Share

Bab 290 Selamat!

Auteur: HaniHadi_LTF
last update Dernière mise à jour: 2025-09-10 10:06:43

"Besok minggu, Van. Kamu sudah siap?"

Suara ibunya, Bu Marya terdengar dari balik pintu kamar. Evan yang sedang menatap layar ponselnya hanya mendengus. "Siap, Bu," jawabnya singkat.

Tangannya masih menggenggam ponsel dengan layar terbuka pada aplikasi pesan. Ada satu chat yang belum pernah ia hapus: ucapan selamat yang ia kirim waktu Najla wisuda. Pesan itu hanya centang biru, tak pernah dibalas.

"Kamu mungkin marah sampai tak mau balas ucapan selamatku," gumam Evan lirih. Tatapannya kabur, antara menahan kecewa dan rindu yang ia sendiri enggan akui. "Ternyata mudah ngomong ke Nabil soal gadis pengganti itu, tapi kenyataannya, tidak segampang yang aku pikir," guman Evan sambil menatap foto seorang gadis yang tengah membuat sketsa, dia adalah Raisha, anak UC [Universitas Ciputra].

Ponsel diletakkan di meja belajar. Namun jari-jarinya masih bergetar, hati masih menolak kenyataan bahwa hubungan mereka tak pernah sama lagi.

Sementara jauh dari rumah Evan, Najla berdiri di balkon lantai d
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Dwiindah Wahyuni
lanjut kak 2 bab
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 321. Kenapa?

    Ranying terisak pelan. Kata-kata Tanaka bergaung lagi, menusuk di antara pikirannya."Bantu aku berubah, Ranying. Hanya kamu yang bisa buat aku percaya cinta. Selama ini aku telah larut dalam alkohol dan judi, tapi wanita,.. melihatmu aku baru bisa merasakan ada yang lain dalam diriku yang selama ini tidak pernah aku rasakan pada wanita manapun"Ranying menekuk lutut, memeluk dirinya sendiri. Nafasnya berat Setetes air mata tba-tiba telah luruh di pipi lembutnya."Kenapa harus aku, Tanaka? Kenapa bukan orang lain?" bisiknya. "Ranying..." suara ibunya memecah lamunannya. "Nak, ayo makan. Dari tadi kamu di kamar saja."Ranying cepat-cepat menyeka pipinya. "Iya, Bu." Suaranya bergetar, tapi ia berusaha tenang.Pintu berderit. Wajah lembut ibunya muncul, membawa tatapan penuh tanya. "Kamu baik-baik saja?""Aku tidak apa-apa, Mak.""Tapi kenapa akhir-akhir ini wajahmu sering murung?" Bu Inggai mendekat, menelisik wajah Ranying."Mamak terlalu khawatir." "Pekerjaan kamu gimana? Sudah ada

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 320. Hanya kamu, Ranying!

    "Kamu siap?" tanya Nabil.Ara mengangguk.Malam itu, udara sungai terasa dingin dan lengket. Nabil dan Ara mendayung perahu kecil dengan hati-hati, suara kayu beradu dengan air nyaris tak terdengar. Sengaja mereka tak menghidupkan mesin agar tidak terdengar. Dari kejauhan, lampu-lampu samar terlihat berkedip di balik pepohonan rimbun.“Pulau kecil itu, kan?” bisik Ara sambil menunjuk ke arah bayangan tanah yang dipenuhi rumpun bambu dan pohon kelapa.Nabil mengangguk, wajahnya tegang. “Ya. Tempat itu yang secara nggak langsung pernah dibahas Ranying. Kita harus hati-hati. Kamera ini jangan sampai mati.”Perahu mereka menepi pelan di celah sempit, terlindung akar bakau. Nabil turun lebih dulu, menahan perahu supaya Ara bisa melompat tanpa suara. Mereka merunduk, berjalan meniti tanah lembek, lalu mendaki sedikit ke arah cahaya.Begitu melewati semak, pemandangan terbuka. Di tengah pulau kecil itu berdiri bangunan semi permanen dari kayu dan seng, bercampur tenda besar. Lampu sorot menya

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 319 Cemas

    "Ya Allah, jaga dia untukku. Rasanya baru saja aku bisa mendapatkan hatinya. Dan aku igin kami bisa hidup lama bersama. Jangan kamu ambil dia dariku. aku ikhlas selamanya tak memiliki anak sendiri, asal dia masih bersamaku." Liam menghabus air matanya yang tak pernah berhenti menetes sejak dia menggelar sajadah di akhir di tengah malam.Dia memang tak dapat tidur, bayangan ucapan dokter di rumah sakit masih melekat di ingatannya. Saat itu,..Dokter Sinta hanya menghela napas pelan. "Kita tunggu perkembangan dulu. Tapi kalian harus siap untuk kemungkinan yang tidak sesuai harapan."Hening merambat di ruangan itu. Keya menatap Liam dengan mata berkaca, sementara Liam menahan napas panjang, hatinya semakin dipenuhi kecemasan.Dokter Sinta menarik napas panjang. "Bukan soal bayinya... tapi kondisi tubuh Ibu Keya sendiri. Ada tanda yang membuat saya harus waspada. Kita tidak boleh anggap enteng ini."Ruangan seketika hening. Liam merasakan jantungnya berdegup kencang, wajahnya menegang. K

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 318. Detak jantung

    Suara detak jam dinding di ruang praktik terdengar teratur, seolah menambah ketegangan suasana. Keya duduk di kursi pasien, tangannya terus meremas jari Liam yang duduk di sampingnya. Wajahnya tampak lebih segar daripada kunjungan pertama, meski masih ada sedikit pucat karena mual yang mulai sering datang."Jadi, ini pemeriksaan lanjutan ya, Bu Keya," ujar Dokter Sinta sambil menyiapkan alat USG. "Usia kehamilan sekitar enam minggu lebih sedikit. Biasanya, di tahap ini, sudah bisa terlihat kantung janin, bahkan detak jantung."Keya menoleh cepat pada Liam, matanya berbinar. "Dengar nggak, Kak? Detak jantung. Aku pengin banget denger itu."Liam tersenyum tipis, meski jelas terlihat ada kecemasan di wajahnya. "Iya, Ey. Semoga semuanya lancar."Keya membalas senyumnya. "Aku yakin, Kak. Bayi kita kuat. Dua jagoan kecil kita pasti sehat."Liam menghela napas dalam, tangannya semakin erat menggenggam. "Kamu masih yakin mau dua cowok, Ey?""Udah bulat tekadku," jawab Keya mantap, meski suara

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 317. Terlambat?

    “Mau aku bawa kamu lagi ke pasar besok?” tanya Ranying sambil melirik Nabil yang duduk termenung di serambi rumah kepala desa.Nabil menoleh pelan. “Pasar lagi?”Ranying mengangguk, wajahnya ceria. “Iya. Kamu kan belum puas kemarin. Sungai itu selalu hidup. Ada saja yang bisa dilihat.”Nabil menimbang. “Kamu seperti hafal betul.”“Tentu. Aku besar di sini.” Suara Ranying ringan, tapi tatapannya menusuk sekejap. “Aku tahu alur mana yang ramai, mana yang sepi.”Nabil menelan ludah. “Sepi? Maksudnya?”“Ah, maksudku jalur tenang. Perahu jarang lewat. Cocok kalau mau lihat burung-burung air.” Ranying tersenyum samar, lalu berbalik masuk.Nabil terdiam. Kata-kata itu berputar di kepalanya. Jalur sepi. Perahu jarang lewat.Keesokan harinya, kabut pagi kembali menggantung. Perahu mereka mengayun pelan. Ranying duduk di depan, matanya hidup penuh antusias.“Lihat sana,” katanya menunjuk sebuah perahu kecil. “Itu yang jual sayur segar dari ladang. Murah, kan?”Nabil tersenyum tipis. “Iya.” Panda

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 316. Tak yakin

    "Kamu nggak keberatan nemenin aku besok pagi?" tanya Ranying lirih, tapi ada nada iseng.Nabil menoleh. "Kemana?""Pasar." Senyum nakal muncul di wajahnya. "Ada pasar apung, seru lho. Kamu belum pernah kan?"Nabil mengerjap. "Pasar apung? ""Asik lho. Perahu-perahu kecil, ibu-ibu jual sayur, ikan, buah. Kalau kamu beruntung bisa lihat mereka tawar-menawar sambil arus sungai jalan terus." Ranying tertawa, matanya berbinar. "Kamu pasti suka."Nabil mengangguk ragu. "Ok, kayaknya asik," ucap Nabil dengan masih melirik ke dalam, berharap dia bertemu Rere. Beberapa hari ini dia tahu, Rere menghindarinya. Dia ingin mengatakan sesuatu secara angsung, tapi setiap ia mendekati Rere, Ranying seolah selalu ada."Kamu akan lihat sendiri suasana asli kampung ini. Jangan cuma dengar cerita orang lain." Nabil tersenyum. Ada rasa hangat sekaligus waspada. Pasar apung—jalur sungai—terdengar sederhana, tapi instingnya mengingatkan sesuatu. Sungai bukan sekadar tempat mancing atau belanja. Sungai bisa

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status