Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 305. Kenapa masih,..

Share

Bab 305. Kenapa masih,..

Author: HaniHadi_LTF
last update Huling Na-update: 2025-09-15 13:38:22
“Sheryn, sudah siap?” Keya memanggil Sheryn dari depan kamar.

Gadis kecil itu keluar sambil menyeret tas kecil bergambar kelinci. Rambutnya dikuncir dua, wajahnya cemberut. “Aku nggak ikut Bunda, kan ke nikahan? Aku maunya sama Uti sama Akung bial bisa telpon Ayah Nabil."

Liam menunduk, tersenyum menenangkan. “Iya, Sayang. Bunda cuma antar kamu dulu ke rumah Uti. Habisnya kamu nggak mau ikut. Tapi syukurlah, kasihan kamu juga soalnya besok Ayah sama Bunda sekalian ke rumah sakit.”

Sheryn menatap Liam sebentar. “Asal jangan lama-lama. Dan bilang ke Pak Doktel, bikinkan aku adik yang banyak ya."

Liam terkekeh menatap Keya lalu memeluk anaknya erat. "Iya, pasti, biar kamu nggak kesepian."

Rumah H. Darman sore itu ramai oleh suara burung dan aroma masakan dari dapur. Begitu Sheryn masuk, Bu Aisyah langsung menyambut dengan senyum hangat.

“Cucu kesayangan Uti datang.” Ia merentangkan tangan, dan Sheryn segera berlari memeluk pinggangnya.

“Uti, aku nginap sini ya. Aku nggak mau ikut ke pest
HaniHadi_LTF

Di akhir bab 304 aku selipkan satu kaliamt. Semoga sabar nunggu. Banyak orang Dayak yang terkenal putih dan cantik di sana. Atau,..

| 5
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nuada Airlangga
Napa sih critanya gitu trus
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 315. Senyum

    "Ey, tenang,.." Liam menggenggam tangan Keya yang seolah dingin membeku. Pagi itu mereka di ruang tunggu rumah sakit. Keya membalas genggaman tangan itu erat, seolah mmencari pegangan di sana. Hatinya campur aduk—antara takut dan berharap. Beberapa menit terakhir seolah lebih lama daripada perjalanan bertahun-tahun yang mereka lalui bersama.Pintu ruang dokter terbuka. Seorang perawat tersenyum, mempersilakan mereka masuk. Keya menarik napas panjang, sementara Liam meremas tangannya pelan. “Apapun hasilnya, kita sudah berjuang,” bisiknya. Keya hanya mengangguk, bibirnya gemetar.Dokter menatap mereka dengan senyum menenangkan. Ia membuka map hasil laboratorium, lalu mengangkat wajahnya. “Selamat,” ucapnya pelan, penuh kehangatan. “Tes darah yang kita lakukan hari ini menunjukkan hasil positif. Embrio sudah berhasil menempel. Artinya… program ini berhasil.”Hening sesaat. Keya terpaku, matanya membesar, seolah tak mampu mencerna kata-kata itu. Liam menatap dokter, lalu kembali ke istr

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 314. Maaf,..

    "Lho..Mas Nabil, kok umpannya hilang lagi?" ejekan Haris menggema dari seberang sungai, tawa renyahnya menyusul.Nabil mengangkat kail kosong, wajahnya masam. "Entah ikan di sini pinter atau aku yang sial."Dian menyahut dari tepi. "Mungkin ikannya udah tau kalau umpanmu jebakan."Gelak tawa pecah, air sungai beriak kecil terkena lemparan batu anak-anak. Aroma tanah basah dan daun pisang terbawa angin pagi. Suara burung enggang jauh terdengar, menambah ramai suasana.Nabil duduk di batang kayu melintang, pandangan jatuh pada air tenang. Tangannya memegang pancing seolah itu senjata paling canggih yang pernah ia gunakan, padahal hasilnya nol.Tiba-tiba suara lembut mengalun di sampingnya. "Masang umpan jangan asal tusuk. Lihat, harus begini."Nabil menoleh. Ranying sudah duduk, jilbabnya berkelebat sedikit tertiup angin. Ia meraih kail dari tangan Nabil tanpa ragu. Jemari mungil itu cekatan, menusuk cacing ke mata kail, lalu mengaitkannya rapi."Mau saya ajari?" tanyanya sambil terseny

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 314. Senyum penuh arti

    "Sheryn, kamu udah bangun?" tanya Nabil pelan, nyaris berbisik. Subuh baru saja usai, azan masih menggema samar dari surau desa.Dari seberang, suara mengantuk gadis kecil itu terdengar. "Bangun, Ayah. Anak ayah kan pintar.""Jadi seneng nih Ayah.""Hari ini yang jemput aku sekolah Akung. Bunda sama Ayah Liam ke Surabaya.""Memangnya ada apa?""Mau bikinkan aku adik yang banyak," bisik Sheryn lalu terkikik.Nabil tersenyum kecil, matanya masih menatap jendela rumah kayu yang berembun. "Sholat lalu berdoa ya, semoga mereka pulang bawa kabar gembira. Syukurlah kalau mereka mau mencoba lagi."Sheryn menguap. "Ayah Nabil juga doakan, ya.""InsyaAllah," Nabil menegakkan tubuhnya. "Ayah doakan semoga terkabul. Kamu jangan manja kalau Akung yang jemput, ya. Kalau kamu manja nani ngak jadi-jadi adiknya.""Benar begitu, Yah?" guman Sheryn. "Apa karena aku masih manja sama Ayah Liam, hinggah aku belum punya adik, padahal aku sekarang sudah hampir setinggi Bunda.""Sheryn, ayo bangun, ditunggu A

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 313. Senyum pertama

    “Assalamualaikum,” suara lembut itu meluncur begitu pintu SUV terbuka.Warga serentak berdiri, wajah-wajah sumringah menatap gadis yang turun anggun dengan gamis pastel. “Waalaikum salam, Mbak Ranying… sehat?” sapa seorang ibu, menundukkan kepala hormat.Pak Kades Pangin, yang sejak tadi menunggu, langsung meraih tangan putrinya, mencium keningnya penuh bangga. “Alhamdulillah, anak Uda pulang juga.”Istri Pak Kades, Bu Inggai menepuk lengan Ranying, mata berkaca-kaca. “Umak rindu, Nak. Kuliahmu bagaimana?”Ranying tersenyum, menyalami kedua orang tuanya dan mencium punggung tangannya. “Baik, Umak. Alhamdulillah lancar.”Suasana berubah hangat. Warga berdesakan ingin menyalami, ada yang bahkan membungkuk penuh hormat. Ranying menyambutnya lalu mengatupkan kedua tangannya di dada untuk yang pria.Nabil berdiri agak belakang, matanya tak berkedip. Tubuh mungil Alya bagai boneka barby hidup. Gerak lembut, wajah bersih, senyumnya sederhana tapi menawan. Dalam benaknya terlintas bayangan Ke

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 312. Sungai Permai

    “Dengar baik-baik,” suara Kompol Harun menggema di ruang briefing . Peta besar menempel di dinding, dengan lingkaran merah yang jelas menunjuk ke pedalaman Pontianak. “Desa Sungai Permai". Kami mencurigai sindikat penyelundupan narkoba beroperasi di sana, menyamar sebagai kelompok tani, atau mungkin juga karang taruna. Tugas kalian: gali informasi, temukan bukti. Kalau misi ini berhasil, catat baik-baik—pangkat kalian bisa naik lebih cepat.”Nabil menyilangkan tangan di dada, wajahnya santai, tapi sorot matanya fokus. “Berarti kami masuk sebagai tim KKN seperti renana awal?”Harun mengangguk. “Benar. Kalian akan menyatu dengan mahasiswa. Jangan sampai identitas terbongkar. Ingat, ini wilayah asing, penuh mata yang mengawasi.”Saka, yang duduk di samping Nabil, menunduk singkat. “Siap, Komandan.”Mereka bergabung dengan mahasiswa yang akan menuju desa itu di sebuah kecamatan."Kenalkan, ini Haris, mahasiswa ayng memimpin rombongan kalian," ucap Pak Nardi, dosen yang mengantar."Saya Ip

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 311. Isyarat

    "Aku nggak salah lihat, kan? Kalian jadian?" Suara berat Saka terdengar jelas, membuat Nabil dan Rere serentak menoleh.Edward sudah menepuk punggung lebar Nabil. Serentak senyum tergambar jelas dari wajah para polisi muda itu. "Edward!" Nabil mendesis, menggeram pelan.Bersama Edward dan Saka, ada Ara, dan Jaya. Mereka masuk sambil cekikikan, jelas menikmati momen aneh yang baru saja mereka saksikan.Saka langsung menunjuk sendok yang masih tergeletak di piring Rere. "Lho, sampai jatuh sendoknya. Berarti beneran serius nih, Bil karena cewek yang biasanya galak ini, malah jadi gemetar begini.""Saka,..!"Saka menghindar dari tindu Rere.Ara terkekeh, matanya melirik Nabil nakal. "Nabil, kamu pakai baju rapi gini, ternyata bukan buat briefing. Pantesan dari tadi misterius."Jaya malah sudah duduk tanpa izin, mencomot choi pan dari piring. "Wih, enak banget. Eh, santai aja, Bil. Kalau beneran kamu mau lamar Rere, kenapa harus takut?"Nabil mendengus, wajahnya merah padam. "Kalian ini,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status