rasa sakit masih ada saat Liam mengingat itu."Kak,.." Keya menyentuh tangan liam saat lelaki itu diam dan seolah menyimpan sesuatu. "Kakak masih meragukan aku?"Cepat-cepat Liam menggeleng. Namun Keya tahu, Liam tak pernah tak cemburu pada Nabil. Tangan Liam hanya menggenggam jemari Keya dengan erat. Mobil melaju mulus membelah jalanan desa. Keya menoleh ke arah jendela, mendapati siluet pohon kelapa yang menari pelan.“Eh, ini ke arah mana sih?” tanyanya setelah sadar mereka tak menuju rumah.Liam tak menjawab. Hanya nyengir misterius.“Kak, jangan bilang... Kamu nyulik aku?”“Bisa dibilang, iya,” jawab Liam ringan.“Ya ampun... Serem

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 173. Merasa dihargai

    Dania meremas rok yang dia pakai. Hatinya bergemuruh.Angga menatapnya lekat. Pandangannya tak beranjak dari wajah Dania. Tangannya masih meremas lembut tangan wanita yang selalu menurut tiap lelaki itu menyarankan sesuatu saat mereka masih berkomunikasi dengan telpon.Dania menggigit bibir. Kata-kata itu membuat hatinya semakin meleleh. Ia mencoba menepis rasa bersalah karena begitu menikmati perlakuan Angga. Tapi... siapa yang bisa melarang hatinya untuk jatuh?"Bagaimana? ""Emang kenapa sih kita ke sana? Aku merasakan sakit saat ingat aku yang sesungguhnya ingin ke sana tapi justru Keya yang bias menikmati keindahan resort itu""Aku cuma ingin kamu bahagia, Dania," lanjut Angga sambil menatap matanya. "Kamu berhak untuk dicintai, dimanja, diperhatikan... bukan diabaikan seperti ini."Dania menahan napas. Air matanya hampir tumpah. Ia tak ingin terlihat rapuh. Tapi luka itu, yang selama ini dia sembunyikan dari dunia, seolah menganga saat disentuh oleh kalimat Angga."Liam tak pern

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 172. Terlena

    "Hey!" Dania melambaikan tangannya, menyipitkan mata menahan silau matahari siang di pesisir pantai WBL. Seorang pria dengan tubuh tak seberapa tinggi, semampai, berjalan menghampirinya sambil tersenyum lebar."Apa kabar, Dania?" sapanya hangat. Ia langsung mengembangkan tangannya, dan Dania pun, tanpa sadar, sudah berada dalam pelukannya. Dekapan itu tak terlalu lama, tapi cukup membuat Dania diam terpaku. Tinggi tubuh mereka yang hampir sejajar membuat mata mereka langsung bertemu-dan tiba-tiba, bibir Angga menyentuh bibirnya. Lembut. Singkat. Tapi cukup untuk menghantam jantung Dania.Dania terkesiap. Itu adalah ciuman yang menurutnya sebagai ciuman pertama orang yang dengan penuh hasrat padanya.Sekujur tubuhnya seolah disengat kejutan listrik. Tangannya mengepal di sisi tubuh, ingin menolak-tapi juga tak bisa. Getaran yang menjalar dari bibir ke dadanya membuat dirinya bingung antara marah atau terpana. Terlebih lagi, ini datang dari seorang Angga, pria yang sudah dikenal sangat

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 170. Khawatir

    “Ey… kamu cari apa?”Suara Liam terdengar pelan di belakang punggung Keya yang sedang membongkar laci kecil di dekat meja televisi. Kedua lututnya bertumpu ke lantai, tangan sibuk mengobrak-abrik tumpukan dokumen, kotak jarum, dan berbagai kartu identitas yang tak rapi.“Aku cari kartu KB,” jawab Keya tanpa menoleh.Liam mendekat, lalu membungkuk memeluk pinggang Keya dari belakang. Dagu Liam bertengger santai di pundaknya.“Lho, bukannya udah kamu taruh di dompet?”“Udah aku cek, nggak ada. Di tas juga nggak. Aku ngerasa nyelip di sini, tapi… nggak ketemu.”“Aku bantu cari, ya.”Namun tangan Liam tak kunjung bergerak. Ia justru menarik tubuh Keya pelan hingga bersandar ke dadanya, kemudian duduk bersila bersama di lantai, memeluk istrinya dengan hangat.“Kenapa sih tiba-tiba cari kartu itu?” tanyanya pelan, sambil menyandarkan pipi ke rambut Keya yang mulai tergerai dari ikatan.Keya menghela napas.“Aku bingung… bulan ini atau bulan depan ya waktunya aku KB? Soalnya kemarin-kemarin

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Luka

    “Bil… kamu kenapa? Kamu habis nangis ya?” suara Bu Aisyah terdengar pelan dari arah ruang tengah.Langkah kaki Nabil pelan menyusuri ruang tamu rumah . Tak banyak berubah—karpet biru tua, perabotan berukuran Jepara dengan taplak rajutan tangan, dan aroma kayu manis dari dapur.“Oh, enggak, Bu.” Nabil tersenyum kecil, memaksakan bibirnya mengembang, padahal matanya masih buram.Duduk di sofa, H. Darman terlihat sehat. Rambutnya yang mulai memutih tersisir rapi, dan tubuhnya tegap seperti dulu, seolah dia masih muda dengan segala aktifitas taninya. Beliau menatap anak bungsunya itu, seolah ingin menerka isi hatinya yang kini tertutup kabut.“Katamu mau pamit sama Sheryn, kamu kok agak lama. Kamu ngak kenapa-napa kan?""Aku baik-baik saja, Ba. "Bagaimana dengan Keya? Apa kamu sudah pamit mereka? " tanya abanya lagi, dengan suara berat tapi tenang.Nabil mengangguk, duduk di kursi seberang orang tuanya. Ia menatap kedua wajah itu, orang-orang yang selama ini selalu mendukungnya. Walau

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status