Beranda / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 257. Menyesal?

Share

Bab 257. Menyesal?

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-30 13:58:22

“Keya, kamu kok diem aja dari tadi?” tanya Alexa, alisnya terangkat heran. Mereka duduk di kantin kampus saat jam istirahat, meja penuh gelas es teh manis, risoles, dan bakwan goreng.

Keya hanya menunduk, jemarinya sibuk mengusap permukaan gelas plastik yang berembun. “Aku capek,” jawabnya pendek.

“Capek gimana? Biasanya kamu paling rame kalau jam istirahat,” sahut Tasya sambil menyeruput es jeruk. “Hari ini kok kayak nggak fokus? Dari tadi dosen nanya kamu diam aja.”

Keya menarik napas, mencoba tersenyum, tapi bibirnya terasa berat. “Aku kurang tidur.”

“Kurang tidur karena apa? Anakmu rewel, ya?” Dina mencondongkan tubuh, matanya penuh penasaran.

Keya mengangguk pelan. “Iya, akhir-akhir ini Sheyn sering kebangun tengah malam. Jadi aku ikut kebangun.”

Alexa terkekeh sambil menepuk bahu Keya. “Makanya jangan nikah dulu. Lihat kita, masih bisa bebas. Tidur nyenyak, tugas kuliah lancar.”

“Betul,” timpal Nana dengan nada menggoda. “Kamu duluan nikah, sekarang rasain repotnya. Tapi enak ju
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dwiindah Wahyuni
aduh bkin pnasaran aja lnjut 2 bab kak
goodnovel comment avatar
Yuli Faith
konyol banget cieh....dia mau PMS apa lagi hamil cieh......fikirannya kok diluar nurul
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Baba 270.. Menahan sakit

    “Angga!” panggil Dania begitu pintu rumah terbuka.Angga terkejut, “Kamu belum tidur?” Dia masih teringat apa yang baru saja dia lakukan di halaman depan rumah itu.“Tidur?” Dania melangkah tertatih, kedua tangannya bertumpu pada pinggang. “Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, Angga! Kamu ciuman sama perempuan itu!”Angga menghela napas, wajahnya dingin. “Jangan suuzon. Itu cuma teman. Dia sekadar antar aku pulang.”“Teman?” Dania menunjuk ke arah luar, suaranya bergetar. “Teman macam apa yang kamu cium di depan rumah? Kamu seperti nggak ingat kalau istrimu yang sedang hamil besar ada di sini!”“Dania, kamu salah lihat.” Angga menaruh kunci di meja, lalu duduk tenang di sofa. “Kamu capek, makanya halusinasi.”“Jangan membodohiku!” teriak Dania, air matanya pecah. “Aku ini istrimu, Angga. Aku yang tiap hari menunggu, menahan sakit perut ini, berjuang buat anakmu. Sementara kamu bencumbu dengan wanita lain?”Angga menatap sinis. “Kamu selalu drama. Dari dulu aku diam karena nggak ma

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 269. Wanita itu

    “Yah, kapan kita pulang?” tanya Sheryn ceria untuk pertama kalinya setelah berhari-hari hanya berbaring.Liam menoleh, matanya berkaca-kaca menatap putrinya yang sudah bisa duduk tegak. “Kalau dokter bilang boleh, sore ini juga kita pulang, Sayang.”“Benelan?” Sheryn menepuk-nepuk selimutnya, pipinya memerah menahan tawa kecil. “Aku kangen kamalku. Kangen boneka-bonekaku.”Keya mengelus rambut anaknya, lalu menoleh pada Liam. “Aku masih nggak percaya dia bisa segesit ini setelah transfusi darah kemarin. Padahal kapan hari aku sempat takut…” suaranya tercekat.Liam meraih tangan istrinya. “Sudah, jangan diingat lagi. Allah kasih kita kesempatan kedua buat Sheryn. Kita jaga baik-baik.”Sheryn mendengus manja. “Aku nggak suka kalau Bunda nangis. Ayah juga jangan sedih lagi. Aku kuat kok.”Suasana kamar rawat itu terasa hangat. Sinar matahari sore masuk melalui jendela, menimpa wajah Sheryn yang sudah jauh lebih segar.Beberapa jam kemudian, dokter masuk, membawa map rekam medis. “Alhamd

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 268. Hanya mimpi

    "Kak, kamu beneran nggak capek ngomong dari tadi?" Suara Liam terdengar pelan sambil melirik Najla yang masih duduk santai di lantai dengan merasaan pedesnya sambalNajla terkekeh, tangannya meraih gelas air putih seolah megnhilangkan padasnya sambal. "Capek sih, tapi kan sekalian cerita. Lagian, kalian juga jarang aku temui. Jadi ya begini. Tadi cuma bercanda Liam. Jangan dimasukkan di hati."Keya yang kemudian duduk di sebelah Liam hanya tersenyum kecil, sekilas melirik suaminya itu yang menurutnya terasa aneh dan enteng, padahal dia amat menghawatirkan hatinya bakalan terluka dengan setiap kata yang terucap dari bibir Najla yang suka nylonong.Bu Neina yang baru saja merapikan jilbabnya tiba-tiba membahasa lain. "Ingat ya, dua minggu lagi wisuda Najla. Kalian jangan lupa datang. Aku maunya lengkap, biar fotonya bagus.""InsyaAllah, Mi. Kami pasti datang," jawab Liam cepat. "Tahun depannya insyallah Keya bakal nyusul.""Tahun depan, ya?" guman H Darman "Saya juga nggak sabar nungg

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 267. Benarkah dia?

    Tatapan Nabil terarah ke Keya. Bibirnya hampir bertanya lebih lanjut, tapi ia menahan. Ada sesuatu yang membuatnya segan. Ia hanya tersenyum kecil, lalu mengusap kepala Sheryn."Istirahatlah, Nak. Ayah pergi dulu."Sheryn mengangguk pelan, "Janji,.. kapan-kapan ayah akan kembali temui Elin?"Nabil mengangguk, lalu mencium putrinya kembali.Nabil berdiri, melangkah keluar. Hanafi mengekor di belakang. Tapi langkah Nabil tertahan di ambang pintu. Ia menoleh sekali lagi ke arah Keya. Senyumnya tipis, tapi matanya menyimpan ribuan tanda tanya."Aku pamit dulu," ucap Nabil sambil meraih tangan Liam.Liam menatapnya dengan mata masih sedikit merah karena kantuk. "Makasih banyak, Bil. Aku nggak tahu harus bilang apa. Aku sungguh berterima kasih."Nabil mengangguk tipis. "Jaga Keya dan Sheryn. Itu saja sudah cukup."Liam menarik napas dalam. Sejenak ia ingin mengatakan lebih banyak, tapi memilih menahan. Senyum tipisnya tertinggal saat Nabil berbalik.H Darman dan Bu Aisyah ikut mengantar sam

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 266.. Nama itu,.

    "Ke,..." Suara lirih itu keluar dari bibir Nabil sendiri, tapi ia buru-buru menelannya kembali saat dia bermaksud menggantikan Keya menjaga Sheryn yang ketiduran di sisi ranjangnya. Dia merasa tak sangggup jika mengatakan apapun pada Keya, terlebih jika membangunkannya dan mata bulat dengan bulu mata lentik itu mengerjab. Mata Nabil menatap punggung Liam yang masih terlelap, lalu bergeser pada Keya yang duduk tidur sambil menggenggam jemari putrinya.Nafas Nabil berat. Hatinya serupa kain tipis yang tersayat perlahan. Sakit. Perih. Tapi ia menahannya rapat, seperti biasa. Bukankah dulu dia sendiri yang memilih langkah itu? Bukankah dia yang menyerahkan Keya demi kebahagiaannya bersama Liam?"Aku kuat. Harus kuat," bisiknya dalam hati, menahan getar.Ia menarik selimut lebih ke atas, menutup setengah wajahnya. Tapi matanya tak mampu benar-benar terpejam. Bayangan tadi, ketika Liam mencium kening Keya, menempel di kepalanya seperti noda yang susah dihapus.Tiba-tiba pundaknya disentuh.

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 265. Sesakit ini

    "Ayah... Elyn mau susu," rengek gadis kecil itu dengan suara serak.Liam yang duduk di kursi samping ranjang, menunduk pada putrinya yang masih terbaring lemah. "Sebentar, Sayang. Ayah kasih susu kalau kamu benar-benar nggak muntah nanti. Kita tunggu sebentar, ya.""Tapi Elyn haus," mata bulatnya berkaca-kaca, bibirnya merengut.Liam mengelus rambut anaknya. "Nak, dengar Ayah. Kalau minum susu terlalu cepat nanti perutmu sakit lagi. Kita hitung sampai sepuluh dulu, lalu Ayah buatkan."Sheryn mendesah, tapi tangannya bergerak seolah mencari sesuatu. Ia mengernyit. "Boneka Elyn mana? Kemalin Elyn minta kan?"Liam spontan berdiri. "Ah iya, tunggu sebentar." Ia meraih tas besar di sudut ruangan, mengaduk isinya sampai menemukan sebuah boneka putri kecil berbaju merah muda dan orange. "Ini dia. Boneka buat Tuan putri yang cantik!"Sheryn bersinar melihatnya. "Lucu sekali meleka, Ayah. Telimakasih!" Ia segera memeluk boneka itu erat, lalu menoleh ke Keya. "Bunda, ceritain seperti biasa,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status